9.12.2009

Hanya Untuk Para Jomblo..

Ayyuhal Jomblouun…bagi anda yang menjomblo karena alasan ideologis Laa Takhof wa Laa Tahzan karena anda benar sebelum jodoh menghampiri anda.

Coba anda tanyakan beberapa pertanyaan di bawah ini kepada mereka yang berpacaran :

1.Apakah anda dapat berlaku jujur tentang hal ihwal adegan yang pernah anda lakukan waktu berpacaran dengan si A, B, C, s/d Z, kepada calon pasangan yang akan menjadi istri/suami anda yang sesungguhnya? Kalau tidak, mengapa anda berani mengatakan, pacaran merupakan satu bentuk pengenalan kepribadian antara dua insan yang saling jatuh cinta dengan dilandasi sikap saling percaya? Sedangkan kenapa kepada calon pasangan hidup anda yang sesungguhnya anda berdusta? Bukankah sikap keterbukaan merupakan salah satu kunci terbinanya keluarga sakinah?

2.Mengapa anda pusing tujuh keliling untuk memutuskan seseorang menjadi pendamping hidup anda? Apakah anda takut mendapatkan pendamping yang telah sekian kali berpindah tangan? Tapi mengapa anda begitu gemar berpacaran, hingga melahirkan korban baru yang siap pindah tangan dengan kondisi menyedihkan dari tangan anda?


3.Jika anda diminta menjatuhkan pilihan terhadap dua calon pasangan untuk menjadi pendamping hidup anda, yang satu pernah berpacaran dan yang lainnya teguh memegang Syari’at tidak berpacaran, yang mana akan anda pilih? Tentu tak diragukan lagi anda akan memilih yang kedua. Tapi mengapa anda berpacaran dengan orang lain, sementara anda menginginkan pendamping hidup yang bersih?

4.Bagaimana perasaan anda, jika mengetahui istri/suami anda sekarang, memiliki nostalgia berpacaran? Tentu anda kecewa bukan kepalang. Tapi mengapa anda melakukan adegan serupa terhadap seseorang yang nantinya akan menjadi pendamping hidup orang lain?


5.Kalaupun istri/suami anda sekarang mau buka mulut tentang nostalgia berpacarannya sebelum menikah dengan anda, Apakah anda percaya jika dia bilang “saat itu kami hanya bicara biasa-biasa saja dan tidak saling bersentuhan sedikitpun? Kalau tidak, mengapa ketika berpacaran anda bersentuhan dan berciuman, anda bilang itu sekedar bumbu penyedap?

6.Jika anda telah menjadi seorang Ayah atau Ibu dari anak-anak anda, apakah anda senang memiliki anak yang selalu menjadi pengorban atau korban pacaran? Kalau tidak, mengapa anda begitu tega menyeret orang tua anda ke dalam bara api Neraka? Anda tuntut mereka di hadapan Allah karena tidak melarang anda berpacaran dan tidak menganjurkan anda untuk segera menikah?

Mari kita bernasyid…

Jadi Ikhwan
Jangan punya pikiran sempit
Mikir ko berbelit-belit
Ayo dong buru-buru merit
Jangan Cuma bisa berkelit

Begini Akh
Bukan ane ga mau nikah
Hidup ane lagi payah
Kasih dong ane jalur ma’isyah
Nanti ane buruan walimah

Jadi Akhwat
Jangan bikin syarat yang berat
Mikir ko kayak orang Barat
Nanti satupun bisa ga dapat
Jadi perawan sampai kiamat

Begini Ukh
Bukan ane ga mau patuh
Hidup ane masih keruh
Kasih dong ane doa yang teduh
Pasti ane ga nyari yang jauh

1 komentar:

  1. Turis Wahabi Serbu Puncak, Musim Kawin Kontrak Dimulai

    Sabtu, 2 Mei 2009 | 16:41 WIB
    BULAN Mei ini kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, bakal dibanjiri turis asal Arab Saudi. Mereka biasanya menghabiskan waktu liburan di sana hingga tiga bulan berikutnya.
    Selama musim liburan tersebut, para turis tersebut tinggal di sejumlah hotel dan wisma di daerah Tugu Selatan dan Tugu Utara, Kecamatan Cisarua. Situasi ini selalu terjadi setiap tahunnya, sehingga warga setempat kerap menyebutnya sebagai 'Musim Arab'.
    "Mereka selama ini tinggal di daerah Warungkaleng, Tugu Utara. Di sini juga ada wilayah yang dinamakan perkampungan Arab," kata Dede (45), warga Kampung Sampai, Tugu Utara.

    Dipaparkan, meskipun musim Arab baru akan dimulai Mei, tapi beberapa bulan sebelumnya sudah banyak villa, wisma, dan hotel kelas melati yang sudah dipesan. Bagi warga setempat, membanjirnya turis asal Timur Tengah membawa berkah tersendiri. "Selain tempat penginapan penuh, rental mobil juga laku," kata Dede.
    Menurut Risman, warga lainnya, turis Arab yang berlibur di kawasan Puncak bisa menghabiskan uang total hingga miliaran rupiah. Untuk berbelanja, makan, minum, transportasi, dan sejenisnya turis tersebut bisa menghabiskan Rp 3-5 juta per hari. "Mereka biasanya datang secara berkelompok, " tutur seorang pedagang rokok di kawasan kampung Sampai ini.
    Di musim Arab ini, warga pun memanfaatkannya dengan membuka usaha makanan asal Timur Tengah. Pasalnya, turis Arab kurang begitu suka dengan makanan Indonesia. "Mereka lebih suka makanan atau minuman asli negaranya, makanya di sini banyak toko makanan dan restoran dengan menu yang bertuliskan Arab," ujar Risman.

    Sekretaris Himpunan Pemandu Indonesia (HPI) Kabupaten Bogor Teguh Mulyana, mengatakan, musim Arab juga membawa berkah bagi para pemandu wisata. Namun, para guide tersebut tidak dibekali dengan standar seorang pemandu yang profesional, sehingga justru ada pemandu yang merugikan turis tersebut. "Banyak warga yang fasih berbahasa Arab kemudian menjadi guide, termasuk menjadi penunggu villa," kata Teguh Mulyana.
    Namun, katanya, tidak sedikit turis asing yang berperilaku nakal selama berlibur di kawasan Puncak. "Turis Arab rata-rata nakal. Sebagiannya sering 'jajan' atau memesan perempuan. Dan sebagian yang lain ada saja yang melakukan kawin kontrak dengan warga sekitar, dengan biaya antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Itu baru mahar, belum kebutuhan sehari-hari lainnya yang pasti dicukupi oleh si turis itu," ujarnya.

    Ketika dihubungi, Kapolsek Cisarua AKP Hepi Hanafi mengatakan, keberadaan turis Timur Tengah tidak hanya memberikan berkah bagi warga sekitar, tapi juga bisa menimbulkan masalah. Misalnya, memunculkan aksi kriminalitas. "Untuk itu, kami menghimbau kepada warga sekitar, khususnya para pemilik warung atau pemilik villa, untuk tetap selektif dalam melayani wisman Arab ini," katanya.
    "Soal kawin kontrak juga kerap dijadikan tameng untuk menyalurkan hasrat seksnya. Maka dari itu, kita sudah mulai menggelar razia dan memperketat pengawasan terhadap perilaku para wisman Arab tersebut," imbuh Hepi. (Soewidia Henaldi)

    BalasHapus