7.14.2009

Agama dan Kaidah-Kaidahnya

Agama yang diterima di sisi Allah;

1.Allah swt. Berfirman: “Sesungguhnya agama yang diterima di sisi Allah adalah Islam”. (Q.S. Ali Imrân: 19)

Ayat ini menjelaskan bahwa hanya Islam agama yang benar di sisi Allah sementara agama selain Islam adalah salah dan menyesatkan. Hanya dalam Islam adanya jalan keselamatan tidak pada agama lain. Oleh karena itu Allah menegaskan:

“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. Ali Imran: 85)

Pokok aqidah inilah yang harus terlebih dahulu menancap di sanubari kita. Pokok yang akan mengantarkan kita kepada ketauhidan, nubuwwah, syari’ah, ibadah dan mu’amalah yang benar. Bagaimana mungkin kita bisa bertuhan dan beribadah dengan benar sementara kita tidak menyakini bahwa Islam lah satu-satunya agama yang benar. Jika ada kebenaran hakiki pada agama lain untuk apa pula kita ber-Islam? Bukankah kita lebih baik meyakini semua agama benar yang pada akhirnya meragukan kebenaran absolut Islam.

Proyek inilah yang sedang digarap musuh-musuh Islam khususnya pengusung sekularisme, pluralisme dan liberalisme. Proyek menghancurkan aqidah kaum muslimin agar lemah tidak berdaya, tidak memiliki ‘izzah layaknya para sahabat Rasulullah saw yang sebelum dan sesudah kehadirannya ditakuti musuh dalam jarak perjalanan berbulan-bulan. Adakah saat ini musuh Allah yang takut kepada kaum muslimin sekalipun hanya dengan jarak perjalanan satu hari?

Definisi Agama;

2.Agama adalah: “Apa-apa yang telah ditentukan Allah dalam kitab-Nya yang bijaksana dan sunnah Nabi-Nya yang shahih, baik berupa perintah, larangan, maupun petunjuk untuk kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat”.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa agama itu adalah;
1. Aturan dan ketentuan Allah untuk manusia
2. Sumber ajarannya adalah Al Qur`an dan Sunnah
3. Isi ajarannya adalah berupa perintah, larangan dan petunjuk
4. Tujuannya untuk kesempurnaan hidup manusia
5. Jangkauannya keselamatan dunia dan akhirat.

Agama Islam telah sempurna, tidak perlu ditambah atau dikurangi;

3.Allah swt. Berfirman: “…pada hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku untukmu, serta telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu…”. (Q.S. al-Maidah: 3)

Ayat ini semakin menegaskan kesempurnaan (syumuliyah/universalitas) ajaran Islam yang tidak lekang oleh tempat dan waktu. Islam adalah agama yang membimbing dan mengarahkan hidup dan kehidupan manusia agar sesuai dengan fitrah kemanusiaannya (Islam shalih likulli zaman wa makan). Islam adalah agama fitrah yang tidak akan pernah bertentangan dengan hak asasi manusia kapanpun dan dimanapun. Islam bukan agama yang perlu direduksi dan direvisi tapi Islam adalah agama untuk diyakini dan diamalkan, karena setiap ajaran agama Islam pasti maslahat dan manfaatnya sekalipun badan belum merasakan dan akal belum memikirkan.

4.Imam Malik bin Anas berkata: “Siapa saja yang mengada-ada suatu bid’ah dalam Islam -serta memandangnya baik- sungguh ia telah mengira, menyangka bahwa Muhammad telah mengkhianati risalahnya, karena Allah swt. telah berfirman: “Pada hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu…”. Maka apa-apa yang saat itu (zaman Nabi) bukan agama, saat ini pun tetap bukan agama.

5.Rasulullah saw. bersabda: “Aku tidak meninggalkan sesuatu pun yang dapat mendekatkanmu kepada Allah swt., melainkan telah aku perintahkan kepadamu, (demikian pula) aku tiada meninggalkan sesuatu yang dapat menjauhkanmu dari Allah, melainkan aku telah melarangmu darinya”. (H.R. Thabrâni)

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa;
1.Agama Islam itu telah sempurna, tidak perlu ditambah, dikurangi atau direkayasa
2.Orang yang telah mengada-ada bid’ah dalam Islam sama dengan telah menuduh bahwa Nabi khianat dalam menyampaikan risalahnya
3.Tidak perlu menciptakan sesuatu yang baru yang menyebabkan diri dekat dengan Allah karena apapun yang disekitarnya membuat diri dekat dengan Allah telah diperintahkan oleh nabi.
4.Tidak perlu meninggalkan sesuatu yang dibolehkan oleh agama dengan alasan untuk mendapatkan ridha Allah karena apapun yang membuat diri jauh dari Allah telah dilarang oleh Nabi saw.

Perbedaan prinsip dalam urusan agama dan dunia;

6.Dari Anas r.a. ia .telah berkata; Telah bersabda Rasulullah saw.: “Apabila ada sesuatu urusan duniamu, maka kamu lebih mengetahui. Dan apabila ada urusan agamamu, maka kembalikanlah padaku”. (H.R. Ahmad)

Kandungan Hadits tersebut menunjukkan bahwa apapun urusan agama mutlak harus mengacu kepada Nabi, sementara urusan dunia bebas terserah kita selama tidak diatur oleh agama.

Acuan dalam beribadah;

Bukan rujuk kepada guru atau madzhab, tidak pula kepada tempat/akal dan perasaan ataupun tradisi. Maksudnya, dalam beragama hendaklah bertitik tolak dari dalil, yaitu Al Qur`an dan Sunnah, jangan bertitik tolak dari guru, madzhab, tempat, organisasi, akal, perasaan dan tradisi.


Definisi ibadah;

7.Ibadah ialah: “Mendekatkan (diri) kepada Allah swt. dengan cara mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, serta beramal sesuai dengan kewenangan (izin) syara”.

(Pendapat lain): Ibadah ialah: “Taat kepada Allah, dengan (cara) melaksanakan segala perintah Allah melalui ucapan para Rasul”.

(Pendapat lain): Ibadah ialah: “Nama yang mencakup segala bentuk yang dicintai serta diridhai Allah, baik ucapan maupun perbuatan; yang nyata atau tersembunyi”. (Fathu al-Majîd: 14)

Prinsip dalam ibadah;

Pada dasarnya ibadah itu terdiri dari dua aspek, yaitu: Pertama, niat yaitu hanya semata karena Allah dalam melaksanakannya. Kedua, kaifiyat yaitu cara mengamalkan ibadah tersebut. Apakah sesuai dengan contoh Nabi atau tidak? (Niat salah cara benar adalah salah, niat benar (ikhlash) cara salah, juga salah). Seharusnya niat baik, ikhlash karena Allah dan cara mengamalkannya pun benar sesuai dengan apa yang dicontohkan Nabi.

8.Prinsip dasar dalam beribadah ia menangguhkan dan mengikuti contoh. Ungkapan lain (mengatakan): “Prinsip dasar dalam beribadah adalah batal, sampai ada dalil yang memerintahkan keberadaannya”.

Dalam urusan ibadah, pada asal/dasarnya haram dikerjakan, kecuali ada keterangan/dalil yang memerintahkan. Dengan demikian, dalam urusan ibadah seyogyanya terlebih dahulu mencari dalil yang memerintahkan dan bukan sebaliknya, mencari dalil yang melarangnya.

9.Pengertian asal/dasar dalam urusan keduniaan adalah boleh. Dan pada ungkapan lain; “asal dalam aqad mu’amalah (jual beli) adalah boleh, kecuali ada dalil/keterangan yang melarang.” (al-Bayân, hal: 230).

Dalam urusan dunia, pada dasarnya boleh, dan tidak terlarang, kecuali ada keterangan/dalil yang melarang. Oleh sebab itu dalam urusan duniawi seyogianya terlebih dahulu mencari dalil/keterangan yang melarang, mengharamkan dan bukan mencari dalil yang menghalalkan.

10.“Pada asalnya dalam beribadah itu tidak dapat difahami oleh akal (sebab-sebabnya), sedangkan dalam adat kebiasaan dapat difahami akal.”

Urusan ibadah itu tidak dapat dimengerti sebab-sebabnya. Contoh: mengapa shalat zhuhur empat raka’at, shubuh dua raka’at dan lain sebagainya.

Agama tidak bisa bertitik tolak dari akal;

11.Dari ‘Ali r.a. ia berkata: “Kalaulah agama itu berdasar akal, pasti mengusap bagian bawah sepatu akan lebih utama dari pada (mengusap) bagian atasnya. Tetapi sungguh aku melihat Rasulullah mengusap sepatu bagian atasnya”. (H.R. Abu Dawud)

Perkataan sahabat Ali r.a. ini bukan berarti akal sama sekali bukan bagian dari agama, tapi akal berperan sebagai alat bantu memahami agama. Agama mengakui peran sentral akal selama akal itu tidak bertentangan dengan wahyu, karena akal yang sehat tidak mungkin bertentangan dengan wahyu. Kita mengetahui betapa banyak ayat Allah maupun hadits Rasulullah saw yang memotivasi kita untuk mengoptimalkan potensi akal dalam rangka maksimalisasi ibadah penghambaan kita kepada Ilahi Rabby.

Inilah pokok-pokok agama Islam yang ditulis oleh Al-Ustadz A. Zakaria dalam kitabnya Al-Hidayah Fii Masaailil Fiqhiyyah Al-Muta’aridhah.

3 komentar:

  1. ASTRONOT WAHABI

    Sekelompok Astronot dari Amerika, Rusia dan Ingris sedang mabuk-mabukan di sebuah kafe di pingiran CAVE CANEVERAL – Florida. Dalam keadaan Fly berat setelah menenggak berbotol-botol minuman merk “IBNU TAIMIYAH WALKER” mereka masing masing membual tentang kehebatan teknologi Antariksa negaranya.

    “Negara Gue sudah mampu meluncurkan pesawat ulang-alik ke planet Mars” Kata Astronot dari Amerika dengan bangganya.

    “Kalo Negara Gue udah mampu ngebangun stasiun antariksa di Planet Jupiter yang mampu dihuni orang sekelurahan selama 10 taun.” Bual Astronot dari Rusia.

    “Masih kalah sama Ingris donk…Ingris sudah melakukan itu semua 5 tahun yang lalu, malah sekarang kami sudah memiliki stasiun antariksa di tiap-tiap planet dan memiliki transportasi masal untuk umum yang menghubungkan tiap-tiap stasiun luar angkasa dengan tarif murah.” Bual Astronot dari Ingris nggak mau kalah.

    Tiba-tiba dari arah belakang meja mereka muncul celetukan dari seorang WAHABI dari SAUDI yang nggak kalah mabuknya…..” Kehebatan negara Kalian semua masih kalah dengan SAUDI ARABIA, kami sudah memiliki pesawat ulang-alik Bumi – Matahari”.

    Ketiga Astronot tersebut spontan tertawa sambil menjawab “Ha.. ha.. ha… dasar Wahabi gebleg…sampai saat ini belum ada bahan pesawat ulang-alik yang mampu menahan panasnya matahari :”.

    Hahaha….ente semua tolol…..Pake otak donk…. Astronot dari SAUDI nggak bakal pergi ke Matahari waktu siang hari…..Mereka berangkat ke MATAHARI pada waktu MAGRIB dan balik lagi ke BUMI setelah Azan SUBUH….Hahahaha….Pesawat Mereka nggak bakal kepanasan “ Jawab Wahabi tersebut dengan santainya.

    Ketiga Astronaut tersebut hanya melongo mendengar jawaban si Wahabi yang sangat tolol itu.

    BalasHapus
  2. Wahaby / Salafy bukan saja gemar mengkafirkan orang lain di luar kelompoknya tetapi sesama Salafy saja mereka juga saling mengkafirkan..coba simak tulisan dibawah ini :
    ketika saya hadir di Jalan Haji Asmawi Jakarta selatan ( tempat mankalnya salafy wahdah islamiyyah), Ustadz salafy wahdah bilang salafiyyin aliran turotsi itu hizbi antek PKS dan ikhwanul muslimin yang termasuk 72 golongan yang masuk neraka jahanam.

    ketika saya hadir ditaklim salafy yang ada di masjid hidyatusalihin poltangan pasarminggu (geng salafy sururi), ustad-ustadz nya bilang kalau salafy wahdah islamiyyah adalah khawarij umat ini.

    ketika saya hadir di masjid fatahillah (salah satu salafy yamani), ustadz salafy yamaninya bilang kalau salafy sururi, salafy haroki, salafy turotsi, salafy ghuroba, salafy wahdah islamiyyah, salafy MTA, salafy persis, salafy ikhwani, salafy hadadi, salafy turoby bukanlah salafy tapi salaf-i (salafi imitasi) yang khawarij, bidah dan hizbi.

    Jafar Umar Thalib (salafy ghuroba) bilang kalau Abdul Hakim Abdat ( salafy turotsi)itu ustad otodidak yang pakar hadas ( najis) bukan pakar hadis
    Muhamad Umar As Seweed ( salafy yamani) bilang kalau Jafar Umar Thalib itu ahli bidah dan khawarij. bahkan komplotan as Seweed bikin buku dengan judul ” pedang tertuju di leher Jafar Umar Thalib” yang artinya Jafar Umar Thalib halal dibunuh

    Abdul Hakim Abdat (salafy turotsi) bilang kalau salafy Wahdah Islamiyyah itu sesat menyesatkan dan melakukan dosa besar (hanya) dengan mendirikan yayasan/organisasi.oragnisasi adalah hizbi.

    salafy Wahdah Islamiyyah bilang kalau kalau salafy Yamani dan Abdul Hakim Abdat itu salafy primitif dan terbelakang yang hanya cocok hidup di jaman puba atau pra sejarah.

    pokoknya tak terhitung lagi perseteruan antar salafy. dan….ini baru kisah perseteruan antar sesama salafy, belum lagi perseteruan salafy dengan NU, Persis, Muhamadiyyah, Majelis Rasulullah, PKS, DDII, tarbiyyah, Nurul Musthofa, HTI dan banyak lagi.

    ironis sekali, salafy yang mengaku-ngaku anti perpecahan, anti hizbi kok malah berperan sebagai aktor utama perpecahan umat islam.juga sebagai biang kerok kekisruhan dikalangan ahlu sunnah. salafy sendirilah penyebab dakwah salafusalihin menjadi hancur berantakan.

    ironis sekali, ustadz-usyadz salafy indonesia yang konon belajar jauh-jauh dan lama ke timur tengah, tapi ditataran basic yaitu akhlak, sangat BEJAT DAN AROGAN.

    mereka tak ubahnya seperti orang dungu narsis yang tenggelam di lautan tumpukan buku-buku tebal.
    yah…keledai ditengah tumpukan buku-buku tebal tetap saja keledai.
    jangan halangi dakwah salaf, biarkan salafy sendiri yang menghalangi dakwah salaf.
    jangan memecah belah barisan salaf, karena barisan salaf akan berpecah belah dengan sendirinya dan secara alami.
    jangan hancurkan salafy, karena cukup salafy sendiri dengan kesadaran penuh dan suka cita menghancurkan dirinya sendiri.

    BEGINILAH TABIATNYA SALAFY / WAHABI

    BalasHapus
  3. artikelnya bagus :) makasih jadi nambah wawasan..

    BalasHapus