Di Sudut pasar Madinah, seorang pengemis Yahudi buta selalu terdengar mengomel, “Jangan dekati Muhammad! Dia orang gila, pembohong, tukang sihir. Bila mendekatinya, kalian akan dipengaruhinya.”
Setelah Rasululah saw wafat, suatu hari Aisyah berkata pada Abu Bakar, “Hampir tidak ada satu sunnah pun yang tidak ayah lakukan, kecuali satu.”
“Apa itu?” Tanya Abu Bakar
“Setiap hari Rasulullah pergi ke ujung pasar membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta di sana, lalu menyuapinya.”
Esok Harinya, Abu Bakar menemui pengemis dimaksud dan memberinya makanan. Ketika sang Khalifah mulai menyuapinya, tiba-tiba pengemis itu berteriak, “Siapa kamu?”
“Aku orang yang biasa menyuapimu,” jawab Abu Bakar.
“Ah, bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” Sergah si pengemis. “Bila ia mendatangiku, tangan ini tidak perlu memegang dan mulut ini tidak susah mengunyah. Ia selalu menyuapiku dengan lebih dulu menghaluskan makanan dengan mulutnya.”
Abu Bakar tak kuasa menahan tangisnya, lalu tersendat ia berkata,”Aku memang bukan orang yang biasa mendatangimu. Aku seorang sahabatnya, sedangkan orang yang mulia itu telah meninggalkan kita. Dialah Muhammad Rasulullah saw.”
Demi mendengar penjelasan Abu Bakar, si pengemis tersedak. Orang yang selama ini ia coba bunuh karakternya ternyata justru pihak yang paling peduli padanya. Lalu, dengan spontan, ia berucap, “Asyhadu an laa Ilaaha Illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.” Si pengemis Yahudi bersyahadat.
Mahasuci Allah, betapa pengasih dan tanpa pamrih utusan yang Dia kirim ke muka bumi ini. Bisa kita bayangkan setiap kali Muhammad menyuapi si pengemis itu, setiap kali pula putra Abdullah ini mendengarkan cacian dan hinaan dari mulut orang yang justru kepadanya ia peduli.
Mahasuci Allah, betapa Rasul-nya yang agung telah menampakkan kesucian cinta Islam yang tiada tara terhadap umat lain. “Tetangga yang paling pertama harus diberi makanan, “ Kata Rasul yang agung ini, “Adalah mereka yang paling dekat pintu rumahnya dengan kita.” Sejarah mencatat, tetangga terdekat Muhammad selama bermukim di Madinah adalah orang Yahudi.
Demi Allah, tidaklah kita saat ini membenci Yahudi karena mereka ciptaan Allah. Namun, tidak lain karena pembangkangan mereka kepada Allah. wh
luar biasa
BalasHapusIslam memang penuh kelemah lembutan, tetapi Islam juga tidak anti kekerasan. Islam mengakui dan mempraktekkan kekerasan, namun Islam menempatkan kekerasan pada tempatnya. Jika Islam anti kekerasan tidak mungkin ada syariat Jihad dalam Islam. Jika kekerasan digeneralisir sebagai biadab dan hina, maka Rasulullah saw dan para Sahabat juga adalah orang yang biadab dan hina karena membunuh, memukul dan merusak sewaktu berjihad? Kekerasan dalam Islam adalah kelemah lembutan itu sendiri. Kekerasan dalam Islam adalah kasih sayang itu sendiri. kekerasan, jihad dan pembunuhan dalam Islam adalah kehidupan itu sendiri. Rumah Tiara fibarokatillah...
BalasHapus