9.15.2010

Tirani Minoritas

Ayyuhal Ikhwah, marilah kita belajar dari masa lalu agar tidak lagi tertipu di masa kini dan masa depan…

KEBERANIAN kelompok Kristen radikal di Indonesia menentang golongan
Islam mencapai momentum puncak di era reformasi di bawah kepemimpinan
presiden Abdurrahman Wahid yang memang sejak lama sangat membela
golongan minoritas itu. Golongan Kristen bahkan berani membantai ummat
Islam secara biadab di berbagai wilayah Indonesia.

Pembantaian yang terjadi di Pesantren Walisongo, Poso Sulawesi Tengah
bukan kepalang biadabnya, di mana 200 orang warga pesantren itu dibasmi
secara keji terdiri 152 santri pondok, puluhan guru/ustadz, pengelola
pondok keluarganya termasuk anak-anak, bayi dan orang tua, dibantai
dengan mencincang--cincang bagai jagal rumah hewan memotong-motong sapi.
Kasus Poso ini serangkaian dengan pertikaian Islam-Krisen di Maluku yang
terjadi lebih dahulu di mulai sejak 19 Januari 1999 di mana saat ummat
Islam merayakan Idul Fitri diserang golongan Kristen dan mengobarkan
perang yang tak kunjung henti hingga tepat dua tahun sekarang ini
(Januari 2001).

Berdasarkan pengamatan Media Dakwah sejak lima tahun terakhir keberanian
golongan Kristen melawan golongan Islam dimulai dengan test case di
berbagai daerah, di mana mereka mayoritas seperti di Nusa Tenggara Timur
(NTT) dan Timor Timur. Pada 1995 hingga 1996 marak berhembus isu anti
pendatang di NTT dan Timor Timur sehingga acap kali terjadi pembakaran
rumah-rumah pendatang termasuk pembakaran masjid. Berpuluh-puluh masjid
dibakar di dua daerah ini, namun reaksi ummat Islarn Indonesia
dingin-dingin saja. Hal ini menjadi modal, cikal-bakal, dan embrio
rencana raksasa golongan Kristen untuk melawan golongan mayoritas Islam
di negeri ini.

Jika pada 1970-an prakarsa Sidang Dewan Gereja Dunia yang nekat akan
diselenggarakan di Indonesia, terhenti begitu saja setelah salah seorang
pastur dari luar negeri dibunuh oleh Hasyim Yahya; tapi kini di era
reformasi ini justru sebaliknya. Telah terjadi pembantaian golongan
Islam oleh galongan Kristen secara massal di Indonesia, namun tidak ada
reaksi ganti memerangi golongan Kristen. Umat Islam bagai pasrah oleh
berbagai pembantaian di Indonesia.

Kasus Maluku/Ambon, NTT-Timor Timur, hingga Poso jelas-jelas proyek
mereka yang sukses fantastis kini mereka telah menampilkan diri menjadi
rejim tiran sebagai minoritas di negeri Muslim terbesar di dunia. Belum
lagi jika diperhitungkannya berbagai kasus pembantaian ummat Islam
secara amat terlengas dalam kasus Sambas Kalimantan Barat di mana warga
pendatang Madura (Muslim) dibantai oleh Suku Dayak yang. menganut
animisme dan Kristen. Lagi, kasus-kasus pembantaian guru-guru agama dan
ustadz di Banyuwangi, Malang membawa korban tewas dibantai rakyat dengan
isu dukun santet.

Kejadian mengerikan di Banyuwangi, disusul Malang dan Ciamis di mana
guru-guru agama menjadi korban pembantaian, namun hingga hari ini tidak
pernah jelas siapa yang menjadi otak serangkaian pembantaian tersebut.
Peristiwa dua tahun itu kini terjadi lagi di daerah Cianjur Selatan.
Lebih seratus jiwa melayang terdiri sebagian besar guru agama, tokoh
Islam di pedesaan. Motifnya mirip atau sama dengan kasus Banyuwangi,
Malang, Ciamis, yakni tuduhan dukun santet. Enam puluh orang dilaporkan
dibunuh keji dan mayatnya digantung di pohon--pohon di daerah
terpencil. Sementara lebih empat puluh mayat lagi ditemukan di sungai,
hutan, sawah, dan diduga banyak lagi korban yang tidak diketemukan karena
dikubur mayatnya. Hebatnya, keluarga korban tidak ada yang berani
melaporkan kepada aparat keamanan, karena ancaman hendak dibantai lagi
anggota keluarga lainnya.

Lengkap sudah illustrasi di atas untuk menggambarkan betapa dihinakan
eksistensi ummat Islam di negerinya sendiri yang jumlahnya hampir 90%
dari 210 juta jiwa bangsa Indonesia sekaligus bangsa Muslim terbesar di
dunia. Bukan hanya dihina bahkan dibantai, dicincang, bahkan pemusnahan
massal (geno-cide) seperti kasus Poso dan berbagai perkampungan Islam di
Maluku, NTT, dan Timor Timur.

Adalah peranan presiden Abdurrahman Wahid semenjak lebih sepuluh tahun
silam; selalu menjadi pembela golongan Kristen secara getol, dan
sebaliknya kendati ia tokoh Islam, justru acap menyakiti ummat Islam.
Kini dengan jabatannya sebagai orang. nomor satu di negeri ini makin
leluasa membela golongan minoritas.

Tidak penting lagi untuk mengusut motif Abdurrahman mengapa ia yang
tokoh Islam justru membela golongan minoritas itu, dan kiranya kini
terjadi konspirasi yang membentuk rejim tiran kaum minoritas di negeri
ini. Yang jelas kini telah muncul secara nyata kekuatan tiran minoritas
melawan mayoritas Islam di mana posisi ummat Islam sungguh ironis
terkalahkan, terbantai terus menerus. Darah ummat Islam yang terus
menerus bertumpahan di negeri ini bagai menjadi bahan bakar bensin untuk
terus memacu mesin sang tiran melanjutkan pembantaian dan penghancuran
ummat Islam di negeri ini.

Dari mana munculnya kekuatan moral-material kaum minoritas Kristen
melawan dan hendak menghancurkan ummat Islam? Bukan mustahil mereka
mengambil inspirasi kasus faktual yang dialami bangsa Palestina yang
telah dicaplok Israel lebih setengah abad terakhir. Upaya puluhan negara
Islam di kawasan Titnur Tengah yang mengepung Israel yang kecil tak
pernah berhasil menghancurkan Israel yang jelas-jelas diback up raksasa
Amerika.

Sejumlah dokumen mulai terkuak. Golongan Kristen Indone-sia kini juga
mulai mendapat dukungan penuh Kongres Amerika Serikat. Sebuah surat
kongres AS telah dilayangkan ke presiden Gus Dur agar membantu Doulos.
Jika umat Islam tidak segera menyadari kenyataan ini, niscaya umat Islam
tinggal menunggu waktu saja untuk diluluh-lantakkan, oleh golongan
minoritas Kristen yang kini terang-terangan tampil menjadi rejim tiran
yang amat keji.

Saat ini kasus Ciketing Bekasi, bukanlah juga kasus yang berdiri sendiri, melainkan kasus yang direkayasa oleh konspirasi Kristen dan Zionis global. Jika tidak begitu, lalu atas wangsit apa Presiden SBY yang biasanya lamban mirip SiBuYa..tiba-tiba menjadi sangat reaktif, tegas, lugas dan cepat menyikapi isu dusta ‘penusukan’ itu?

Wal ‘Iyadzu Billah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar