فَأَيْنَ تَذْهَبُوْنَ (التكوير26)
“Maka kemanakah kamu akan pergi (Q.S. At-Takwîr/81:26)
Karakteristik terpenting dari umat Islâm sebagai umat terbaik adalah umat yang satu (ummatan wâhidah). Allah berfirman : “Sesungguhnya (agama tauhîd) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”. (Q.S. Al-Anbiyâ’/21:92). Tersirat dari ayat ini, bahwa pondasi ummatan wâhidah adalah tauhîd. Kesamaan dan kesepahaman dalam tauhîd akan memuluskan jalan menuju persatuan umat. Diakui ataupun tidak problematika terbesar yang dihadapi umat Islâm selama ini adalah persatuan. Membicarakan masalah ummat tidak bisa lepas dari pembicaraan tentang ukhûwah, sebab tidak akan terwujud persatuan tanpa adanya ukhûwah dan tidak akan terjalin ukhûwah tanpa adanya kesamaan tauhîd.
Umat Islâm saat ini yang tercampakkan di sudut peradaban; hina, kotor, sakit, tidak ada kemampuan untuk ikut berlaga di kancah kemajuan zaman, Apa yang salah ? siapa yang salah ? Ada lagikah korban kesekian yang akan di “kambing hitam”kan lagi oleh umat Islâm ?, memilukan. Kesalahan dan kelemahan tidak terdapat pada syari’at agama ini, “Dan al-Qur’ân itu bukanlah perkataan syaitan yang terkutuk, maka kemanakah kamu akan pergi. Al-Qur’ân itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. (Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapatmenghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allâh , Tuhan semesta alam”. (Q.S. At-Takwîr/81:25-29)
Kemana kita akan pergi ? sedangkan kita bercerai-berai, bersilang paham dan saling melukai. Persatuan umat Islâm adalah keniscayaan. “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (Q.S. Al-Hujurât/49:10). Ayat ini terus menerus dikuliahkan dan dikhutbahkan, dan selalu dijadikan hujjah dalam diskusi-diskusi dikalangan kita, supaya umat ini bersatu. Tetapi sampai saat ini cita-cita itu masih berupa mimpi yang indah di gulita malam.
Di bidang duniawi (sosial politik) masih tetap bersimpang siur. Dalam menghadapi soal negara belum juga kelihatan kesatuan sikap dan tindakan. Maka tampaknya saling menjegal.
Kenapa ummat Islâm belum dapat bersatu ? padahal mereka tahu bahwa ajaran Islâm menghendaki yang demikian itu. Dr. Mohammad Natsir mengungkapkan bahwa persatuan adalah soal hati. Kenyataannya konsep Innamal Mu’minûna Ikhwah sebatas slogan pemanis bibir dalam pidato-pidato para pemimpin sekarang, dimana mereka tidak menjiwai persatuan dalam ikatan rasa persaudaraan yang tumbuh dari keimanan kepada Allâh dan rasul-Nya.
Persatuan merupakan masalah qalbu dan wijhah, yakni tujuan hidup yang diniatkan oleh hati yang hendak diraih, serta merupakan kebersihan amal untuk mencapai tujuan dengan penuh keikhlasan.
يآ أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللهُ وَ مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ المُؤْمِنِيْنَ (الأنفال : 64)
“Wahai Nabi, cukuplah Allâh (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu”. (Q.S Al-Anfâl/8:64)
Tujuan hidup orang-orang mukmin hanyalah satu : yakni keridlaan Allâh semata. Inilah motif dari melakukan sesuatu atau menahan diri melakukan sesuatu. Ini pula yang menjadi dasar dalam ibadah dan beramal. Keridlaan Allâh bukan keridlaan manusia.
“… yang menafkahkan hartanya (di jalan Allâh ) untuk membersihkannya. Padahal tidak seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridlaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan”. (Q.S. Al-lail/92:18-21).
Tujuan mencari keridlaan Allâh yang dipegang orang-orang mukmin inilah sebagai ikatan pemersatu ummat. Dari itu pula tumbuhnya tali ukhuwah yang sebenarnya.
Apabila umat Islâm, terutama para pemimpinnya menyadari dan menghayati, apa wijhah yang harus mereka tuju sebagai umat Muhammad yang berpegang teguh padanya dalam segala aspek kehidupan, maka yang akan lahir bukanlah perpecahan, melainkan perlombaan dalam berbuat baik, jujur dan sehat serta sinergis (saling mengisi, menguatkan dan membangun). Firman Allâh ;
وَ لِكُلِّ أُمَّةٍ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا اْلخَيْرَاتِ (البقرة:148)
“Dan bagi tiap-tiap ummat ada tujuan yang ditujunya; maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan”. (Q.S. Al-Baqarah/2:148).
Kita tidak berharap wijhah yang suci ini kemudian menjadi samar-samar dan kabur di tengah perjuangan mencari keridlaan Allâh yang asalnya hendak ditanamkan cinta kepada Allâh dan takut kepada-Nya menjadi cinta harta dan kedudukan serta takut mati (al-wahn), yang dimaksud tadinya da’wah ilallâh (memanggil ummat kepada Allâh ) menjadi da’wah ilân nafsî (takabur dan egois), yang tumbuh adalah ananiyah (egoisme) dalam berbagai bentuk dan coraknya.
Kalau sudah sampai tingkat itu, maka persatuan ummat Islam dilukiskan oleh Allâh , “Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka berpecah belah”. (Q.S. Al-Hasyr/59:14).
Setelah semuanya jelas bagi kita, apakah ummat ini masih akan dipersimpangan jalan ?. “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allâh kepadamu agar kamu bertakwa”. (Q.S. Al-An’âm/6:153). Wallâhua'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar