Cara pandang hidup Islam
Salah satu
hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita sebagai muslim adalah
memilih pemimpin. Yang dimaksud dengan pemimpin di sini terkait dengan
pemimpin di ranah publik, seperti walikota, gubernur, ataupun presiden.
Islam sendiri sudah memberikan petunjuk yang jelas mengenai bagaimana
mencari dan memilih pemimpin, baik melalui ayat-ayat di dalam Al Qur’an
maupun hadits-hadits Rasululloh SAW.
Satu hal pula yang tidak
boleh absen dari seorang muslim adalah cara pandang hidup Islam (Islamic
worldview). Wajib bagi siapapun yang mengaku dirinya sebagai muslim
memiliki cara pandang hidup Islam. Adalah aneh apabila seorang muslim
menyikapi suatu persoalan dengan cara pandang bukan Islam.
Cara
pandang hidup Islam adalah menyikapi semua problematika hidup dengan
kacamata Islam. Yakni, berniat, berpendapat dan bersikap sesuai dengan
pedoman hidup Islam berupa Al-Qur’an dan As Sunnah.
Menghadapi situasi pilkada kota Bekasi,
umat Islam yang berada di dalamnya dituntut menyikapi pilkada dengan
cara pandang hidup Islam yang berdasarkan kepada dua pedoman tersebut.
Setidaknya, Islam memberikan beberepa kriteria pemimpin ideal yang patut dipilih oleh umat di antaranya:
Pertama, beragama Islam.
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali
dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian,
niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah
kembali (mu).” (Ali Imran(3):28)
Lihat juga: (An Nisa(4):144), (Al Maidah(5):51), (Al Maidah(5):57)
Kedua, laki-laki.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita..” (An Nisa(4):34)
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang mengangkat seorang wanita sebagai pemimpinnya.” (HR. Bukhari)
Ketiga, dewasa (baligh). Baligh di sini terutama mampu berpikir dengan
baik, serta sudah bisa membedakan hal yang benar dan salah.
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah
sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil
harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (An
Nisa(4):5)
Keempat, adil. Pengertian adil di sini adalah adil
secara umum, tidak berat sebelah memihak salah satu golongan, terutama
kelompok yang berkaitan dengan dirinya atau menguntungkan dirinya.
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di
muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan
adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan
kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan
Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan.” (Shaad(38):26)
Kelima, amanah dan berlaku
profesional serta mempunyai ilmu/pengetahuan di bidangnya. Dengan
berlaku amanah dan mempunyai pengetahuan di bidangnya, maka seorang
pemimpin akan dipercaya dan bisa dengan mudah memecahkan persoalan yang
muncul.
“Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara
(Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi
berpengetahuan.” (Yusuf(12):55)
Rasululloh SAW bersabda:“Apabila
suatu urusan dipercayakan kepada seseorang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah waktu kehancurannya.” (HR. Bukhari)
Keenam, sehat
fisik dan mental, karena seorang pemimpin seringkali dituntut bekerja
keras tidak mengenal waktu serta banyak mendapat tantangan dan serangan
dari lawan-lawan politiknya.
“Dari Abu Dzar berkata, saya
bertanya kepada Rasululloh SAW, mengapa engkau tidak meminta saya
memegang sebuah jabatan?; Abu Dzar berkata lagi, lalu Rasululloh SAW
menepuk punggung saya dengan tangannya seraya berkata; Wahai Abu
Dzar,sesungguhnya kamu seorang yang lemah. Padahal, jabatan itu
sesungguhnya adalah amanat (yang berat untuk ditunaikan)” (HR. Muslim)
Rasululloh SAW juga menyatakan agar tidak memilih pemimpin bagi yang menginginkannya.
“Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari r.a, ia berkata, “Aku dan dua
orang dari kaumku datang menghadap Nabi saw. Salah seorang mereka
berkata, ‘Ya Rasululloh SAW angkatlah kami sebagai pejabatmu.’ Satu
orang lagi juga mengatakan perkataan yang sama. Lalu Rasululloh SAW
bersabda, ‘Kami tidak akan memberikan jabatan pemerintahan ini kepada
orang yang meminta dan berambisi untuk mendapatkannya’,” (HR Bukhari
[7149] dan Muslim [1733]).
Pilkada Kota Bekasi
Pilkada
Kota Bekasi 16 Desember besok, warga kota Bekasi memiliki hajatan
pilkada untuk memilih pemimpin Kota Bekasi periode 2013-2017. Terlepas
setuju atau tidak terhadap adanya pilkada sebagai bagian dari produk
sistem demokrasi yang dianut negeri ini, memilih ataupun tidak, sedikit
banyak hasilnya akan berpengaruh atas hidup dan kehidupan kita warga
kota Bekasi. Oleh karena itu untuk mendapatkan pemimpin yang ideal dan
diharapkan menerapkan nilai-nilai Islam dalam pemerintahannya, panduan
di atas mesti menjadi pertimbangan para pemilih muslim.
Sebagai muslim, tentu pemimpin yang diharapkan terpilih adalah pemimpin
yang mampu menerapkan syari’at Islam secara komprehensif. Dari sisi
kepartaian, tidak banyak harapan pemimpin terpilih adalah muslim terbaik
dari ‘partai-partai Islam’ atau berbasis massa Islam yang ada dan
terpecah-pecah mendukung pasangan calon yang berbeda-beda, semisal PKS,
PKB, PBB, PPP dan PAN.
Sementara dari sisi personalitas, ada
sedikit harapan Bekasi akan lebih beradab, bermoral dan bertaqwa pada
beberapa sosok calon yang selama ini akrab dipanggil Ustadz. Karena
syarat Islam saja tidak cukup untuk menggambarkan kualitas keIslaman
masing-masing calon yang ada saat ini, apalagi semua calon tercatat
beragama Islam. Setidaknya dengan panggilan Ustadz selama ini yang
melekat pada beberapa sosok ini, mengingatkannya akan tugas mulia untuk
mengamalkan Islam secara kaffah termasuk di pemerintahan.
Sisi
program, semua program dari kelima pasangan calon ini tidak menempatkan
perbaikan aqidah dan moral sebagai program prioritas. Yang menonjol
justru adalah program pembangunan fisik bukan fsikis. Tidak nampak
masing-masing pasangan calon adu program perbaikan aqidah dan moral
masyarakat Bekasi. Sementara persoalan krisis aqidah dan moral adalah
problem mendasar lambannya pembangunan di kota Bekasi secara
keseluruhan.
Sedikit harapan memang, namun ada sebuah prinsip
ushul yang sebaiknya diperhatikan, “Apapun yang tidak bisa didapatkan
semuanya, jangan ditinggalkan semuanya.” Sebab, memilih ataupun tidak,
sedikit banyaknya tetap akan berdampak kepada kehidupan masyarakat itu
sendiri.
Golput adalah hak, namun faktanya adalah sebanyak
apapun golput tidak memengaruhi hasil pilkada. Golput adalah suara yang
sama sekali tidak diperhitungkan dan dianggap tidak ada, sekalipun yang
golput mencapai 99 persen. Pertanyannya, apakah tidak berdosa bila
sebagian besar umat Islam tidak memilih lalu melahirkan pemimpin
terpilih yang zalim pada umat Islam?
Bila pilihannya adalah
ikut memilih, maka pilihlah sesuai kriteria di atas. Sulit saat ini
mencari pemimpin yang paling bermanfaat untuk umat. Paling tidak,
pilihlah yang kemungkinan akan sedikit mudharatnya bagi kehidupan
keIslaman kita. Faktanya, kita memang akan memilih pemimpin yang terbaik
di antara yang buruk, bukan yang terbaik di antara yang baik.
Selamat memilih. Memilih untuk tidak memilih adalah pilihan. Memilih
untuk memilih pun adalah pilihan. Dasarkan pilihan atas cara pandang
hidup Islam kita. Karena pilihan-pilihan itu, keduanya akan ditanya di
hari penghisaban kelak, atas dasar apa kita memilih dan atas dasar apa
kita tidak memilih.
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar