4.14.2012

Tokoh Pendidikan Nasional Terbesar

QUESTION 11 : Tokoh Pendidikan Nasional terbesar di Indonesia adalah Ki Hajar Dewantoro, sehingga salah satu ajarannya dijadikan sebagai semboyan pendidikan nasional, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani; dan hari lahirnya (2 Mei) diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
(A. SETUJU B. TIDAK SETUJU)

Fakta Ki Hajar Dewantara dan Boedi Oetomo:

Boedi Oetomo menolak kemerdekaan Indonesia
Boedi Oetomo memakai bahasa Jawa dan Belanda
Boedi Oetomo bersikap eklusif, diluar perjuangan pergerakan nasional
Boedi Oetomo hanya untuk kalangan ningrat
Brosur milik Boedi Oetomo, Djawa Hisworo, selalu menyerukan caci maki terhadap Rasulullah dan ajaran Islam
Tidak menghendaki nasionalisme, tapi menghadirkan jawanisme
Menolak usulan KH. Ahmad Dahlan untuk mengadakan pengajian keislaman
Ki Hajar Dewantara sangat benci Islam, bahkan ia punya anjing yang dinamai Muhammad
Ki Hajar Dewantara membuat pendidikan moral budi pekerti sebagai pengganti pendidikan agama. Inti ajarannya adalah menolak adanya Tuhan Maha Pengatur, segala sesuatu itu ia sebutkan sebagai kodrat alam.

dari sisi kesezamanan, kiprah dan atsarnya yg trs hidup, maka saya sepakat dengan mas Rachmat Ardiansyah, bahwa K.H. Ahmad Dahlan lebih layak ditahbiskan sebagai Tokoh Pendidikan Nasional Terbesar dibanding Ki Hajar Dewantoro.

Faktanya:

Muhammadiyah pelopor pembaharuan sistem pendidikan nasional
Muhammadiyah (1912) lahir 10 tahun lebih awal dibanding Taman Siswa (1922)
Muhammadiyah menggunakan bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia
Hari lahir KH. Ahmad Dahlan lebih layak diperingati sebagai hari pendidikan nasional
Muhammadiyah memperjuangkan kemerdekaan
Muhammadiyah untuk semua kalangan baik priyayi maupun abangan, baik ningrat maupun bujang dll

Imam Bonjol? wah...perlu ruang lebih luas membahasnya mas hehe...namun yang penting dari sejarah beliau diantara fakta2 penting lainnya adalah; perang paderi adalah adu domba kolonial Belanda antara beliau dan sahabat2nya yang membawa pembaruan Islam dengan kalangan adat. Agar konsentrasi beliau dan para mujahidin lainnya terpecah dari memerangi dan mengusir penjajah menjadi pembelaan diri dari serangan kaum adat yg dihasut Belanda waktu itu (perlu dicatat bahwa kaum adat pun sebelumnya dibawah kepemimpinan beliau bersama2 berjuang mengusir penjajah kafir). dakwahnya beliau ke kalangan masyarakat santun dan lemah lembut dan selama itu tdk ada resistensi dari kalangan adat. Jadi perang paderi tdk sebagaimana yg selama ini disebutkan dalam buku2 sejarah anak2 kita bahwa diakibatkan perbedaan pemahaman keagamaan. Seolah2 umat Islam itu suka perang dan berantem gara2 perbedaan pemahaman keagamaan. Distorsi sejarah yg menyakitkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar