Sementara itu Sahabat Umar bin Khattab dengan penuh emosi dan pedang di tangan berkata lantang kepada orang banyak: “Rasulullah saw tidak wafat tetapi sedang pergi menghadap Rabb-nya sebagaimana Nabi Musa, dan beliau tidak akan wafat sampai orang-orang munafik musnah.” Beberapa kali Abu Bakar menenangkan Umar, namun umar tidak menggubrisnya. Hingga kemudian Abu Bakar meninggalkannya dan berseru kepada manusia: “Wahai manusia, barangsiapa di antara kalian menyembah Muhammad, maka ketahuilah bahwa Muhammad telah wafat. Dan barang siapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah maha hidup dan tidak mati. Allah swt berfirman;
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh Telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali_imran: 144)
Mendengar ayat itu Umar seketika lemas, iapun jatuh terduduk di tanah dan air matanya menetes. Ia merasa seolah-olah ayat ini baru turun dan iapun menyadari bahwa orang yang sangat dicintainya telah pergi meninggalkannya.
Lain halnya dengan kisah sahabat Khubaib bin Adi yang telah tertangkap oleh orang kafir hingga kemudian dieksekusi dengan cara disalib. Sebelum disalib, para pemuka Quraisy mendatanginya sambil berkata kepadanya:“Sukakah engkau jika Muhammad menggantikan posisimu pada saat ini dan engkau pulang dengan selamat berkumpul bersama anak istrimu? Dengan lantang Khubaib menjawab: “Demi Allah, aku tida sudi bersama anak istriku selamat menikmati kesenangan dunia, sedang Rasulullah terkena musibah, walaupun hanya tergores sepotong duri.”
Begitulah ekspresi kecintaan seorang Khubaib kepada Rasulullah saw., sampai-sampai Abu Sufyan kagum dan berkata: “Sungguh, belum pernah aku melihat manusia yang sangat mencintai manusia lain seperti halnya sahabat-sahabat Muhammad terhadap Muhammad.”
Bukan hanya Khubaib bin Adi yang mampu mengekspresikan kecintaannya kepada Rasulullah dengan pengorbanan jiwa. Ada sahabat Abu Dujanah yang sekujur tubuhnya dipenuhi anak panah menjadi tameng hidup bagi Rasulullah saw dalam perang Uhud. Demikian pula Ziyad bin Sakan yang sekujur tubuhnya hancur terkena pedang, tombak, dan anak panah. Dia tidak beranjak dari posisinya melindungi Rasulullah saw sampai ia syahid di atas pangkuan Rasulullah.
Selain oleh umat Islam, Rasulullah saw dikenal dan dikagumi oleh orang-orang non muslim termasuk sebagian Orientalis Barat. Di antara yang menaruh simpati kepada Rasulullah saw adalah Prof. Dr. Bosworth Smith yang menyatakan dalam bukunya: “Muhammad sebagai kepala Negara sekaligus pemimpin agama, tanpa membutuhkan pasukan yang selalu disiagakan di markas. Tidak mempunyai istana, tanpa memungut pajak yang dilaksanakan secara paksa kepada rakyatnya, dan kalau ada orang yang berani mengaku berterus terang sebagai pembawa kebenaran Risalah Ilahi, tidak lain Muhammad itulah orangnya. Dialah orang yang memiliki kekuasaan tanpa alat pembantu….”
Bukan hanya Bosworth yang kagum tehadap Rasulullah saw., Michael Hart menulis sebuah buku seratus tokoh terkemuka dan paling berpengaruh di dunia. Ia menempatkan Rasulullah saw pada posisi yang pertama.
Namun saying baik Bosworth maupun Hart hanya sebatas pengagum yang kekagumannya tidak melahirkan keimanan yang membuat mereka menjadi pengikut Rasulullah (muslim). Maka yang dibutuhkan bukanlah kekaguman kepada pribadi Rasulullah semata tetapi kecintaan yang melahirkan ketaatan.
Kecintaan kepada Nabi bisa diekspresikan dalam banyak bentuk di antaranya:
1. Taat dan patuh kepadanya sebagai pembawa Risalah
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia Telah mentaati Allah. dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. an-Nisaa: 80)
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An_nur: 51)
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS. al-Hasyr: 7)
“Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”(QS. Ali-Imran: 32)
2. Mengikuti ajarannya
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali-Imran: 31)
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 3-4)
3. Meneladaninya
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
4. Meneruskan da’wahnya, menyebarkan Islam sebagai Rahmatan lil ‘Alamin, beramar ma’ruf nahi munkar, dan menghidupkan sunnah-sunnahnya. wh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar