6.24.2009

Ahmadinejad Menghina Dua Sahabat Rasul!

Ahad, 21 Juni 09 - oleh : immasjid.com

Di tengah eforia kemenangannya dalam pemilu Iran yang baru saja digelar, Ahmadinejad sebelumnya mengeluarkan pernyataan yang terang-terangan menghina dua orang sahabat Rasulullah Muhammad saw.

Kecaman dan hinaan Ahmadinejad itu—lebih gila lagi—disampaikan dalam sebuah acara televisi secara langsung di Shabaka 3, saluran televisi Iran, hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan pemilu Iran.

Seperti yang diketahui, Iran yang berbasis Syiah ini—salah satu aliran Islam yang dianggap menyimpang—sudah sejak lama mempersempit ruang gerak para jamaah ahli Sunnah (kaum Sunni). Di bawah kepemimpinan Ahmadinejad, bahkan para jamaah Sunni mengalami penderitaan yang belum pernah dialami sejak Revolusi Rafidi Khomeini.

Dalam acara itu, Ahmadinejad dengan lugas mengatakan bahwa Talhah dan Zubair adalah dua orang pengkhianat. “Talhah dan Zubair adalah dua orang sahabat Rasul, tapi setelah kepergian Rasul, mereka berdua kembali kepada ajaran sebelumnya dan mengikuti Muawiyah!”

Padahal dalam sejarah, Talhah dan Zubair, dua orang sahabat Rasul itu, tak pernah bertempur dengan Muawiyah, karena keduanya meninggal lama sebelum peperangan Jamal di tahun ke-36 kekhalifahan Islam di mana Muawiyah menjadi rajanya.

Pernyataan Ahmadinejad ini sudah jelas kemana arahnya, yaitu membuat sebuah perbandingan atas sahabat Rasul dulu dengan kejadian politik saat ini di Iran—berkaitan dengan rivalnya Mousavi. Sebelumnya, Ahmadinejad sudah sangat sering menghina sekitar 15 juta penganut Sunni di Iran. Bahkan, pendahulu Ahmadinejad, Rafidi menghina dan menganggap remeh alias menyepelekan 90% Muslim seluruh dunia.

Namun demikian, masih banyak juga pihak atau pengagum Rafidi dan pengingkar sahabat Rasul lainnya seperti Ahmadinejad ini. Mereka adalah orang yang tidak menyadari gerakan Syiah atau mereka yang tak mau memahami rejim 12 Imam ini yang merupakan musuh terbuka terhadap para sahabat Rasul. (sa/alqimmah/sunni-news/ayandenews)

6.18.2009

Kriteria Capres-Cawapres PERSIS

Kriteria Capres-Cawapres Menurut Persatuan Islam

PP. Persatuan Islam (Persis) mengeluarkan Edaran terkait Pilpres 2009 kepada seluruh jajaran Persatuan Islam di seluruh Indonesia. Dalam Edaran yang ditandatangani langsung oleh Ketua Umum PP. Persis, Ust. Drs. Shiddiq Amien pada tanggal 11 Juni 2009 tersebut, disebutkan lima kriteria Capres-Cawapres yang harus dipilih oleh umat, yaitu:

1. Berjiwa negarawan dengan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan lainnya.

2. Memiliki kedekatan dengan ormas-ormas Islam dan lembaga-lembaga dakwah.

3. Memiliki reputasi dan kinerja yang baik, cekatan, cepat, efektif, dan efisien.

4. Memiliki visi ekonomi yang berorientasi kemandirian dan tidak bergantung kepada pihak asing.

5. Memiliki semangat tinggi dalam upaya untuk merealisasikan syari’at Islam secara maksimal sesuai dengan kemampuan dan kesiapannya, dari mulai lingkup keluarga, kerabat, dan masyarakat umum dan banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang berorientasi kepentingan umat.

Terkait jenis kelamin Capres-Cawapres yang tidak dimasukkan dalam lima kriteria di atas, Persis mengingatkan bahwa Dewan Hisbah telah dari awal memfatwakan bahwa hukumnya haram memilih wanita sebagai Kepala Negara. Maka dari itu tidak dimasukkan lagi dalam kriteria di atas.

Kriteria Cares-Cawapres tersebut sebelumnya telah digodok dalam Musyawarah Lengkap yang diperluas dan dihadiri oleh anggota Majelis Penasihat, Ketua Dewan Hisbah, PP. Bagian Otonom, PW. Persis se-Jawa, Perwakilan PP. Persis Bagian Timur, PD. Persis se-Jabar, DKI dan Banten, yang diselenggarakan pada hari Ahad tanggal 7 Juni 2009 di Gedung Qarnul Manazil Ciganitri, Bojongsoang, Kab. Bandung. Pelaksanaan Musyawarah Lengkap itu sendiri sesuai dengan amanat Muktamar XIII, di mana penyikapan perkembangan sosial politik lima tahun ke depan diamanatkan kepada kebijakan Musyawarah Lengkap PP. Persis dengan mempertimbangkan berbagai usul, saran, situasi, dan kondisi yang berkembang. Amanat Muktamar XIII tersebut juga mengamanatkan kepada anggota Persis serta Bagian otonomnya untuk menaatinya.

Persis menilai bahwa masalah kepemimpinan, dalam hal ini Presiden, merupakan masalah yang sangat penting. Baik dan buruknya, adil dan zhalimnya, akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, keleluasaan dakwah, dan kebebasan beribadah. Persis juga menilai bahwa keterlibatan secara aktif warga Persis dan seluruh jajaran pimpinan dalam Pilpres 2009 sangat penting untuk menjamin ketiga hal tersebut.

Maka dari itu, menurut Persis, dalam menentukan pilihan terhadap calon pemimpin/presiden, umat dituntut untuk memperhatikan berbagai kriteria yang terkait dengan, antara lain: kualitas keimanan, integritas moral (akhlaq), kecerdasan, keadilan, amanah, sehat jasmani dan rohani, mempunyai komitmen yang jelas terhadap masalah keumatan, dan jenis kelamin (terkait fatwa Dewan Hisbah tentang haramnya memilih wanita sebagai kepala negara).

Akan tetapi, Persis juga menilai bahwa dalam menghadapi Pilpres 2009 ini, umat tetap harus bersikap realistis dalam menilai pasangan yang ada dengan kriteria yang paling mendekati kepada idealisme dan harapan umat, sehingga dapat menentukan pilihan terhadap calon yang ada tersebut. Salah satunya, dengan menghargai setiap niat baik dan usaha warga negara untuk melaksanakan syari’at Islam dalam berbagai bentuknya, meski baru sebatas simbol dalam lingkup keluarga.

Persis, dalam hal ini mengingatkan seluruh warganya untuk tetap teguh memegang komitmen jam’iyyah, menjaga keutuhan jam’iyyah, dan menjalin silaturahmi antaranggota dan masyarakat secara umum. Maka dari itu, kepada seluruh pimpinan di daerah dan para anggota, Persis menghimbau agar selalu melakukan komunikasi efektif dengan Bidang Jam’iyyah c.q. Bidang Garapan Siyasah Jam’iyyah agar memperoleh setiap informasi mengenai perkembangan yang terjadi. Contact Person: Drs. H. Uus M. Ruhiat, HP. 08122351381.

Sumber: http://persis.or.id

Sahabat Rasulullah saw; Makna dan Hakekat

“Para Sahabat Nabi Muhammad Saw. adalah generasi kaum muslimin pertama, yang dibina langsung oleh Rasulullah Saw. Jika para Sahabat itu dijadikan teladan utama bagi generasi penerus kaum muslimin dewasa ini, Insya Allah generasi muda Islam masa kini akan dapat tampil sebagai pahlawan melanjutkan Da’wah Islamiyah. Para Sahabat itu adalah pahlawan-pahlawan penegak Iman dan pejuang yang tidak kenal lelah dalam melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar” (Dr. Mohammad Natsir)

Sosok para Sahabat Nabi merupakan perwujudan dan pengaktualan nilai-nilai Islam yang nyata. Mereka berusaha dengan keras untuk memahami setiap ajaran yang diberikan Nabi lalu melaksanakan dalam tingkah laku nyata. Sebagaimana dalam menghafal Al-Qur’an, tidak mengajak ke ayat berikutnya sebelum menguasai benar ayat yang sedang dihafalnya.

Sementara di dalam menegakkan kalimat Allah sebagaimana diajarkan Nabi, mereka dikenal paling gigih dan tak kenal menyerah. Apapun dilakukan dan dikorbankan demi tegkanya nilai-nilai Islam, baik di dalam diri mereka sendiri maupun dalam masyarakat secara umum.

Keutamaan Sahabat dalam Al-Qur’an

Allah Swt menegaskan keutamaan para Sahabat dalam beberapa ayat Al-Qur’an di antaranya:

1. QS. Al-Fath: 18-19
“Sungguh Allah telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan member balasan dengan kemenangan yang dekat, dan harta rampasan perang mereka yang banyak yang akan mereka peroleh. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”


2. QS. At-taubah: 100
“Dan orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surge-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.”

3. QS. Al-Hasyr: 8-9
“(Harta rampasan itu juga) untuk orang-orang fakir yang berhijrah yang terusir dari kampong halamannya dan meninggalkan harta bendanya demi mencari karunia dari Allah dan keridaan-Nya dan demi menolong (agama) Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadapa pa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

4. QS. Az-Zumar: 23
“Allah telah menurunkan perkataan orang yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhan-Nya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat member petunjuk.”

5. QS. As Sajdah: 15-17
“orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Maka tidak seorang pun yang mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.”

6. QS. As-Syuura: 26
“Dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan serta menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Orang-orang yang ingkar akan mendapat azab yang sangat keras.”

7. QS. Al-Ahzab: 23-24
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak mengubah (janjinya). Agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan mengazab orang munafik jika Dia kehendaki, atau menerima tobat mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

8. QS. Az-Zumar: 9
“(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.”

Keutamaan Para Sahabat Dalam Hadits-Hadits Rasulullah Saw

Rasulullah Saw bersabda:
“Manusia terbaik adalah generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Saw juga bersabda:
“Janganlah kalian mencaci sahabat-sahabatku. Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya seorang di antara kalian bersedekah dengan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan setara dengan satu mudd atau setengahnya dari sedekah mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sahabat Umar bin Khattab menjelaskan ayat 110 surat Ali-Imran dengan mengatakan: “Kalaulah Allah mengatakan “antum” maka yang dimaksud adalah seluruh manusia, akan tetapi Allah mengatakan “kuntum” maka yang dimaksud adalah khusus para Sahabar Rasulullah Saw dan orang-orang yang berbuat seperti perbuatan mereka. Mereka itulah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan untuk manusia.”

Abdullah bin Umar pernah berpesan kepada murid-muridnya dari generasi tabi’in:
“Siapa yang mencari teladan, hendaklah meneladani orang-orang yang telah meninggal, yaitu sahabat-sahabat Muhammad saw. Merekalah generasi terbaik umat ini, hati mereka lebih bersih, ilmu mereka lebih dalam, dan mereka sangat jauh dari sikap berlebihan. Merekalah generasi yang dipilih Allah untuk menyertai Nabi-Nya saw. dan menyampaikan agama-Nya. Maka teladanilah akhlaq dan jejak hidupnya, karena mereka adalah sahabat-sahabat Muhammad saw. dan telah mendapat petunjuk yang lurus”.

Definisi Sahabat

Berbagai pendapat mengenai definisi sahabat telah dikemukakan. Ada pendapat yang mengatakan: "Barangsiapa yang bersahabat dengan Nabi saw. atau melihatnya daripada orang-orang Islam, maka ia adalah daripada para sahabatnya." Definisi inilah yang dipegang oleh al-Bukhari di dalam Sahihnya. Sementara gurunya Ali bin al-Madini berpendapat: Barangsiapa yang bersahabat dengan Nabi saw. atau melihatnya, sekalipun satu jam di siang hari, adalah sahabatnya. Manakala al-Zain al-Iraqi berkata: "Sahabat adalah siapa saja yang berjumpa dengan Nabi sebagai seorang Muslim, kemudian mati di dalam Islam." Said bin Musayyab berpendapat: "Barangsiapa yang tinggal bersama Nabi selama satu tahun atau berperang bersamanya satu peperangan." Pendapat ini tidak bisa dipakai karena definisi ini mengeluarkan sahabat-sahabat yang tinggal kurang daripada satu tahun bersama Nabi saw. dan sahabat-sahabat yang tidak ikut berperang bersamanya. Ibn Hajar berkata: "Definisi tersebut tidak bisa diterima”.
Ibn al-Hajib menceritakan pendapat 'Umru bin Yahya yang mensyaratkan seorang itu tinggal bersama Nabi saw. dalam masa yang lama dan "mengambil (hadith) daripadanya . Ada juga pendapat yang mengatakan: "Sahabat adalah orang Muslim yang melihat Nabi saw. dalam masa yang pendek.

Kedudukan para sahabat

Kedudukan para sahabat dibagi menjadi tiga:
1. Sahabat semuanya adil dan mereka adalah para mujtahid. Ini adalah pendapat Ahlu s-Sunnah wa l-Jama'ah.

2. Sahabat seperti orang lain, ada yang adil dan ada yang fasiq karena mereka dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Justru itu yang baik diberi ganjaran karena kebaikannya. Sebaliknya yang jahat dibalas dengan kejahatannya. Ini adalah pendapat mazhab Ahlu l-Bait Rasulullah saw./Syi'ah/Imam Dua belas.

3. Semua sahabat adalah kafir --semoga dijauhi Allah-- ini adalah pendapat Khawarij yang keluar dari Islam.

Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi'i pernah berkata:
"Ash-Shabi (sahabat) ialah orang yang bertemu dengan Rasulullah SAW, beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam"

Kebanyakan muslim mendefinisikan para sahabat sebagai mereka yang mengenal Nabi Muhammad SAW, mempercayai ajarannya, dan meninggal dalam keadaan Islam. Para sahabat utama yang biasanya disebutkan hingga 50 sampai 60 nama, yakni mereka yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Sahabat disebut pula murid Nabi Muhammad saw.

Identifikasi terhadap sahabat nabi, termasuk status dan tingkatannya merupakan hal yang penting dalam dunia Islam karena dapat digunakan untuk mengevaluasi keabsahan suatu hadits maupun perbuatan Nabi yang diriwayatkan oleh mereka.

Menurut al-Hakim dalam Mustadrak, Sahabat terbagi dalam beberapa tingkatan, yaitu:
1. Para sahabat yang masuk Islam di Mekkah, sebelum melakukan hijrah, seperti Khulafa'ur Rasyidin
1. Khadijah binti Khuwailid
2. Ali bin Abi Thalib
3. Zaid bin Haritsah
4. Abu Bakar ash-Shiddiq
5. Umar bin Khattab
6. Utsman bin Affan
7. Abbas bin Abdul Muthalib
8. Hamzah bin Abdul Muthalib
9. Ja'far bin Abi Thalib
2. Para sahabat yang mengikuti majelis Darunnadwah
3. Para sahabat yang ikut serta berhijrah ke negeri Habasyah
4. Para sahabat yang ikut serta pada bai'at Aqabah pertama
5. Para sahabat yang ikut serta pada bai'at Aqabah kedua
6. Para sahabat yang berhijrah setelah sampainya Rasulullah ke Madinah
7. Para sahabat yang ikut serta pada perang Badar
8. Para sahabat yang berhijrah antara perang Badar dan perjanjian Hudaibiyyah
9. Para sahabat yang ikut serta pada bai'at Ridhwan
10. Para sahabat yang berhijrah antara perjanjian Hudaibiyyah dan fathu Makkah
1. Khalid bin Walid
2. Amru bin Ash
11. Para sahabat yang masuk Islam pada fathu Makkah,
1. Abu Sufyan
2. Mu'awiyah bin Abu Sufyan
3. Ikrimah bin Abu Jahal
12. Bayi-bayi dan anak-anak yang pernah melihat Rasulullah saw pada fathu Makkah

Beberapa Sahabat yang Terkenal :
* Abdurrahman bin Auf
* Abdullah ibn Umar
* Abu Bakar
* Abu Dzar Al-Ghiffari
* Abu Hurairah
* Abu Ubaidah bin al-Jarrah
* Amru bin Ash
* Ali bin Abi Talib
* al-Qamah
* Hamzah bin Abdul Muthalib
* Hakim bin Hazm
* Umar bin Khattab
* Usman bin Affan
* Bilal bin Rabah
* Khalid bin Walid
* Mua'dz bin Jabal
* Mua'wiyah bin Abu Sufyan
* Mus'ab bin Umair
* Sa'ad bin Abi Waqqas
* Sa'id bin Zayd bin `Amr
* Usamah bin Zaid bin Haritsah
* Thalhah bin Ubaidillah
* Uwais Al-Qarny
* Wahsyi
* Zubair bin Awwam

Dalam bahasa Indonesia, istilah sahabat bermakna kawan, teman, rekan. Namun bersifat lebih dekat dan lebih khusus. Sedangkan istilah shahabat nabi dalam istilah para ahli ushul fiqih, tidak demikian maknanya. Keduanya memiliki perbedaan yang amat signifikan.

Istilah "shahabat nabi" jangan diterjemahkan dengan rasa bahasa Indonesia seperti teman, kawan atau sejenisnya. Nabi Muhammad SAW dengan para shahabatnya itu tidak berhubungan hanya semata-mata seperti antara seseorang dengan temannya atau shahabatnya.

Istilah shahabah itu bermakna unik dan khas, yaitu orang-orang Islam yang pernah bertemu dengan nabi Muhammad SAW secara langsung dan meninggalnya juga dalam keadaan beragama Islam.

Ketika masa tiga tahun pertama dakwah Islam, jumlah mereka baru sekitar 30-an orang. Ketika peristiwa pembebasan kota Makkah, jumlah mereka paling tidak ada sekitar 10.000-an orang. Dan tatkalaRasulullah SAW wafat, jumlah mereka diperkirakan ada sekitar 140.000-an orang.

Tentu saja semua bukan sahabat dalam arti kata teman atau sahabat dekat. Karena jumlahnya terlalu banyak, tidak mungkin semuanya jadi shahabat dekat. Padahal secara hukum, puluhan ribu orang itu berstatus shahabat nabi.

Lalu bagaimana sesungguhnya posisi para shahabat di depan nabi Muhammad SAW?
• Mereka adalah famili dan keluarga Rasulullah SAW yang mendapatkan keberkahan dalam keluarga serta menjadikan beliau sebagai sesepuh keluarga. Para shahabat dari kalangan famili inilah yang pertama kali menjadi shahabat.

• Mereka adalah anak-anak dari sosok Rasulullah SAW sebagai ayah atau orang tua yang mendapatkan belaian kasih sayang serta kehangatan hubungan mesra orang tua dan anak.

• Mereka adalah bagian dari team work yang teramat solid yang dibina langsung dengan tangan Rasulullah SAW sendiri.

• Mereka adalah lapis pertama orang-orang yang menerima wahyu dari langit setelah Rasulullah SAW. Mereka menghafalnya, mengerti maknanya dan mempraktekkannya langsung saat itu juga. Bahkan banyak dari mereka yang menjadi penyebab turunnya ayat-ayat suci dari langit. Tidak sedikit ayat Al-Quran yang melibatkan masalah mereka secara nyata.

• Mereka adalah murid yang selalu siap belajar 24 jam sehari dengan menteladani kehidupannya yang agung.

• Mereka adalah sumber pertama jejak peninggalan ajaran Islam yang berstatus ''uduul. Semua riwayat yang mereka sampaikan tidak diragukan lagi keshahihannya.

• Mereka adalah rakyat dan warga negara dari sebuah negara super modern pertama di muka bumi, di mana Rasulullah SAW bertindak sebagai pimpinan mereka.

• Mereka adalah struktur pemerintahan yang mengelola negara dengan sepenuh dedikasi, profesional, jujur, punya visi ke depan, demokratis serta kompak di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW.

• Mereka juga prajurit perang yang siap maju ke medan laga untuk bertempur baik dalam perang defensif atau ofensif.

• Mereka juga pengganti atau penerus tugas Rasulullah SAW sebagai penyebar agama Islam ke seluruh penjuru dunia.

Jadi pendeknya, hubungan mereka dengan Rasulullah SAW bukan semata-mata teman seperti kita dengan teman kita. Tetapi hubungan yang unik dan spesifik. Sayyid Qutub dalam bukunya Ma''laim fit-Thariiq telah menyebut mereka dengan sebutan: Al-Jiilul-Qurani Al-Farid, Generasi Qurani yang Unik.

Sejak lebih seribu tahun, umat Islam memandang para sahabat Nabi saw. sebagai generasi terbaik yang dilahirkan peradaban Islam. Dasarnya jelas, Al-Qur’an berkali-kali memuji mereka, baik dalam kapasitas individu maupun generasi yang utuh. Merekalah yang paling pantas menyandang predikat umat terbaik (khayr Ummah) yang dikelaurkan Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepad seluruh manusia.

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imran: 110).
Dari seluruh sahabat Nabi saw., para sahabat yang lebih dulu memeluk Islam dan berjuang menegakkannya bersama Rasulullah saw. memiliki kedudukan yang sangat istimewa. Merekalah al-sabiqun al-awwalun yang telah dipastikan meraih keridhaan Allah swt, seperti yang dinyatakan dalam surat At-Taubah: 100.

Kedudukan sangat istimewa juga diberikan Rasulullah saw. Bagi beliau, tingkat kesalehan dan kualitas amal para sahabat tersebut tidak dapat disetarakan dengan siapapun juga, meskipun yang dikerjakan generasi berikutnya tampak lebih besar. Karenanya, RAsulullah saw. melarang mencibir dan mencaci karya para sahabat utamanya itu.

Demikianlah kedudukan para sahabat Nabi saw. yang telah digariskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karya-karya besar mereka mendapat penghargaan abadi dari dua sumber yang sedikitpun tidak ditagukan kebenarannya. Perjalanan hidup mereka, dengan segala keragaman kondisi dan dinamikanya sebagai manusia yang terbatas, adalah teladan yang paling ideal bagi seluruh manusia sepanjang masa. Karena itulah, Allah swt.

Menggariskan takdir mereka harus harus mengalami berbagai kondisi yang lazim dialami oleh seluruh manusia baik dalam skala individu maupun masyarakat. Fenomena kaya dan miskin, krisis ekonomi dan kemajuannya, suhu politik yang normal dan kekacauan pun mereka alami semuanya. Namun yang pasti, dalam semua kondisi tersebut mereka menunjukkan kapasitas individu dan masyarakat ideal yang berusaha sekuat tenaga menggabungkan antara idealism wahyu dan realita.

Demikianlah pemahaman umat Islam tentang masalah ini. Namun seiring dengan memudarnya tradisi keilmuan Islam, pemahaman ini perlu penyegaran kembali. Kredibilitas para sahabat sebagai fundamen aktif peradaban Islam, tidak hanya dipertanyakan, melainkan sedang diruntuhkan dengan cara yang sistematis. Seandainya langkah-langkah destruktif ini dilakukan oleh non muslim (orientalis), barangkali akan lebih mudah disikapi. Namun ketika pelakunya adalah orang Islam sendiri maka tak pelak akan menimbulkan dampak yang luar biasa besar. Setidaknya, umat menjadi bingung dan mulai meragukan kebenaran sejarahnya sendiri. Akhirnya, umat akan mengidap amnesia sejarah dan kehilangan jati diri, karena tidak lagi dapat bercermin dan mengambil pelajaran dari model generasai paling ideal sepanjang zaman tersebut.

Wallahu A'lam


Daftar Pustaka :
1. Abdurrahman Ra’fat Basya, Shuwarun min Hayaatis Shahabah (terj), Media Da’wah, Jakarta, tanpa tahun, hal. V
2. Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi, Hayat As-Shahabat, Jilid I, Darul Qolam, 1973, hal. 37-38
3. Hilyat Al-Awliya’, Abu Nu’aim al-Ashbahani, vol. 1 hal. 305
4. Al-Bukhari, Shahih, v, hal. 1
5. Ibn Hajar, Fath al-bari, viii, hal. 1
6. Syarah Fiqh al-“Iraqi, hal. 4-3
7. http://media.isnet.org/islam/Etc/Sahabat.html
8. http://id.wikipedia.org/wiki/Sahabat_Nabi

6.17.2009

CV ku

Curriculum Vitae*
Ceritanya mau ngelamar kerja.....


Nama : Ceceng Rucita
Publik Name : Wildan Hasan
Tempat & Tanggal Lahir : Majalengka, 21 Agustus 1980
Pekerjaan : Guru dan Jurnalis
Status : Menikah
Kuliah : Universitas Ibnu Khaldun Bogor Program Pasca Sarjana S2 bidang Pendidikan dan Pemikiran Islam

Ayah : Kiswara
Ibu : Ma’rifah

Istri : Dita Pebrina Lisa (Umi Fadha)
Anak : Gaza Al Quds Hamas El Inthifadha (Fadha)


Alamat :
Mobile. -
Email : wildanhasan@yahoo.co.id
Blog : http://wildanhasan.blogspot.com



Pengalaman Pendidikan :

SD Negeri Sindang Haji I Palasah Majalengka Tahun: 1987 - 1993
Tsanawiyyah Pesantren Persatuan Islam No.92 Majalengka Tahun: 1993 - 1996
Mu’allimin Pesantren Persis No.99 “Ihyâus Sunnah” Garut Tahun: 1996 - 1999
Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah Mohammad Natsir Jakarta Tahun: 1999 – 2004
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, IPK 3.31 (Amat Baik)
Pasca Sarjana S2 Universitas Ibnu Khaldun Bogor Tahun: 2008 – skrg


Pengalaman Seminar dan Pelatihan :

Peserta Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) Pesantren Persis No.99 Garut, 1998
Peserta Ma’ruf Pimpinan Pusat Pemuda Persis di Garut, Tahun 2003
Peserta Work Shop Pemikiran dan Peradaban Islam ISTAC-IIUM, Depok 2004
Penanggungjawab Daurah Al-Qiyadah wal Imamah (Training Kepemimpinan dan Menejemen Organisasi) Senat Mahasiswa STID Mohammad Natsir, Bekasi 2002
Peserta Terbaik Pelatihan Jurnalis Broadcasting Radio Dakta, Bekasi 2005
Peserta ASEAN Youth Camp di Jakarta, 2002
Moderator Tabligh Akbar Peduli Kita Untukmu Palestina KISPA, Bekasi 2006
Koordinator Instruktur Leadership Basic Training (LBT), Bekasi 2004-Sekarang
Peserta Pelatihan Penyusunan Tindakan Kelas (Classroom Action Research) tingkat Nasional, Karawang 21 Mei 2008


Pengalaman Organisasi :

Wakil Ketua RG (OSIS) MTS Pesantren Persis No.92 Majalengka Masa Bakti 1994-1995
Ketua Departemen Pendidikan dan Da’wah RG (OSIS) Pesantren Persis No.99 Rancabango Garut Masa Bakti 1997-1998
Lurah Santri Asrama Putra Pesantren Persatuan Islam No. 99 Rancabango Garut, 1998
Staf Komunikasi dan Informasi Forum Silaturahmi dan Komunikasi RG (FSKRG) Garut Periode 1997-1998
Sekretaris Panitia Bursa Amal dan Haflah Imtihan Pesantren Persatuan Islam No. 99 Rancabango Garut, 1998.
Departemen Publikasi & Informasi Senat Mahasiswa STID Mohammad Natsir, masa bakti 1999-2001.
Koordiantor Demonstran pendukung RUU SISDIKNAS, Jakarta Juni 2003
Koordinator Demonstran menolak pornografi dan pornoaksi ke SCTV dan Trans TV, Jakarta Mei 2003
Pengurus Harian Ikatan Mahasiswa KPI se-Jabodetabek, 2003
Koordinator Forum Kajian Mohammad Natsir for World Civilization Jakarta 2008-2010
Ketua Bidang Pendidikan dan Da’wah DKM Wadhah Al-Bahr Pusdiklat Dewan Da’wah, 2007-Sekarang
Penanggungjawab program rutin triwulan Daurah Syar’iyyah Pusdiklat Dewan Da’wah, 2007-Sekarang
Sekretaris Niqobah (pengurus asrama) STID Mohammad Natsir, Bekasi 2001-2002
Departemen Kaderisasi Senat Mahasiswa STID Mohammad Natsir, 2001-2003
Departemen Pendidikan dan Da’wah Senat Mahasiswa STID Mohammad Natsir, 2001-2003
Ketua Umum Senat Mahasiswa STID Mohammad Natsir masa bakti 2002-2003
Anggota Pimpinan Daerah Pemuda Persatuan Islam Bekasi masa bakti 2005-2009
Departemen Humas Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia kota Bekasi masa bakti 2006-2010
Aktif sebagai peserta maupun presentator dalam berbagai seminar dan bimbingan pelatihan Juru Da’wah dan leadership
Aktif khutbah di beberapa Masjid dan Pengajian perumahan dan perusahaan, 1993-sekarang



Pengalaman Jurnalistik :

• Aktif menulis di berbagai surat kabar dan majalah lokal maupun nasional, diantaranya di; Republika, Bina Da’wah, Media Da’wah, Sabili, Istiqomah, Saksi
• Aktif menulis di situs Islam (http://swaramuslim.com, http://wildanhasan.blogspot.com, http://immasjid.com) dan beberapa situs lainnya
• Dewan Redaksi buletin Jum’at Al-Bahr Pusdiklat Dewan Da’wah Bekasi, 2004-2005
• Pimpinan Redaksi buletin Nufa SDIT Nurul Falah Bekasi, 2004-2005
• Editor dan penulis tetap buletin Jum’at Al-Bahr Pusdiklat Dewan Da’wah Bekasi, 2007-Sekarang
• Editor Penerbit Al-Bahr Press Pusdiklat Dewan Da’wah Bekasi, 2007-Sekarang
• Menyusun buku pedoman belajar gramatika bahasa Arab (Kajian Dasar Nahwu Sharaf), Bekasi 2004
• Menyusun diktat mata pelajaran Aqidah, Tahfidz, Tarikh Islam, Bahasa Arab, Akhlak, Fiqih Ibadah untuk Sekolah Dasar Islam Terpadu, Bekasi 2004
• Menerjemahkan kitab Ushul Fiqih karya Syekh Abdul Halim Hamid jilid 1, Garut 1999
• Kontributor program Sorotan Dunia Islam Radio Dakta Bekasi, 2009



Prestasi Ekstra Kurikuler :

• Juara Pertama “Lomba Debat” tingkat Nasional santri Pondok Pesantren Persatuan Islam di Cianjur Jawa Barat (1996)
• Penghargaan Mahasiswa Jurnalis dari STID Mohammad Natsir Jakarta (2003)
• Menguasai Komputer dan Internet
• Menguasai bahasa Inggris dan bahasa Arab (tulis) dan sedikit percakapan



Pengalaman Pekerjaan :

• Staf Pengajar Madrasah Diniyah Awaliyah Pusdiklat Dewan Da’wah (2001-2003)
• Staf Pengajar Pondok Pesantren Persatuan Islam Cikarang Bekasi (2004-2005)
• Staf Pengajar SDIT Nurul Falah Tambun Utara Bekasi (2004-2005)
• Penyiar dan Produser Program Dakta pagi Radio Dakta Bekasi (2006-2007)
• Host Program Dakta Religi Radio Dakta Bekasi (2007-2008)
• Kepala SDIT Menara Kuwait Pusdiklat Dewan Da’wah Bekasi (2007-Sekarang)
• Dosen STID Mohammad Natsir Mata Kuliah Filsafat Islam Jakarta (2009-Sekarang)





Bekasi, _______________ 2009

Tertanda



Ceceng Rucita,S.Sos.I


*Sengaja aku simpen di sini biar ga ilang

"Yahya" Baru

Pak Natsir berbicara :

"Akan Muncul ‘Yahya-Yahya’ Baru"

Majalah Panji Masyarakat, No. 582, 7-16 Dzulhijjah / 21-30 Juli 1988 memuat wawancara dengan Dr. Mohammad Natsir terkait kekhawatiran beliau akan minimnya kader-kader Da’i sebagaimana khawatirnya Nabi Zakaria terhadap keberlangsungan tugas Risalah dengan belum dianugerahinya keturunan (Nabi Yahya).

Dua hal saja dari ucapan mutiara pak Natsir yang akan kami kutip:

Pertama, Pak Natsir mengatakan :
“Waktu itu, Kita menyadari sistem pendidikan kita di tangan Belanda. Kita menyadari pula sistem ini tidak sempurna sebagaimana yang kita kehendaki sebagai orang Islam. Lalu timbullah cita-cita untuk terjun di dunia pendidikan. KITA MULAI DENGAN MENDIRIKAN SEKOLAH-SEKOLAH TK DAN SD.”

Ungkapan beliau itu menunjukkan bahwa betapa pentingnya mencetak kader-kader da’i sejak awal dari mulai TK dan SD. Pendidikan yang utuh dan mendasar, yang berproses dengan sentuhan kesabaran dan kearifan.

Kedua, pak Natsir mengatakan saat beliau ditanya kenapa sampai bisa terjun ke dunia politik :
“Sekolah kami, yang dalam tempo 10 tahun sudah mulai maju, akhirnya bubar ketika Jepang berkuasa…..Nah, bayangkan saja, orang yang bercita-cita menciptakan sistem pendidikan Islam, dan berjuang 10 tahun di dunia pendidikan, tiba-tiba harus terlibat dalam dunia politik.”

Ungkapan beliau itu menunjukkan bahwa sebetulnya cita-cita awal beliau adalah menjadi seorang pendidik (Guru), dimana beliau di awal perjuangannya 10 tahun menjadi guru TK dan SD. Jika saja Jepang tidak datang niscaya beliau terus akan berjuang di dunia yang dicintainya itu. Namun beliau mengatakan bahwa ‘kita membuat rencana, akhirnya rencana Allah jua yang terjadi’.

Maka tidak ada alasan bagi kader-kader pak Natsir untuk berkecil hati karena menjadi Guru TK dan SD, justru harus berbangga karena sesungguhnya mereka lah yang melanjutkan cita-cita pak Natsir yang tertunda untuk membentuk kader du’at sejak awal.

Dan pula tidak seorang pun yang berhak merendahkan profesi guru TK maupun SD, karena hal itu sama saja dengan menyakiti hati pak Natsir.

Wahai Guru-Guru TK dan SD… nun jauh di sana pak Natsir tersenyum bangga kepada kalian.

6.07.2009

Klarifikasi Pak Thifatul..

Kontroversi ini diawali dengan wawancara yang dimuat oleh Majalah Tempo edisi 1-7 Juni 2009 halaman 29. Saat itu Pak Tifatul berbicara, "Apa kalau istrinya berjilbab lalu masalah ekonomi selesai? Apa pendidikan, kesehatan, jadi lebih baik?" katanya. "Soal selembar kain saja kok dirisaukan."

Kalau benar memang demikian, maka tentu ini sebuah pernyataan yang fatal. Sehingga muncul tanggapan berbagai pihak via SMS, salah satunya: "Astaghfirullah! Bgm jika pertanyaan itu dilanjutkan sbb: "Apa kalau capresnya shalat, puasa, zakat, dan berhaji lalu masalah ekonomi selesai? Apa pendidikan, kesehatan, jadi lebih baik?". Sama dengan shalat, puasa, zakat dan berhaji, jilbab itu perintah Qur'an. Demi sekedar kekuasaan dunia, Tifatul tega mereduksi perintah Qur'an jadi soal selembar kain"

Ketika menerima SMS tersebut, saya tidak mengambil sikap apapun, percaya tidak, tidak percaya juga tidak, hanya sekedar berita lewat saja.

Hari Senin itu juga (1 Juni) saya menerima SMS, bersanad shahih dari Pak Tifatul, yang isinya sbb: "Ente percaya ame tempo atau ame ane? enta baca tuh artikel yng nyerang pks di tempo juge. Die tanye, apakah pks menekan sby agar bu ani pakai jilbab, saya bilang bukan. Die tanye, apakah bu ani berjilbab lantaran alasan politik, saya jawab gak tahu, tanya langsung ke orangnya, anda ini rewel banget kata saya, urusan selembar kain diatas kepala wanita, die gak pake kerudung ente ributin, dah pake kerudung diributin juga. Itu bahasa saya ke tempo, yang saya tahu wataknya tidak Islami, nah ente percaye siape?"

Jadi memang lebih tepat buat saya untuk tidak bersikap apapun. Yang salah bisa saja majalah Tempo atau Pak Tifatul. Menyebut orang berwatak tidak islami itu juga tidak elok. Yang menjadi masalah buat saya adalah hak publik atas informasi. Tentu kalau kita bertanya kepada kader PKS, mereka akan minta untuk tabayyun langsung ke Pak Tif. Pertanyaan saya, kalau 8 juta pemilih PKS itu mau tabayyun langsung ke Pak Tif, apa mungkin?

Mengapa Pak Tif tidak membuat klarifikasi saja di media yang sama, melalui hak jawab? Karena beliau adalah pemimpin sebuah partai besar, tidak mungkin disepelekan. Atau minta pada Tempo untuk memberikan rekaman wawancara, convert sebagai MP3 dan dimuat di website PKS. Lagu dangdut saja ada di website PKS, masa wawancara lengkap presidennya tidak bisa?

Sumber: http://pkswatch.blogspot.com

6.06.2009

KENAPA PARA PETINGGI PKS MAKIN ‘NGAWUR’ ?

Saudara Roeslan melalui e-mailnya di buku tamu dakta.com menyebutkan bahwa dalam pemberitaan Radio Dakta FM, 03-05-09. Presiden PKS mengatakan, “Apa kalau istrinya berjilbab lalu masalah ekonomi selesai? Apa pendidikan, kesehatan, jadi lebih baik?” katanya. “Soal selembar kain saja kok dirisaukan”.

Sebelumnya wasekjen DPP PKS Zulkieflimansyah mengatakan bahwa hati warga PKS condong ke pasangan JK-Wiranto karena istri pasangan itu berjilbab. Pernyataan yang berbuah teguran. Penulis yakin pernyataan Zul ini keluar dari fithrah nuraninya, karena siapapun selama masih memiliki keimanan akan yakin bahwa berjilbab lebih baik dari yang tidak berjilbab.

Zul menambahkan bahwa kalangan muslim tradisional masih menganggap simbol semacam jilbab sangat penting. Pernyataan Zul yang ini berbisa dan bermakna ganda. Jika yang ia maksud dengan tradisional adalah kampungan, kalangan tertinggal, tidak moderat, suka berfikir sempit dan tidak berperadaban, sungguh ini adalah tuduhan yang keji dan sangat menyakitkan. Bukan hanya untuk mereka yang orang kampung tetapi juga untuk semua tokoh Islam yang istrinya berjilbab bahkan untuk dirinya sendiri yang istrinya berjilbab dan seluruh petinggi dan warga PKS yang juga istri-istrinya berjilbab. Bahwa mereka para tokoh Islam itu, kita, Zul dan petinggi-petinggi PKS kampungan, tertinggal, sempit fikir dan tidak berperadaban.

Namun jika yang dia maksud dengan tradisional adalah mereka kalangan yang sederhana, tidak pernah neko-neko, jujur, berkepribadian utuh, wara’, qana’ah dan ta’at beragama, maka sungguh mengutamakan yang berjilbab adalah tanda ketaatan beragama mereka. Mereka jujur terhadap hati nurani dan konsekuensi keberagamaannya.

Sementara itu menanggapi wacana di atas anggota FPKS Suripto mengatakan “kita akan memilih presiden bukan istrinya presiden.” Pernyataan Suripto ini (yang kabarnya intel yang disusupkan ke PKS agar PKS keluar dari jalur da’wahnya seperti kita saksikan hasilnya saat ini) ngawur, sebab salah satu capres yang akan dipilih nanti adalah perempuan yakni ibu Megawati, masa suaminya Megawati dibilang istri. Siapa tahu justru nanti masyarakat memilih ibu Mega menjadi presiden. Nah lho…

Selain itu Suripto telah mengabaikan peran istri bagi suami. Tanpa perlu dinasehatkan panjang lebar bahwa begitu pentingnya posisi seorang istri bagi suaminya. Istri yang justru seringkali mewarnai kata, sikap dan kebijakan suaminya. Suaminya yang bisa jadi seorang tukang becak, pemulung, ketua RT atau bahkan presiden. Betapa Suripto juga tahu bahwa acapkali sebuah kekuasaan bangkit dan jatuh dilatari oleh peran perempuan yang jadi istri dari si penguasa.

Ucapan emosional Suripto itu telah menjadi bumerang bagi calon presiden pujaannya. Karena hal yang sama bisa kita tanyakan, “apa hubungannya iklan SBY dengan kondisi ‘keharmonisan’ keluarganya?” Bukankah kita tidak akan memilih istrinya SBY, anaknya, menantunya apalagi cucunya? Afalaa ta’qiluun…

Untuk menjawab ucapan arogan dan ngawurnya pak Thifatul di awal (sebelumnya para ulama harap mencermati ucapannya pak Thifatul “soal selembar kain saja kok dirisaukan” ini apakah sudah terkait persoalan aqidah atau belum), di bawah ini penulis mencantumkan tanggapan seorang kawan pekerja media atas tulisan penulis (Mengapa Harus JK-Win ?) selamat menikmati penuturan renyahnya;

Akh saya setuju dengan antum yang untuk sekarang sedikit mengenyampingkan urusan halal-haram demokrasi bagi muslim. Selain tepat waktu, juga sudah terlalu banyak perpecahan karena isu ini. Pada hakikatnya, masih banyak yang belum dewasa dalam berwacana pada ranah cukup tinggi, yaitu negara, sehingga yang bermunculan adalah fatwa-fatwa yang memiliki kesan "ada untuk tiada". Artinya, siapapun yang mengkategorikan para pemilih muslim sebagai orang yang ridho akan demokrasi berarti telah menjamah keharaman, juga tidak memberikan solusi praktis ataupun konseptual atas keinginan masyarakat muslim secara umum untuk bisa merubah keadaan. Bukankah perubahan yang diharapkan masyarakat tidak muluk-muluk. Mereka hanya ingin bisa makan bergizi tiga kali sehari, dapat pelayanan kesehatan memadai, pendidikan lebih diperhatikan dan hal-hal lain yang sangat nyata dalam kehidupan. Para orang awam, sebagai bagian terbesar umat ini, pastinya tidak pernah ada keinginan untuk melawan Tuhan, dan untuk saat ini memang inilah yang bisa mereka lakukan. Memilih para wakil, yang mudah-mudahan, bisa memberikan "sedekah amal" berupa kebijakan-kebijakan, yang minimalnya, tidak terlalu mencekik hidup.

Mengenai pasangan JK-Win memang tengah menjadi sorotan. Beberapa waktu lalu ada obrolan dikantor mengenai siapakah kira-kira yang lumayan baik. Sebab dalam hal pilpres, fatwa yang digunakan bukan siapa yang lebih bermanfaat tapi siapa yang lebih kecil madhorotnya. Seorang teman menuturkan pengalamannya saat masih bersama-sama dengan Rizal Malarangeng, yang saat ini menjadi tim sukses SBY. Ceritanya panjang tapi ada satu hal yang saya catat baik-baik, bahwa dia termasuk tim negoisator pertambangan gas alam dengan pihak asing, bersama Boediono dan teman-teman ekonom lainnya, yang hasilnya saat ini bisa kita ketahui sangat merugikan negara. Saat itu ia masih berada di pihak Megawati, dan negoisasi itu dilakukan di masa Mega menjadi presiden. Hanya ada satu penentang konsepsi kerjasama gas alam tersebut, yaitu pak Kwik Kian Gie.

Teman saya memberi catatan, bahwa perihal terjadinya liberalisasi ekonomi memang menjadi sesuatu yang tak terhindarkan bila tim ekonomi suatu pemerintahan berisi para ekonom yang mendapat didikan Amerika. Seperti Faisal Basri, jangan pernah percaya kalau dia pro rakyat, tidak. Karena itu nanti tinggal lihat saja di tiap pasangan capres-cawapres, siapa yang akan menjadi tim ekonominya. Berbeda bila tim ekonomi berasal dari didikan Eropa maka akan digunakan konsep ekonomi sosialis, yang lebih berpikir tentang keuntungan negara diatas segala-galanya. Bagi ekonom Eropa ini asing hanya tamu, dan alat, tidak lebih.

Kala itu pernah satu kali Rizal Malarangeng marah besar karena berulang kali konsepsi ekonomi timnya ditolak oleh pak Kwik. Ucapannya kala itu, "kalau saja pak kwik masih muda, sudah saya tampar dia". Menunjukkan arogansi sangat besar. Rizal memang begitu, ia pintar, berprestasi, liberal, ambisius, percaya diri, pragmatis dan temperament juga.

Berbeda dengan JK-Win. Kalau mereka menang, maka bisa dipastikan bahwa perkenomian Indonesia akan dikuasai oleh para kerabatnya, yang berisikan keluarga dan para teman-teman bugisnya. JK dan keluarganya memang pengusaha sejak dulu kala, bahkan JK tumbuh berkembang di Kadin (kamar dagang Indonesia), sebuah institusi terbesar yang beranggotakan para pengusaha. Dan teman-teman JK tak lain adalah mereka para fungsionaris Golkar, seperti Abu Rizal, Fahmi Idris, Surya Paloh, dan lain sebagainya. Dari kalangan keluarga Bugis sangat mungkin dimotori oleh Aksa Mahmud, yang kini menjabat ketua Kadin. Kelebihan JK memang sikapnya yang sangat natural dan responsif dalam menata keadaan. Masih terbayang di salah satu teman kami, saat untuk pertama kali JK memimpin rapat tim ekonomi di istana. Di situ JK disodori sebuah laporan keuangan negara, setelah membacanya JK langsung melemparnya ke hadapan sang pelapor. Ia marah karena laporan negara sangat buruk cara penyusunannya sehingga sulit dianalisa sebagai bahan acuan rencana kerja. Dan hal hampir serupa dilakukan oleh JK dalam penanganan kasus Aceh, Poso, Sampit dan lain sebagainya.

Siapa yang sangka Aceh yang bergelimang darah, berpuluh-puluh tahun berkonflik, sudah ratusan janji diberikan setiap presiden yang memimpin, reda dalam waktu satu tahun atau dua tahun. Sekarang, tak ada lagi yang berpikir tentang negara Aceh Merdeka. Poso pun demikian, siapa pula yang memperkirakan kalau JK pada akhirnya seorang diri datang mengakhiri segala kekerasan. Ya, memang tidak langsung berhasil tapi setidaknya ia memang lebih cepat, dan selalu mementingkan kerja daripada retorika.

Sampai disini saya bisa memahami pujian seorang Syafi'i Ma'arif terhadap pak JK, sebagai "The Real President".

Itulah komentarnya, anda bisa setuju atau tidak terserah anda. Terlepas dari itu semua, hal yang pasti adalah penulis hanya peduli soal jilbabnya bukan soal siapa suaminya. Siapapun yang menghina jilbab, ia telah mengobarkan api jihad di dada-dada kaum muslim yang konsisten atas syari’at agamanya.

Tidak cukupkah buat anda kekejian mulut Ruhut Sitompul, yang buat Kristen fundamentalis seperti dirinya Arab adalah Islam. Maka saat ia menghina Arab ia sedang menghina Islam.

Juga jangan pernah menghina jilbab! Karena ‘hanya’ soal itu pernah terjadi perang antara pasukan Allah dan pasukan musuh Allah.

Silakan pilih di pasukan mana anda sekarang? Wallahu a’lam