4.18.2012

Fakta Majapahit, Gajah Mada dan Islam

QUESTION 14 : Kerajaan Majapahit berhasil menyatukan wilayah Indonesia karena kehebatan Patih Gajahmada yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya.
(A. SETUJU B. TIDAK SETUJU). —

Penjajah berkepentingan untuk mengubur Islam sebagai akar budaya nasional dan menggantinya dengan Hindu (atau selain Islam). Sehingga dilakukan berbagai usaha seperti penyimpangan sejarah dan mengangkat budaya dan tradisi hinduisme sebagai akar budaya nasional, misalnya membongkar kembali borobudur dan prambanan yg sudah hancur dan terkubur dll.

Kepentingan kolonialisme sebagaimana kita mafhum adalah penyebaran ajaran Kiristen (Gospel) serta motivasi balas dendam atas kekalahan Kristen dalam perang Sabil (salib). Sehingga apapun yang berbau Islam dimusnahkan.

Demikian pula, Majapahit dan hinduisme diangkat terus serta dipaksakan dalam penulisan sejarah sebagai cikal bakal dan nenek moyang bangsa. Padahal tidak demikian.

Oleh karena itu, cobalah tanyakan kepada anak2 kita sekarang, apakaha meraka mengenal Raden Fatah, Raja Muslim pertama di Tanah Jawa. Raden Patah adalah putra Raja Majapahit, sekaligus santri dari Sunan Ampel. Tanyakan kepada para Siswa di Sekolah2 Islam, apakah mereka mengenal dan mengagumi Sultan Agung yang mengirimkan tentaranya dari Yogyakarta ke Jakarta untuk mengusir penjajah Portugis?

Tapi, kita dan anak2 kita dicekoki sebuah cerita bahwa Nusantara pernah disatukan oleh Gajah Mada. Bahwa kerajaan Hindu itulah yang berhasil yang berhasil menyatukan Nusantara. Sehingga opini yang disampaikan kepada anak2 kita tampaknya: "Islam datang untuk menghancurkan kejayaan Indonesia yang sudah berhasil dibangun oleh Majapahit!"

Sebab, setelah itu - sebagaimana digambarkan dalam buku pelajaran sejarah - muncul kerajaan2 Islam yg tdk pernah berhasil menjelma menjadi kerajaan nasional, sebagaimana Sriwijaya dan Majapahit. Jadi, Islam digambarkan sebagai faktor yg tdk kondusif sebagai "pemersatu Indonesia". Dengan kata lain, Indonesia hanya bisa disatukan bukan dengan Islam, tetapi dengan ideologi lain, apakah ateisme, animisme, atau sekularisme. Pada akhirnya sampai saat ini msh byk yg phobi kepada syariat Islam.

Padahal, coba diperiksa dan pertanyakan; kapan Majapahit benar2 berhasil menyatukan Nusantara, wilayahnya sampai mana, dengan cara apa Majapahit menyautkan Nusantara? katanya, Gajah Mada pernah bersumpah, namanya Sumpah Palapa! Apakah sumpah seseorang bisa dijadikan bukti bahwa dia berhasil mewujudkan sumpahnya?

Prof. C.C. Berg, termasuk yg mengkritik upaya pengkultusan dan pemitosan kebesaran majapahit. (Maret 1952)

Mitos kebesaran dan keruntuhan Majapahit banyak dikisahkan dalam kitab Darmogandul (kitab yang isinya penuh penghinaan terhadap Islam, Nabi Muhammad dan Al-Qur'an) yang juga meratapi keruntuhan Majpahit dan mencerca para penyebar Islam di Tanah Jawa (Wali Songo).

Serat Darmogandul begitu menggebu-gebu menyerang Islam dan mengharapkan orang jawa berganti agama, dengan meninggalkan Islam. (Lihat, Anonim. Darmogandul. Cet IV. Kediri: Penerbit Tan Khoen Swie, 1955)

Setelah diteliti ternyata serat Darmogandul merupakan karya dari seorang Kristen bernama Ngabdullah Tunggul Wulung atau dikenal dengan nama baptis Ibrahim Tunggul Wulung. Ngabdullah merupakan sosok yang intens bersentuhan dengan sejumlah pendeta Kristen Belanda.

maka jelas nampak benang merah antara upaya mengunggulkan Majapahit dengan kolonialisme.

Hidayatullah.com--DISAMPING banyak berisi penghinaan melalui pemaknaan istilah Islam dengan ungkapan-ungkapan jorok, ternyata Darmagandul juga berisi banyak kisah-kisah yang bersumber dari Bible. Lebih dari itu, ungkapan-ungkapan di dalamnya berisi ajakan untuk meninggalkan ajaran Islam dengan memeluk ajaran Kristen.

Di sisi lain, Darmagandul sendiri banyak memiliki cacat ilmiah. Baik itu karena ada kesalahan dalam data sejarah, kontroversi mengenai identitas penulisnya atau karena karya lain yang menjadi rujukan dalam penulisannya sendiri amat bermasalah.

Namun anehnya, ada pihak-pihak yang masih menjadikan Darmagandul sebagai sumber sejarah dan diperlakukan sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah. Nah, bagaimana pemaparan selengkapnya?

Tulisan ini lanjutan dari tulisan sebelumnya berjudul: “Otak-Atik Gathuk” Serat Darmagandul [1]

***

Dalam Darmagandul, wali diartikan sebagai walikan (kebalikan). Artinya, para ulama Walisongo telah diberi kebaikan namun kemudian membalas dengan keburukan.

“Punika sadat sarengat, tegese sarengat niki, yen sare wadine njengat, tarekat taren kang estri, hakekat nunggil kapti, kedah rujuk estri kakung, makripat ngretos wikan, sarak sarat laki rabi, ngaben ala kaidenna yayah rina.”

Artinya, ”Lapal semacam itu adalah dinamakan syahadat Syari’at. Sarengat artinya, kalau sare (tidur) kemaluannya jengat (berdiri). Ada perkataan lain yang selalu dihubungkan dengan sarengat, yaitu tarekat, hakekat, dan ma’ripat. Tarekat artinya taren (bertanya, minta setubuh) kepada isteri, hakekat artinya: bersama selesai, lelaki dan wanita harus rukun (solider), ma’ripat artinya: mengerti, yakni mengetahui sarat pernikahan, dan dilakukan di waktu siang juga boleh.”

Demikianlah Serat Darmagandul berbicara mengenai beberapa istilah Islam dan memlesetkannya menjadi ungkapan-ungkapan jorok yang sama sekali jauh dari arti yang sesungguhnya. Hal ini ditunjukkan oleh Prof. H.M. Rasjidi dalam buku “Islam dan Kebatinan”.

Ungkapan uthak-athik gathuk yaitu usaha menghubung-hubungkan sejumlah istilah yang sebenarnya tidak memiliki hubungan dengan permainan kata-kata agar sesuai dengan kepentingan yang menjadi misinya yang merendahkan Islam banyak dijumpai di Serat Darmagandul. Disamping berbicara mengenai syari`at, tarekat, hakikat atau ma`rifat, ia juga berbicara mengenai Al-Qur`an beserta para rasul.

Al-Qur`an sendiri “ditafsirkan” secara serampangan dengan plesetan. Misalnya, dalam penafsiran Surat Al Baqarah, penulis Darmagandul mengungkapnkan sebagai berikut:

“Tetep ing alame lama, kasebut Dalil Kurani, alip lam mim, dallikale kitabul rahepa pami, lara hudan lilmuttakin, waladina tegesipun, alip punika sastra, urip boten kenging pati, lami-lami mung ngangge alame lama. Alame lam mim dallikal, yen turu nyengkal ing wadi, tegesipun kitabulla,natab mlebu ala wadi,tegese rahabapi, rahaba kang nganggo sampur, hudan lil muttakiina, yen wus wuda jalu estri, den mutena wadi ala jroning ala.”
Artinya, ”Tersebut dalam Al-Qur`an: Alif Lam Mim, dzalikal kitabu la raiba fihi, hudan lilmuttaqien, alladzina ...artinya: (menurut Damogandul) Dzalikal, jika tidur kemaluannya nyengkal (berdiri) kitabu la; kemaluan lelaki masuk di kemaluan perempuan dengan tergesa-gesa; raiba fihi perempuan yang pakai kain; hudan; telanjang (bahasa Jawa: wuda) Lil muttaqien; sesudah telanjang kemaluan lelaki termuat dalam kemaluan wanita ... “
Utak-atik kata dari istilah-istilah, yang bertujuan merendahkan Islam dan para utusan Allah bisa juga ditemui di bagian lain dari Darmagandul:

“Niku agami muchammad, saminipun agamine Nuh Nabi, nuh neh remeh kawruhipun, niku nabine bocah, remen rumat abang kuning nedi tuwuk, …”

Artinya, “Itu agama Muhammad, sama dengan agama Nabi Nuh, Nuh adalah remeh pengetahuannya, itu nabinya untuk anak-anak (kekanak-kanakan), suka menyimpan merah kuning (maksudnya: sifat tercela) dan makan kenyang …”

Walhasil, cara pembahasan yang digunakan dalam Darmagandul tidak memiliki patokan metodologi yang jelas dan hanya menyandarkan pada teknik otak-atik gathuk. Dari upaya-upaya yang didukung dengan teknis yang tidak elegan ini, secara jelas telah menunjukkan bahwa Serat Darmagandul memang sekedar ditulis untuk sebuah “permainan” dalam artian perbuatan yang tidak bertanggungjawab. Oleh karena itu, seharusnya sukar menjadi referensi kepustakaan yang bersifat ilmiah, apalagi menjadi sebuah ajaran.

Ada Bible di Darmagandul

Marginalisasi ajaran Islam dilakukan penulis Darmagandul dengan menyatakan bahwa hukum dalam Al-Qur`an sudah tidak berlaku dan sebagai gantinya adalah hukum Kristen.

“Panjenengan Nabi Dawud, putranira kang tuwa, Abe Salam ingkang nami, mungsuh bapa anggege keprabonira. Dawud kengser saking praja, Abe Salam kang gumanti, sawise antara warsa, Nabi Dawud sarta dasih, wangsul amukul nagri, Sang Abe Salam lumayu, angungsi wana-wana, ginawa mbandang turanggi, pan kecantol tenggaknja oyoding wreksa. Kudane mberung lumajar, Abe Salam iku kari, tenggaknya ketjantol lata, gumatung wreksa ngemasi, iku kukume Widi, yen wong mungsuh bapa ratu…”

Itulah sepenggal kisah dari Serat Darmagandul yang mengisahkan tentang perebutan kekuasaan antara Nabi Dawud dan Absalom, puteranya. Demikian terjemahnya lengkapnya, “Putra Nabi dawud yang tua bernama Absalom, melawan ayahnya untuk merebut tahta. Dawud terusir dari istana dan Absalom menggantikannya sebagai raja. Setelah beberapa tahun Dawud kemudian menyerang Absalom dan berhasil merebut negerinya. Absalom melarikan diri dengan mengendarai kuda. Kudanya terus berlari kencang meskipun kepala Absalom menyangkut di dahan pohon, itulah hukum Tuhan, jika anak bermusuhan dengan ayahnya yang seorang raja…”

Kisah kedurhakaan putra Dawud di atas tarnyata hanya dapat dijumpai dari kitab II Samuel pasal 15 hingga 18. Kisah lain adalah cerita Darmagandul bahwa Nabi Dawud menghendaki (berzina) dengan Batsyeba, istri bawahannya yang bernama Uria. Dawud kemudian membuat muslihat agar Uria maju ke barisan terdepan medan pertempuran. Harapannya, Uria akan terbunuh dalam peperangan dan Batsyeba dapat diperistri oleh Dawud. Sumber cerita ini dapat ditelusur berasal dari II Samuel pasal 11 dan 12.

Penyisipan isi Bible ke dalam Darmagandul disamping menggunakan ungkapan yang amat gamblang seperti kasus di atas, terkadang juga menggunakan simbol-simbol. Sebagai contoh, adalah penggunaan ungkapan wit kawruh (pohon pengetahuan), wit kuldi (pohon Kuldi), dan wit budi (pohon budi). Wit kawruh digunakan sebagai simbol untuk mendeskripsikan Agama Nashrani, wit kuldi merupakan simbolisasi Agama Islam, dan wit Budi merepresentasikan “agama asli Jawa” yang oleh Darmagandul disebutkan sebagai Agama Budha. Hal ini dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut:

“Lamun seneng neda woh wit budi, mituruta babon, Buda-Budi karan agamane, anyebuta Dewa Batara Di, Lamun seneng bukti, woh wit kajeng kawruh, Anyebuta asmane Jeng Nabi Isa kang kinaot, mituruta Gusti agamane, lamun seneng neda woh wit kuldi, njebuta Jeng Nabi Muhammad Rasulun.”

Artinya, “Jika suka memakan buah Pohon Budi, maka ikutilah induk, Agama Buda-Budi, Sebutlah nama Dewa Batara Di. Jika suka bukti, makanlah buah Pohon Pengetahuan, Sebutlah nama Nabi Isa yang termuat, turutilah Agamanya. Jika suka memakan buah Pohon Kuldi maka sebutlah nama Nabi Muhammad.”

Dari kutipan di atas telah cukup dimengerti bahwa istilah-istilah tersebut mewakili sebuah makna secara khusus. Ide penggunaan simbolisasi agama dengan meminjam nama “jenis pohon” dapat dilacak sumbernya sebagai berikut:

“Darmogandul matur, nyuwun diterangake bab enggone Nabi Adam lan Babu Kawa pada kesiku dening Pangeran, sabab saka enggone padha dhahar wohe kayu kawruh kang ditandur ana satengahing taman firdaus. Ana maneh kitab kang nerangake kang didhahar Nabi Adan lan Babu Kawa iku woh Kuldi, kang ditandur ana ing swarga. Mula nyuwun diterangake, yen ing kitab Jawa diceritaake kepriye, kang nyebutake kok mung kitab Arab lan kitabe wong Srani.”

Artinya, “Darmagandul berbicara, minta diterangkan bab cerita Nabi Adam dan Hawa yang dihukum oleh Pangeran, sebab telah memakan buah pohon pengetahuan yang ditanam di tengah taman firdaus. Ada lagi yang menerangkan bahwa yang dimakan Nabi Adam dan Hawa itu buah Kuldi, yang ditanam di Surga. Maka minta diterangkan, jika dalam kitab Jawa diceritakan bagaimana, yang menyebutkan mengapa hanya kitab Arab dan kitab Agama Nashrani.”

Ternyata, ide penggunaan istilah “wit kawruh” rupanya diperoleh pengarang Darmagandul dari kitab Suci Kristen. Hal ini dapat dilihat dalam Kejadian 2:16-17 sebagai berikut: “Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Jika demikian faktanya, pengarang Serat Darmagandul bisa dipastikan merupakan penganut Kristen yang telah bersentuhan dengan sejumlah cerita Perjanjian Lama. Ide-ide dari kitab tersebut lantas diolah sehingga menghasilkan jalinan cerita dalam Serat Darmagandul. Tidak mengherankan jika kitab berbahasa Jawa berbau pornografi ini kental dengan kisah yang bersumber dari Perjanjian Lama.

Kedekatan Serat Darmagandul dengan Kekristenan ini diakui oleh sejumlah penulis dan akademisi. G. W. J. Drewes, orientalis Belanda, dalam tulisannya “The Struggle Between Javanism and Islam as Illustrated by Serat Dermagandul” di Jurnal BKI mengungkapkan bahwa buku ini menghadirkan term-term yang menunjukkan adanya pembahasan tentang ajaran Kristen di dalamnya. Philip Van Akkeren, orientalis Belanda lainnya, bahkan berspekulasi bahwa Darmagandul merupakan karya dari seorang Kristen bernama Ngabdullah Tunggul Wulung atau dikenal dengan nama baptis Ibrahim Tunggul Wulung. Ngabdullah merupakan sosok yang intens bersentuhan dengan sejumlah pendeta Kristen Belanda. Teori ini memang mampu menjelaskan keberadaan anasir Kristen dalam Serat Darmagandul. Namun ketidakjelasan argumentasi Van Akkeren dan ketidaksesuaian dengan sejumlah fakta, justru menguatkan bahwa teori ini lemah dan dapat dibantah.

Belakangan, teori Van Akkeren ini nampaknya mendapat dukungan. Bambang Noorsena, tokoh Kristen Orthodoks Syria (KOS), dalam bukunya “ Menyongsong Sang Ratu Adil: Perjumpaan Iman Kristen dan Kejawen”, senada dengan Van Akkeren menganggap bahwa Tunggul Wulung dimungkinkan merupakan pengarang serat tersebut.

Kristenisasi

Pengarang Serat Darmagandul sejak awal beritikad menampilkan bahwa agama Nashrani lebih unggul dibandingkan agama-agama lainnya. Motif ini dapat ditelisik, dimana Islam senantiasa ditampilkan dalam image negatif. Ajaran Kristen sendiri ditempatkan secara positif dalam gambaran sebagai berikut:

“… Kang diarani agama Srani iku tegese sranane ngabekti, temen-temen ngabekti mrang Pangeran, ora nganggo nembah brahala, mung nembah marang Allah, mula sebutane Gusti Kanjeng Nabi Isa iku Putrane Allah, awit Allah kang mujudake, ...”

Artinya,”… Yang disebut agama Nashrani adalah sarana berbakti, benar-benar berbakti kepada Tuhan tanpa menyembah berhala, hanya menyembah Allah, maka sebutannya Gusti Kanjeng Nabi Isa itu Putra Allah, sebab Allah yang mewujudkan.”

Selain itu Serat Darmagandul juga mencoba mengetengahkan upaya marginalisasi ajaran Islam dengan menyatakan bahwa hukum dalam Al-Qur`an sudah tidak berlaku dan sebagai gantinya adalah hukum Kristen. Simak ungkapan berikut:

”Kitab ‘Arab djaman wektu niki, sampun mboten kanggo, resah sija adil lan kukume, ingkang kangge mutusi prakawis, kitabe Djeng Nabi, Isa Rahullahu.”

Artinya, “Kitab Arab pada jaman ini sudah tidak terpakai sebab hukumnya meresahkan dan tidak adil. Yang digunakan untuk memutuskan perkara adalah kitab Nabi Isa Rahullah.”

Adapun puncak dari seluruh motif dan kepentingan dalam penulisan buku Darmagandul digambarkan dalam suara kutukan roh Prabu Brawijaya terhadap Raden Patah sebagai berikut :

“…eling-elingen ing besuk, yen wis ana agama kawruh, ing tembe bakal tak wales, tak ajar weruh ing nalar bener lan luput, pranatane mengku praja, mangan babi kaya dek jaman Majapahit.”

Artinya, “Ingat-ingatlah besok, jika ada agama pengetahuan, maka akan kubalas, akan kuajari pengetahuan yang benar dan salah, peraturan tata negara, memakan babi seperti jaman Majapahit.”

Puncaknya, Serat Darmagandul ingin mengatakan bahwa Islam akan kalah oleh agama kawruh, dalam hal ini sebangun dengan pohon pengetahuan yang maksudnya adalah Kristen. Serat Darmagandul seolah-olah sedang memberikan ramalan masa depan bahwa Islam di Jawa akan ditundukkan oleh Kristen yang dianggap akan mengajar benar dan salah serta menghalalkan babi. Maka telah jelas bahwa penulisan Darmagandul sejak awal dimaksudkan guna kepentingan misi penginjilan, bukan kitab bagi kalangan kebatinan. */Susiyanto, SAHID

4.16.2012

Hukum membawa anak ke Mesjid

Bismillah…
Bila nanti 'diadili' oleh pengurus DKM :-)

Pertama, Tidak ada larangan membawa anak kecil atau balita ke masjid untuk mendengarkan dan menyaksikan atau mengikuti sholat berjama’ah. Bahkan Rasulullah saw sendiri sering mengajak kedua cucunya; Hasan dan Husein ke Masjid dan rela punggungnya dinaiki oleh keduanya saat beliau sujud. Serta menggendong cucunya saat dalam sholat.

Kedua, Uminya sedang nyuci dan mandi sehingga saat waktu sholat datang saya bawa dede Gozi ke masjid. Sementara dede Gozi belum bisa dititip ke yang lain, ia hanya lengket sama Abi, Umi dan Mbahnya saja (Mbahnya lagi ga ada).

Ketiga, dede Gozi dalam kondisi demam sehingga dia teriak2 terus saat sholat sedang ditegakkan. Biasanya aman, damai, adil dan sejahtera he…

Sholat dengan tenang, khusuk dan thuma’ninah memang harus, namun tidak harus serta merta mengkambing hitamkan anak2 saat diri belum mampu khusuk. Bagaimana pula saat sholat khouf, yang bukan lagi dicoba dengan kebisingan bahkan ancaman kehilangan nyawa ? Lha..lalu kita salahkan saja peperangan atau sesuatu yang mendesak itu ???

Keempat, saya sengaja memang sesering mungkin mengajak kedua anak saya untuk pergi sholat berjama’ah ke masjid. Saya termasuk yang tidak sepakat bila anak2 dilarang ke masjid dengan alasan membikin ribut. Bagi saya lebih baik anak2 itu ribut di masjid (tentu lebih baik lagi tdk ribut dengan bimbingan dari semua orangtuanya) daripada dengan khusuk dan thuma’ninah di depan TV atau sibuk dengan kawan2nya di luaran.

Saya tidak ingin Masjid menjadi tempat yang menyeramkan dan tidak menyenangkan bagi anak2.. :-(

Mengerikan bila para orang tua itu merasa khusuk sholat di masjid tanpa anak2 yang bagi mereka mengganggu, kemudian di hadapan Allah Ta’ala kelak tergagap-gagap didakwa oleh anak2nya: “Kenapa kami tidak diakrabkan dengan masjid ???” Dijauhkan dari masjid, lalu menempuh jalan salah akibat bimbingan TV dan kawan2 sepermainannya.

*Curhat setelah tadi sholat Dzuhur dimarahin habis-habisan oleh sesepuh Masjid hehehe…. Dan saya pun habis-habisan minta maaf :-)

Ahlu Kitab bukan kafir ?

QUESTION 7 : Salah satu Rukun Iman adalah beriman kepada kitab-kitab Allah. Karena itu, disamping wajib beriman kepada al-Quran, umat Islam juga wajib beriman kepada Taurat dan Injil yang dulu diturunkan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa a.s. dan sampai sekarang digunakan sebagai Kitab Suci kaum Yahudi dan Nasrani. Karena itulah, kaum Yahudi dan Nasrani disebut golongan Ahlul Kitab, bukan golongan kafir.
(A. SETUJU B. TIDAK SETUJU)

Yahudi Dan Nasrani Kufur :

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al-Bayyinah: 6)

“Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Al baqarah: 105)

“Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik". (Al Baqarah: 135)

Warisan Peradaban Islam di Indonesia

QUESTION 10 : Patut disesalkan, meskipun berhasil mengislamkan mayoritas penduduk Indonesia, tetapi para pembawa Islam ke Indonesia tidak meninggalkan warisan peradaban yang tinggi, sebagaimana kaum Hindu dan Budha yang berhasil menjaga dan meninggalkan warisan peradaban yang tinggi dan diakui oleh dunia internasional, seperti Candi Borobudur dan Prambanan.
(A. SETUJU B. TIDAK SETUJU)

Islam tdk mewariskan kebudayaan dan peradaban materi sebagai prioritas. Islam mewariskan kebudayaan dan peradaban Ilmu, Iman dan Amal. dan hasilnya mayoritas penduduk negeri ini beragama Islam tanpa iming2 materi dan tempat ibadah yang megah dan mewah.

Bilapun harus menghitung warisan budaya materi; agama apakah dan negeri manakah yang memilki tempat ibadah jutaan banyaknya selain Islam. Tempat ibadah (Mesjid, mushola, langgar, meunasah, tajug dll) yang masih dan terus berfungsi yg menunjukkan Islam sebagai agama yang hidup, yang tidak terus mati dengan matinya tempat ibadah agama lain sebagimana borobudur dan prambanan.

Sepakat dengan komentar mbak Siti Jamilah; bahwa Borobudur dan prambanan menyisakan cipratan darah rakyat waktu itu yg membangunnya atas paksaan penguasa.

Borobudur dan prambanan yang sebelumnya sudah terpendam di dlm tanah dalam kondisi hancur bercerai-berai kembali digali oleh penjajah utk menyuburkan kembali kemusyrikan dan membuat rakyat nusantara berpaling dari Islam. Penjajah merekayasa akar sejarah bangsa indonesia yang Islam ke arah adat istiadat dan budaya pagan sebelum Islam. Sehingga lunturlah semangat jihad umat Islam yg paling ditakuti penjajah. Karena kita tahu bahwa misi kolonialisme bukan hanya gold dan glory tapi yang utama adalah GOSPEL (penyebaran injil) dan balas dendam atas kekalahan di perang SABIL (salib).

Pahlawan wanita terbesar di Indonesia

QUESTION 13 : Pahlawan wanita terbesar di Indonesia adalah R.A. Kartini yang dalam hidupnya telah melakukan tindakan besar dalam memajukan wanita Indonesia.
(A. SETUJU B. TIDAK SETUJU)

Harsja W. Bachtiar, yang menamatkan doktor sosiologinya di Harvard University, menggugat dengan halus, mengapa harus Kartini yang dijadikan sebagai simbol kemajuan wanita Indonesia. Ia menunjuk dua sosok wanita yang hebat dalam sejarah Indonesia. Pertama, Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh dan kedua, Siti Aisyah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan. Anehnya, tulis Harsja, dua wanita itu tidak masuk dalam buku Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1978), terbitan resmi Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Tentu saja Kartini masuk dalam buku tersebut.

Padahal, papar Harsja, kehebatan dua wanita itu sangat luar biasa. Sultanah Safiatudin dikenal sebagai sosok yang sangat pintar dan aktif mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain bahasa Aceh dan Melayu, dia menguasai bahasa Arab, Persia, Spanyol dan Urdu. Di masa pemerintahannya, ilmu dan kesusastraan berkembang pesat. Ketika itulah lahir karya-karya besar dari Nuruddin ar-Raniry, Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf. Ia juga berhasil menampik usaha-usaha Belanda untuk menempatkan diri di daerah Aceh. VOC pun tidak berhasil memperoleh monopoli atas perdagangan timah dan komoditi lainnya. Sultanah memerintah Aceh cukup lama, yaitu 1644-1675. Ia dikenal sangat memajukan pendidikan, baik untuk pria maupun untuk wanita.

Tokoh wanita kedua yang disebut Harsja Bachriar adalah Siti Aisyah We Tenriolle. Wanita ini bukan hanya dikenal ahli dalam pemerintahan, tetapi juga mahir dalam kesusastraan. B.F. Matthes, orang Belanda yang ahli sejarah Sulawesi Selatan, mengaku mendapat manfaat besar dari sebuah epos La-Galigo, yang mencakup lebih dari 7.000 halaman folio. Ikhtisar epos besar itu dibuat sendiri oleh We Tenriolle. Pada tahun 1908, wanita ini mendirikan sekolah pertama di Tanette, tempat pendidikan modern pertama yang dibuka baik untuk anak-anak pria maupun untuk wanita.

Penelusuran Prof. Harsja W. Bachtiar terhadap penokohan Kartini akhirnya menemukan kenyataan, bahwa Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan sebagai pendekar kemajuan wanita pribumi di Indonesia.

Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.

Bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah dari Aceh, klaim-klaim keterbelakangan kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama-wanita. Di Aceh, kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Malahayati.

4.14.2012

Islam dan Kisah Sangkuriang

QUESTION 12 : Sekalipun orang sunda dianggap memiliki karakter kelembutan yang dominan dibanding suku2 lain di Indonesia sehingga tergambar dalam seni pencak silatnya yang diiringi oleh gamelan (musik). Namun, sebenarnya karakteristik dasar... orang sunda tidak Islami bahkan asusila seperti praktek kawin-cerai dan incest yang tergambar dalam kisah legendaris suku sunda Sangkuriang dan Dayang Sumbi.
(A. SETUJU B. TIDAK SETUJU)

Saya sunda banget malah kang Zul...belumkah ada yg bisa menangkap apa yang saya maksud dengan questioner di atas ?

kenapa kita selama ini terpenjarakan dengan dogma RAS dan SARA ???

Mari kita diskusikan, jangan lagi nanti ada yang merendahkan orang sunda karena dianggap emosional...:-)

beberapa waktu lalu saya hadir dalam saresehan "Kearifan Lokal"di Cianjur dengan narasumber Dr. Muhammad Fajar Laksana (Direktur Musium Islam Prabu Siliwangi Sukabumi/ ternyata Prabu siliwangi Muslim bahkan seorang Da'i).

Salah satu point yang beliau sampaikan adalah bahwa akar budaya Sunda adalah budaya dan tradisi yang lahir dari kerajaan terbesar di tanah pasundan yakni PAKUAN PADJAJARAN di bawah pimpinan Raja Muslim PRABU SILIWANGI. Artinya akar budaya Sunda adalah Islam. Dan Islam dengan begitu harus kembali menjadi filosofi dasar, ruh serta pedoman hidup urang sunda kini dan seterusnya.

Beliau menyesalkan adanya mitos kisah legendaris Sangkuriang dan Dayang Sumbi yang sama sekali tidak mencerminkan keyakinan, tradisi, budaya dan nilai Islam. Artinya, kisah Sangkuriang itu bukan lahir dari babakan sejarah Islam namun lahir - bisa jadi - dibuat oleh kolonial penjajah kafir utk mengesankan bahwa orang sunda yang Islam itu ternyata karakternya seperti Sangkuriang dan Dayang Sumbi.

Masalahnya adalah, kita selama ini merasa tdk bermasalah, sakit hati atau murang-maring, ambek, keuheul atas adanya kisah legendaris yang menggambarkan perilaku urang sunda seperti demikian. Bahkan mungkin kita tdk pernah mempermasalahkan kenapa kisah nista dan melecehkan itu masih saja terus diajarkan dalam buku2 budaya dan bahasa Sunda anak2 kita di sekolah.

Atau kisah si kabayan yang blo'on, belegug, pamalesan, tolol, 'ngampung' beak ku karep, inikah Profile yang mengambarkan lalaki urang sunda ???? RELAKAH ?????

Kata orang Amerika yang lihat film si Kabayan:"ooohhh...jadi ini orang sunda, stupid ya.."

Tentu ada nilai2 dan karakter yg baik yg ditampilkan dlm sosok si Kabayan. Tapi, jangan sampai prototype-nya urang Sunda hanya terwakili oleh si Kabayan... :-)

terimakasih sarannya, namun punten tdk akan saya hapus...tujuan saya baik sekalipun nampaknya agak mengejutkan. Kenapa demikian, karena urang sunda (termasuk saya) sudah kelamaan tidur dan terninabobokan, jadi perlu sedikir diberi shock therapy....biar bangun. Urang sunda anu pinter, bageur, bener, singer tur wanter teh kudu ngawujud deui ayeuna keneh kalayan didadasaran ku budaya aslina nyaeta Islam.

Bang Agung Badrianto: Anak2 SD di tatar sunda gak ngerti soal apakah sejarah dan legenda sama atau tidak, ada atau tidak dan sejalan atau tidak. Mereka hanya mengerti bahwa dulu leluhurnya ada yg seperti itu. dan maaf, status di atas bukan persepsi saya atas suku saya (sunda), tapi membuat saya tergelitik utk mereview pandangan saya atas akar budaya suku saya. terimakasih

Ujungnya adalah saya ingin kita hanya bicara ISLAM :-)

incest memang tdk terjadi (sekali lg itu bukan persepsi saya), tapi takhayul dan khurafat serta keharaman; manusia jadi anjing, makan daging (jantung) anjing, memaksa mengawini ibunya, mendapat bantuan jin (setan) dalam membuat perahu dan telaga hanya semalam..rasanya Islam tdk mengajarkan demikian.

Tokoh Pendidikan Nasional Terbesar

QUESTION 11 : Tokoh Pendidikan Nasional terbesar di Indonesia adalah Ki Hajar Dewantoro, sehingga salah satu ajarannya dijadikan sebagai semboyan pendidikan nasional, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani; dan hari lahirnya (2 Mei) diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
(A. SETUJU B. TIDAK SETUJU)

Fakta Ki Hajar Dewantara dan Boedi Oetomo:

Boedi Oetomo menolak kemerdekaan Indonesia
Boedi Oetomo memakai bahasa Jawa dan Belanda
Boedi Oetomo bersikap eklusif, diluar perjuangan pergerakan nasional
Boedi Oetomo hanya untuk kalangan ningrat
Brosur milik Boedi Oetomo, Djawa Hisworo, selalu menyerukan caci maki terhadap Rasulullah dan ajaran Islam
Tidak menghendaki nasionalisme, tapi menghadirkan jawanisme
Menolak usulan KH. Ahmad Dahlan untuk mengadakan pengajian keislaman
Ki Hajar Dewantara sangat benci Islam, bahkan ia punya anjing yang dinamai Muhammad
Ki Hajar Dewantara membuat pendidikan moral budi pekerti sebagai pengganti pendidikan agama. Inti ajarannya adalah menolak adanya Tuhan Maha Pengatur, segala sesuatu itu ia sebutkan sebagai kodrat alam.

dari sisi kesezamanan, kiprah dan atsarnya yg trs hidup, maka saya sepakat dengan mas Rachmat Ardiansyah, bahwa K.H. Ahmad Dahlan lebih layak ditahbiskan sebagai Tokoh Pendidikan Nasional Terbesar dibanding Ki Hajar Dewantoro.

Faktanya:

Muhammadiyah pelopor pembaharuan sistem pendidikan nasional
Muhammadiyah (1912) lahir 10 tahun lebih awal dibanding Taman Siswa (1922)
Muhammadiyah menggunakan bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia
Hari lahir KH. Ahmad Dahlan lebih layak diperingati sebagai hari pendidikan nasional
Muhammadiyah memperjuangkan kemerdekaan
Muhammadiyah untuk semua kalangan baik priyayi maupun abangan, baik ningrat maupun bujang dll

Imam Bonjol? wah...perlu ruang lebih luas membahasnya mas hehe...namun yang penting dari sejarah beliau diantara fakta2 penting lainnya adalah; perang paderi adalah adu domba kolonial Belanda antara beliau dan sahabat2nya yang membawa pembaruan Islam dengan kalangan adat. Agar konsentrasi beliau dan para mujahidin lainnya terpecah dari memerangi dan mengusir penjajah menjadi pembelaan diri dari serangan kaum adat yg dihasut Belanda waktu itu (perlu dicatat bahwa kaum adat pun sebelumnya dibawah kepemimpinan beliau bersama2 berjuang mengusir penjajah kafir). dakwahnya beliau ke kalangan masyarakat santun dan lemah lembut dan selama itu tdk ada resistensi dari kalangan adat. Jadi perang paderi tdk sebagaimana yg selama ini disebutkan dalam buku2 sejarah anak2 kita bahwa diakibatkan perbedaan pemahaman keagamaan. Seolah2 umat Islam itu suka perang dan berantem gara2 perbedaan pemahaman keagamaan. Distorsi sejarah yg menyakitkan!

4.02.2012

TOLAK RUU Kesetaraan Gender !

Ust Habiburrahman El Shirazy;

Ass wr wb Ibu2/sdri/sdr... yg dirahmati Allah, Mari berjuang menyelamatkan Agama Allah, insyaallah kita akan diselamatkan Allah kelak dihari perhitungan :

UU kesetaraan Gender akan segera disahkan Di DPR, RUU K Gender ini agak sepi dari pemberitaan pdhal ini menyangkut Aqidah, banyak org tdk faham dan ngeh tentang bahayanya...

DPR memberi batas sampai tgl 15 April 2012.

Tahun ini RUU akan diprioritaskan untuk diselesaikan Jika RUU ini lolos, maka musibah besar telah terjadi pd umat islam, Demo penolakan RUU seharusnya lebih besar dari demo BBM. Dengan RUU, waris disamakan, poliandri dan aborsi dibolehkan, Gay, lesbian, perkawinan beda agama, bisa menjadi bagian dari undang-undang, Jika suami mencolek istrinya, sang istri tak setuju, maka itu dianggap kekerasan dalam rumah tangga.

Suami diadukan ke pihak berwajib dan dikenai delik hukum. Suami bisa dikenakan hukuman 12 tahun penjara, lebih berat dibanding berzina, hanya kena 9 bulan.>=) ayoo ibu bantu kampanye dan sosialisasi, utk menolak, kirim surat tiap2 MT, ke DPR, Dpr ngasih waktu sampai 15 april.

Waktu tdk banyak lagi. KMKI akan bantu menyampaikan surat ibu MT, insists sdh bergerak, miumi dan majalah gontor jg sudah bergerak. Semoga bpk2 dan ibu2 lain juga mau bergerak. Utk membela hukum Allah.

kajian Pemikiran Islam 2

QUESTION: Islam tidak membenarkan sikap orang yang sombong dan angkuh, yang merasa benar sendiri dengan pendapatnya, padahal di alam ini, yang bersifat mutlak hanya Allah. Sedangkan manusia adalah makhluk yang relatif. Karena itu, setiap pendapat manusia adalah relatif, sehingga ia tidak boleh memutlakkan pendapatnya, dengan menyalahkan atau menyesatkan orang lain. Hanya Allah yang tahu akan kebenaran yang hakiki. Manusia tidak tahu dengan pasti suatu kebenaran.
(A. SETUJU B. TIDAK SETUJU)

ANSWER: Slogan relativisme ini sebenarnya lahir dari kebencian. Kebencian Pemikir Barat modern Barat terhadap agama. Benci terhadap sesuatu yang mutlak dan mengikat. Generasi postmodernis pun mewarisi kebencian ini. Tapi semua orang tahu, kebencian tidak pernah bisa menghasilkan kearifan dan kebenaran. Bahkan persahabatan dan persaudaraan tidak selalu bisa kompromi dengan kebenaran. Aristotle rela memilih kebenaran dari pada persahabatan.

Kalau anda mengatakan “Tidak ada kebenaran mutlak” maka kata-kata anda itu sendiri sudah mutlak, padahal anda mengatakan semua relatif. Kalau anda mengatakan “semua adalah relatif” atau “Semua kebenaran adalah relatif” maka pernyataan anda itu juga relatif alias tidak absolut. Kalau “semua adalah relatif” maka yang mengatakan “disana ada kebenaran mutlak” sama benarnya dengan yang menyatakan “disana tidak ada kebenaran mutlak”. Tapi ini self-contradictory yang absurd.

Jika ada yang percaya bahwa nilai moral manusia itu adalah kesepakatan manusia,…tentu ia tidak percaya pada yang mutlak. “Semua adalah relatif” bisa berarti semua tidak ada yang tahu Tuhan yang mutlak dan kebenaran firmanNya yang mutlak.

Resiko Relativisme Kebenaran:

1. kebenaran al-Quran hanya dimiliki Tuhan saja. Sehingga saat kebenaran itu sampai pada manusia, ia menjadi kabur, karena manusia tidak pernah tahu apa maksud Tuhan dalam al-Quran. Ini berarti bahwa Tuhan tidak pernah berniat menurunkan al-Quran untuk manusia.
2. mengingkari tugas Nabi yang diutus untuk menyampaikan dan menjelaskan wahyu.
3. menyeret pada pengertian bahwa seolah-olah semua ayat al-Quran tidak memiliki penafsiran yang tetap dan disepakati. Bahkan semua penafsiran dipengaruhi oleh kepentingan penafsir dan situasi psiko-sosialnya.
4. menolak otoritas keilmuan, syarat dan kaidah dalam menafsirkan al-Quran, sebab setiap orang berhak menafsiri al-Quran dengan kwalitas yang sama nisbinya.
5. membatalkan konsep dakwah dalam Islam, karena semua perintah dan larangan dalam al-Quran bersifat nisbi yang tidak harus dilaksanakan.
6. berlawanan dengan konsep ilmu. Sebab definisi ilmu dalam Islam adalah sifat yang dapat menyingkap suatu objek, sehingga tidak menyisakan ruang keraguan; dan berakhir pada keyakinan. Sementara relativisme selalu bermuara pada kebingungan (tafsir nisbi).

Kajian Pemikiran Islam 1

QUESTION: Umat Islam harus menjadi rahmat bagi seluruh alam, sebab derajat manusia adalah sama di hadapan Tuhan; dan Islam memandang semua manusia adalah makhluk Tuhan sehingga tidak boleh membeda-bedakan manusia berdasarkan ras, bangsa, suku, atau agama.
(A. SETUJU B. TIDAK SETUJU)

"Terkait agama; Pernyataan di atas jelas keliru, sebab Allah Membedakan manusia berdasarkan Agama. Al-Quran jelas menyebut orang mukmin sebagai ”khairul bariyyah” (sebaik-baik makhluk), sedangkan orang kafir disebut ”syarrul bariyyah” (seburuk-buruk makhluk). Bahkan, al-Quran juga tidak menyetarakan antara orang shaleh dengan orang jahat (fasik). Orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang taqwa. Maka, Islam punya konsep kesetaraan sendiri yang jelas berbeda dengan konsep kesetaraan kaum Pluralis Agama."