2.01.2009

Obrolan warung kopi dengan aktifis JIL

Obrolan ini berawal dari keheranan saya kepada seorang aktifis JIL yang berkomentar saat acara debat di salah satu stasiun televisi swasta beberapa pekan yang lalu. Ia mengatakan bahwa menghina Yahudi sama saja dengan menghina para Nabi yang juga kebanyakan diutus dari kalangan Yahudi. Nampaknya ia lupa bahwa bangsa Yahudi juga yang membunuh para Nabi mereka itu.


Selesai tayangan debat saya SMS beliau:
“Bang, mari kita bicara tidak atas nama agama sebagaimana anda memang tidak menyukainya. Mari kita bicara atas nama kemanusiaan sebagaimana anda suka dan agung-agungkan. Maka atas nama kemanusiaan apa yang telah anda lakukan untuk Palestina?” Entah apa jawaban beliau karena saya SMS menggunakan Hp adik yang saat saya cek sudah dia hapus.

Marilah kita ikuti obrolan warung kopi yang saya lakukan dengan beliau (selanjutnya saya menggunakan ‘beliau’ untuk mengidentifikasi aktifis JIL tersebut). Selanjutnya anda dapat memberikan komentar dari obrolan di bawah ini:

(Saya sengaja lebih banyak mengajukan banyak pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan membongkar landasan cara berfikir JIL yang rapuh dan seringkali tidak ilmiah. Saya tidak mau repot-repot membantah dengan panjang lebar, sementara pendapat JIL sendiri hanya merupakan ungkapan kegenitan intelektual dan sambil lalu).

Saya: “Bang maaf kemarin terputus, mari kita lanjutkan obrolan via sms, kalau lewat telpon khawatir banyak kata yang mubadzir. Soal; kenapa buat Ahmadiyah JIL dan kawan-kawan bisa demo, buat Palestina tidak bisa?” (16-01-2009 / 14: 36: 02)
Beliau: “Kami sudah 3 kali berdemo. Sekarang kami melakukan donor darah. Pertanyaan yang sama, kenapa kawan-kawan begitu antusias demo soal Palestina tapi Ahmadiyah yang diusir dan dibakar rumahnya tidak dipedulikan.” (16-01-2009 / 15: 00: 32)
Saya: “Kenapa demonya tidak sebesar demo dukung Ahmadiyah dan tidak terdengar? Siapa yang mengusir dan membakar, punya bukti valid? Kalau ada kirim ke wildanhasan@yahoo. com. Ane tunggu.” (16-01-2009 / 15: 05: 42)
Beliau: “Pasti demo kami tenggelam oleh kampanye PKS yang memanfaatkan momentum Palestina.” (16-01-2009 / 18: 07: 14)
Beliau: “Datanya cari sendiri, mulai dari Parung, Tasik, Garut Lombok…kawan-kawan sendiri sudah berbuat apa untuk Palestina?” (16-01-2009 / 18: 05: 24)
Saya: “Datanya cari sendiri, mulai dari ormas-ormas Islam, parpol, LSM non oportunis, relawan jihad, dana jutaan dolar, makanan, obat-obatan dan lain-lain. Pokoknya lebih berarti dari sekedar donor darah.” (16-01-2009 / 18: 13: 34)
Beliau: “Alhamdulillah. Mudah-mudahan bantuan teman-teman lebih berarti.” (16-01-2009 / 18: 24: 48)
Saya: “Amien…kenapa membela Palestina tidak boleh atas nama agama?” (16-01-2009 / 18: 26: 56)
Beliau: “Tentu saja boleh, karena agama mengajarkan untuk membela siapapun yang teraniaya.” (16-01-2009 / 18: 33: 00)
Saya: “Solat dulu yuk…” (16-01-2009 / 18: 33: 57)
Saya: “Lanjut…teraniaya dalam arti apa bang?” (16-01-2009 / 18: 50: 36)
Beliau: “Siapapun yang diperlakukan tidak adil apalagi dibunuhi seperti rakyat Palestina sekarang.” (16-01-2009 / 19: 10: 57)
Saya: “Menurut abang adil itu apa? Rakyat Israel yang ‘dibunuhi’ Hamas apakah mereka telah diperlakukan tidak adil?” (16-01-2009 / 19: 14: 53)
Beliau: “Adil dalam konteks apa? Politik, ekonomi, filsafat?” (16-01-2009 / 20: 28: 07)
Beliau: “Ya, mereka juga tidak diperlakukan tidak adil. Rakyat sipil tidak boleh jadi korban.” (17-01-2009 / 03: 17: 24)
Saya: “Bagaimana agar dalam perang, rakyat sipil tidak jadi korban?” (16-01-2009 / 20: 19: 43)
Beliau : “Ya berhenti perang. Belajar kepada perjuangan Gandhi atau Soekarno.” (16-01-2009 / 20: 27: 54)
Saya: “Bagaimana caranya?” (16-01-2009 / 20: 25: 23)
Beliau: “Berhenti berperang. Jalan diplomasi jauh lebih manusiawi.” (17-01-2009 / 03: 24: 04)
Saya: “Cara berhenti berperang? Cara belajar kepada Gandhi dan Soekarno? Samakah motivasinya?” (16-01-2009 / 20: 30: 06)
Beliau: “Motivasi bagaimana?” (17-01-2009 / 03: 32: 49)
Saya: “Arti adil juga belum dijawab?” (16-01-2009 / 20: 19: 43)
Saya: “Arti adil dulu dijawab?” (16-01-2009 / 20: 34: 06)
Beliau: “Bagi saya, adil itu tidak memaksakan sesuatu, memanusiakan manusia. Semua manusia sama.” (16-01-2009 / 20: 36: 27)
Saya: “kalau artinya seperti itu berarti hidup akan tanpa peraturan? Berarti kita tidak boleh memaksa Israel hentikan serangannya? Memanusiakan manusia maksudnya?” (17-01-2009 / 12: 54: 26)
Beliau: “Kalau kita mampu memaksa Israel mengehentikan serangan, maka seharusnya itu dilakukan. Tetapi sejauh ini upaya pemaksaan hanya menjadi alasan Israel menyerang balik dan memperluas wilayah.” (17-01-2009 / 20: 45: 57)
Saya: “baiklah kalau begitu kita biarkan saja Israel terus menghabisi rakyat Palestina?” (17-01-2009 / 13: 48: 44)
Beliau: “Terus menekan Israel dan AS untuk menghentikan serangan mutlak diperlukan. Kamu sendiri apa bisa dilakukan?” (17-01-2009 / 13: 56: 59)
Saya; “Katanya tidak boleh memaksa, apalagi menekan? Tidak ‘adil’ dong…” (17-01-2009 / 13: 59: 13)
Beliau: “Israel itu sekarang melakukan pemaksaan, oleh karenanya mereka berlaku tidak adil. Kita melakukan tekanan melalui seruan, pernyataan sikap, dan lain-lain agar ketidak adilan itu berhenti.” (17-01-2009 / 18: 34: 09)
Saya: “Saya ingin melihat JIL dan kawan-kawan mencantumkan seruan dukungan di Palestina di media massa nasional secara terbuka seperti yang lain-lain bagaimana?” (17-01-2009 / 18: 49: 21)
Beliau: “Bukalah website JIL, kami perjuangkan rakyat Palestina sepenuh hati. Besok, pukul 13, teman-teman akan kembali menggelar demo. Kalau ada kemampuan, pasti akan kami lakukan apapun untuk rakyat Palestina.” (18-01-2009 / 01: 55: 17)
Saya: “Oh ya…nanti saya lihat. Tapi yang lihat web kan terbatas. Paling tidak di Kompas biar gratisan?” (17-01-2009 / 18: 58: 59)
Beliau: “Maksudnya gratisan?” (18-01-2009 / 02: 07: 42)
Saya: “Tulis di media “JIL sepenuhnya mendukung perjuangan rakyat palestina” berani? Atau pernyataan pers secara terbuka, bisa?” (17-01-2009 / 19: 04: 05)
Beliau: “Kami sudah mengeluarkan sikap sebagai lembaga. Kenapa terlalu banyak menuntut orang lain? Kalau kamu mampu berbuat, berbuatlah.” (17-01-2009 / 21: 13: 14)
Beliau: “Beberapa orang JIL sudah mengemukakan itu lewat tulisan di media cetak, konferensi pers, talkshow radio dan televisi. Maksudnya berani apa?” (18-01-2009 / 02: 07: 42)
Saya: “Kita ingin dengar, baca, lihat JIL nya bukan person-personnya. Hehe…siapa tahu tidak berani.” (17-01-2009 / 21: 04: 50)
Saya: “Ariel Sharon bilang jalan diplomasi adalah kelemahan?” (19-01-2009 / 22: 14: 28)
Beliau: “Israel memang selalu menghendaki perang, sebab dengan perang mereka bisa memperluas wilayah. Hamas sering terjebak dalam perang yang diinginkan Israel.” (19-01-2009 / 22: 27: 08)
Saya: “Hamas terjebak, dijebak, diam atau melawan sama saja diperangi. Itulah watak imperialis. Dulu Indonesia sering melakukan perjanjian damai dengan penjajah Belanda, toh tetap merdekanya oleh perjuangan fisik. Sebutkan Negara mana di dunia yang kemerdekaannya dihadiahkan oleh si penjajah?” (20-01-2009 / 07: 07: 15)
Saya: “Ass. Bang apa kabar? Karena pertanyaan terakhir tidak dijawab. Saya ajukan pertanyaan lain, optimiskah abang bahwa Obama akan seriusi nasib palestina?” (22-01-2009 / 08: 00: 23)
Beliau: “Tidak optimis” (22-01-2009 / 19: 06: 52)
Saya: “Wah…nampaknya abang sudah bosan ya. Ya sudah kita sudahi saja. Semoga sehat selalu. Salam.” (22-01-2009 / 19: 19: 23)
Beliau: (Tidak ada jawaban)

Sebenarnya saya ingin menambahkan beberapa penjelasan dari obrolan tersebut. Tapi nampaknya tidak terlalu fair. Kecuali si ‘beliau’ berkenan bergabung bersama kita di blog ini memberikan tanggapan. Silahkan forum terbuka dimulai……
wh

1 komentar:

  1. Wildan Hasan adalah profile anak kampung yang sok tau hi hi hi hi

    BalasHapus