12.22.2012

Umat Islam Bekai Pilih Siapa?

Cara pandang hidup Islam

Salah satu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita sebagai muslim adalah memilih pemimpin. Yang dimaksud dengan pemimpin di sini terkait dengan pemimpin di ranah publik, seperti walikota, gubernur, ataupun presiden.

Islam sendiri sudah memberikan petunjuk yang jelas mengenai bagaimana mencari dan memilih pemimpin, baik melalui ayat-ayat di dalam Al Qur’an maupun hadits-hadits Rasululloh SAW.

Satu hal pula yang tidak boleh absen dari seorang muslim adalah cara pandang hidup Islam (Islamic worldview). Wajib bagi siapapun yang mengaku dirinya sebagai muslim memiliki cara pandang hidup Islam. Adalah aneh apabila seorang muslim menyikapi suatu persoalan dengan cara pandang bukan Islam.

Cara pandang hidup Islam adalah menyikapi semua problematika hidup dengan kacamata Islam. Yakni, berniat, berpendapat dan bersikap sesuai dengan pedoman hidup Islam berupa Al-Qur’an dan As Sunnah.

Menghadapi situasi pilkada kota Bekasi, umat Islam yang berada di dalamnya dituntut menyikapi pilkada dengan cara pandang hidup Islam yang berdasarkan kepada dua pedoman tersebut.


Setidaknya, Islam memberikan beberepa kriteria pemimpin ideal yang patut dipilih oleh umat di antaranya:

Pertama, beragama Islam.
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (Ali Imran(3):28)
Lihat juga: (An Nisa(4):144), (Al Maidah(5):51), (Al Maidah(5):57)

Kedua, laki-laki.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita..” (An Nisa(4):34)
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang mengangkat seorang wanita sebagai pemimpinnya.” (HR. Bukhari)

Ketiga, dewasa (baligh). Baligh di sini terutama mampu berpikir dengan baik, serta sudah bisa membedakan hal yang benar dan salah.

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (An Nisa(4):5)

Keempat, adil. Pengertian adil di sini adalah adil secara umum, tidak berat sebelah memihak salah satu golongan, terutama kelompok yang berkaitan dengan dirinya atau menguntungkan dirinya.

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Shaad(38):26)

Kelima, amanah dan berlaku profesional serta mempunyai ilmu/pengetahuan di bidangnya. Dengan berlaku amanah dan mempunyai pengetahuan di bidangnya, maka seorang pemimpin akan dipercaya dan bisa dengan mudah memecahkan persoalan yang muncul.

“Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (Yusuf(12):55)
Rasululloh SAW bersabda:“Apabila suatu urusan dipercayakan kepada seseorang yang bukan ahlinya, maka tunggulah waktu kehancurannya.” (HR. Bukhari)

Keenam, sehat fisik dan mental, karena seorang pemimpin seringkali dituntut bekerja keras tidak mengenal waktu serta banyak mendapat tantangan dan serangan dari lawan-lawan politiknya.

“Dari Abu Dzar berkata, saya bertanya kepada Rasululloh SAW, mengapa engkau tidak meminta saya memegang sebuah jabatan?; Abu Dzar berkata lagi, lalu Rasululloh SAW menepuk punggung saya dengan tangannya seraya berkata; Wahai Abu Dzar,sesungguhnya kamu seorang yang lemah. Padahal, jabatan itu sesungguhnya adalah amanat (yang berat untuk ditunaikan)” (HR. Muslim)

Rasululloh SAW juga menyatakan agar tidak memilih pemimpin bagi yang menginginkannya.

“Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari r.a, ia berkata, “Aku dan dua orang dari kaumku datang menghadap Nabi saw. Salah seorang mereka berkata, ‘Ya Rasululloh SAW angkatlah kami sebagai pejabatmu.’ Satu orang lagi juga mengatakan perkataan yang sama. Lalu Rasululloh SAW bersabda, ‘Kami tidak akan memberikan jabatan pemerintahan ini kepada orang yang meminta dan berambisi untuk mendapatkannya’,” (HR Bukhari [7149] dan Muslim [1733]).

Pilkada Kota Bekasi

Pilkada Kota Bekasi 16 Desember besok, warga kota Bekasi memiliki hajatan pilkada untuk memilih pemimpin Kota Bekasi periode 2013-2017. Terlepas setuju atau tidak terhadap adanya pilkada sebagai bagian dari produk sistem demokrasi yang dianut negeri ini, memilih ataupun tidak, sedikit banyak hasilnya akan berpengaruh atas hidup dan kehidupan kita warga kota Bekasi. Oleh karena itu untuk mendapatkan pemimpin yang ideal dan diharapkan menerapkan nilai-nilai Islam dalam pemerintahannya, panduan di atas mesti menjadi pertimbangan para pemilih muslim.

Sebagai muslim, tentu pemimpin yang diharapkan terpilih adalah pemimpin yang mampu menerapkan syari’at Islam secara komprehensif. Dari sisi kepartaian, tidak banyak harapan pemimpin terpilih adalah muslim terbaik dari ‘partai-partai Islam’ atau berbasis massa Islam yang ada dan terpecah-pecah mendukung pasangan calon yang berbeda-beda, semisal PKS, PKB, PBB, PPP dan PAN.

Sementara dari sisi personalitas, ada sedikit harapan Bekasi akan lebih beradab, bermoral dan bertaqwa pada beberapa sosok calon yang selama ini akrab dipanggil Ustadz. Karena syarat Islam saja tidak cukup untuk menggambarkan kualitas keIslaman masing-masing calon yang ada saat ini, apalagi semua calon tercatat beragama Islam. Setidaknya dengan panggilan Ustadz selama ini yang melekat pada beberapa sosok ini, mengingatkannya akan tugas mulia untuk mengamalkan Islam secara kaffah termasuk di pemerintahan.

Sisi program, semua program dari kelima pasangan calon ini tidak menempatkan perbaikan aqidah dan moral sebagai program prioritas. Yang menonjol justru adalah program pembangunan fisik bukan fsikis. Tidak nampak masing-masing pasangan calon adu program perbaikan aqidah dan moral masyarakat Bekasi. Sementara persoalan krisis aqidah dan moral adalah problem mendasar lambannya pembangunan di kota Bekasi secara keseluruhan.

Sedikit harapan memang, namun ada sebuah prinsip ushul yang sebaiknya diperhatikan, “Apapun yang tidak bisa didapatkan semuanya, jangan ditinggalkan semuanya.” Sebab, memilih ataupun tidak, sedikit banyaknya tetap akan berdampak kepada kehidupan masyarakat itu sendiri.

Golput adalah hak, namun faktanya adalah sebanyak apapun golput tidak memengaruhi hasil pilkada. Golput adalah suara yang sama sekali tidak diperhitungkan dan dianggap tidak ada, sekalipun yang golput mencapai 99 persen. Pertanyannya, apakah tidak berdosa bila sebagian besar umat Islam tidak memilih lalu melahirkan pemimpin terpilih yang zalim pada umat Islam?

Bila pilihannya adalah ikut memilih, maka pilihlah sesuai kriteria di atas. Sulit saat ini mencari pemimpin yang paling bermanfaat untuk umat. Paling tidak, pilihlah yang kemungkinan akan sedikit mudharatnya bagi kehidupan keIslaman kita. Faktanya, kita memang akan memilih pemimpin yang terbaik di antara yang buruk, bukan yang terbaik di antara yang baik.

Selamat memilih. Memilih untuk tidak memilih adalah pilihan. Memilih untuk memilih pun adalah pilihan. Dasarkan pilihan atas cara pandang hidup Islam kita. Karena pilihan-pilihan itu, keduanya akan ditanya di hari penghisaban kelak, atas dasar apa kita memilih dan atas dasar apa kita tidak memilih. 


Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar