5.25.2009

Mengapa harus JK-Win ?

Beberapa waktu yang lalu tepatnya Senin 25 Mei 2009 Ketua DPW FPI Bekasi Raya Ustadz Murhali Barda mengirimkan short massage sevice kepada penulis terkait sikap DPW FPI Bekasi Raya tentang pilpres Juli mendatang. Penulis belum memastikan apakah sikap itu adalah sikap resmi FPI secara keseluruhan atau tidak.

DPW FPI Bekasi Raya bersikap :

1. Demokrasi bukan ajaran Islam
2. MUSLIM PUTIH serukan referendum
3. Hanya ada 2 calon, Megawati batal karena tidak sesuai syari’at
4. Jika diantara 2 calon ada yang bertekad membubarkan Ahmadiyah dan menjaga kemurnian Islam maka akan dibela


Lalu apa korelasinya judul di atas dengan sikap DPW FPI Bekasi Raya? Sebelum penulis mencoba menghubungkannya marilah kita perbincangkan dulu sikap DPW FPI Bekasi Raya tersebut.

Pertama, Demokrasi bukan ajaran Islam

Adalah telah terlalu banyak tenaga dikerahkan, terlalu melelahkan dan telah begitu panjang waktu kita habiskan untuk terus memperdebatkan Islam dan demokrasi. Padahal sejak Negara ini berdaulat para founding fathers kita telah jauh lebih sengit membincangkan tema ini hatta dengan orang kafir komunis (PKI).

Entah bagaimana caranya mengurai benang kusut ini agar ummat tidak berhenti pada simbol dan label semata tapi melangkah dalam substansi fundamental persoalan ummat. Bukan berarti simbol tidak penting, tapi penulis khawatir kita sedang memperebutkan pepesan kosong hanya karena keliru menempatkan dan memahami sebuah ISTILAH.

Sejujurnya penulis merasa, paling tidak dengan kondisi kita saat ini harus mampu bersyukur sekalipun perjuangan masih panjang dan berat melelahkan, supaya nikmat yang sudah ada ditambah oleh Allah swt. Setidaknya kita tidak seperti saudara-saudara kita di belahan dunia lain; Palestina, Afghanistan, Irak, Kosovo, Sudan, srilanka dan lainnya.

Sejujurnya penulis juga keberatan jika saudara-saudara kita yang berjuang lewat parlemen divonis kufur dan musyrik. Betapa banyak undang-undang pro syari’ah dihasilkan oleh kawan-kawan kita itu sekalipun belum ideal, namun undang-undang itu kemudian juga dinikmati oleh kita yang mengkafirkan mereka. Bagaimana bisa prosesnya diharamkan kemudian hasilnya jadi halal?

Penulis kira kita tidak perlu terlalu jauh masuk ke dalam keruwetan dialektika Islam dan demokrasi ditulisan ini. Jika pun ada yang bertanya kepada penulis apa pendapat anda terhadap diskursus Islam dan Demokrasi? Penulis akan jawab “saat ini wallahu a’lam”.

Kedua, MUSLIM PUTIH serukan referendum

Penulis belum mengonfirmasi apa yang dimaksud dengan MUSLIM PUTIH. Mungkin yang dimaksud adalah orang Islam yang golput dengan alasan ideologis. Jika benar, maka sebagai hak warga Negara yang memiliki kebebasan berbicara dan berpendapat seruan di atas harus dihormati dalam sebuah Negara demokratis.

Namun referendum bukan persoalan kecil, referendum memerlukan kesiapan ummat Islam keseluruhan untuk berubah secara frontal fundamental ke dalam sistem Islam. Sebagai seorang muslim, wallahi penulis sangat setuju dengan berdirinya Negara Islam. Dan sudah siapkah kita?

Penulis termasuk yang meragukan hasil-hasil survey beberapa lembaga bahkan UIN yang menyebutkan bahwa mayoritas ummat Islam Indonesia merindukan syari’at Islam. Bukankah dengan ‘kekalahan’ partai-partai Islam menjadi semacam aksioma bahwa ummat Islam belum begitu akrab secara benar dengan syari’atnya?

Apalagi persoalan-persoalan internal ummat Islam terus menjadi PR tak terselesaikan diantara ormas, partai, gerakan dan kelompok-kelompok Islam itu sendiri. Alangkah elok jika kita menyerukan referendum saat ummat sudah tidak bermasalah lagi dalam urusan rumah tangganya.

Ketiga, Hanya ada 2 calon, Megawati batal karena tidak sesuai syari’ah

Tentu 2 calon itu adalah capres-cawapres SBY-Boediono dan JK-Wiranto, kedua pasangan itu laki-laki semua. Sementara Megawati adalah seorang perempuan yang pada hakikatnya Islam telah memuliakannya pada posisi yang tak kalah bergengsi dibanding laki-laki, bukan sebagai kepala Negara.

Sikap ketiga ini sangat rentan untuk kalangan feminis sebagai bias gender. Tapi biarlah dulu, karena mereka memang belum paham atau belum mau dipahamkan tentang konsep indah gender dalam Islam yang sebenarnya. Toh, diantara tokohnya sendiri tidak konsisten dalam beberapa isu gender seperti Masdar f Mas’udi yang berpoligami, sementara poligami adalah barang najis buat mereka.

Keempat, Jika diantara 2 calon ada yang bertekad membubarkan Ahmadiyah dan menjaga kemurnian Islam maka akan dibela

Dalam pandangan Islam tugas pokok dan mendasar seorang pemimpin masyarakat adalah menjaga aqidah ummat. Salah satu yang disyaratkan oleh DPW FPI Bekasi Raya adalah membubarkan Ahmadiyah yang merupakan parasit aqidah itu sendiri.

Membaca secara lurus pernyataan sikap DPW FPI Bekasi Raya penulis menyimpulkan bahwa bagi FPI demokrasi sebagai sebuah isme / ideologi adalah haram. Namun berjuang demi menegakkan syari’at Islam melalui proses demokrasi yang tidak ada sistem lain saat ini di Indonesia perlu dilakukan jika calon pemimpinnya memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga kemurnian Islam.

Sangat mungkin akan muncul sanggahan, “Bagaimana mungkin dari sebuat sistem Yang haram bisa melahirkan hal-hal yang positif buat Islam dan kaum Muslimin?”

Kita jawab, “Bagaimana mungkin juga dari sebuah sistem dan proses yang anda haramkan, lalu anda tidak keberatan menikmati hasil dari sistem tersebut?”

Oleh karena itu bagi siapa saja diantara kaum Muslimin yang merasa harus memilih pada pilpres mendatang sebagai tanggungjawab ideologisnya, maka pada titik inilah kita hubungkan judul besar di atas dengan dengan sikap DPW FPI Bekasi Raya tersebut.

Dari tingkat pemahaman dan pengamalan keIslaman anda yang mungkin sudah sangat mendalam, semua pasangan capres-cawapres saat ini sama sekali tidak ada yang ideal. Penulis berharap kita berkenan menggunakan kaidah “Maa laa yudraku kulluh laa yutraku kulluh” (Apa saja yang tidak bisa didapatkan semuanya jangan ditinggalkan semuanya).

Lalu mengapa harus JK-Win?

Penulis bukanlah bagian dari tim sukses JK-Win apalagi kerabat mereka. Namun hanya kerabat dalam keIslaman sama dengan kepada pasangan-pasangan lain yang semuanya muslim. Alhamdulillah

(Gubernur Kristen fundamentalis Kalimantan Barat akan cuti untuk memenangkan Mega Pro)

Mari kita evaluasi JK-Win sesuai dengan kriteria DPW FPI Bekasi Raya :

Pertama, JK-Win dalam pertemuannya dengan para Ulama Jawa Timur di kantor PWNU Surabaya mengatakan:

"Saya sangat tersinggung jika ada orang yang menyatakan kalau kita tidak menegakkan syariat Islam," kata Jusuf Kalla saat memberi sambutan usai meresmikan kantor PWNU Jatim di Jalan Masjid Al-Akbar Timur 9 Surabaya, Kamis (30/8/2007).

Menanggapi tuntutan tersebut Jusuf Kalla menyatakan bahwa seorang pemimpin memang harus bisa menegakkan syariat Islam. Selain itu dia juga menyatakan jika semua syariat boleh berkembang di Indonesia.

"Namun untuk aliran sesat tentu harus diluruskan secara syariat juga. Namun jika secara syariat juga tidak bisa, maka kewajiban negara untuk menegakkan hukum," kata Jusuf Kalla. http://pemilu.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/05/13/268/219490

Apakah itu hanya lips service semata kita serahkan pada Allah yang Maha Mengetahui isi hati, yang pasti baru merekalah yang dengan tegas mengatakan hal itu dibanding pasangan lainnya.

Sementara presiden saat ini SBY tidak berani mengeluarkan keppres pembubaran Ahmadiyah. Kita tunggu juga bukti penegasan JK terhadap aliran sesat jika ia terpilih nantinya.

Kedua, Istri kedua pasangan ini jauh sebelum keduanya dicalonkan sebagai capres dan cawapres telah berjilbab. Sementara istri-istri dari pasangan SBY-Boediono belum berjilbab, apalagi ‘istri’ Ibu Mega dan pak Prabowo yang belum beristri lagi.

Banyak yang menyebutkan bahwa jilbab hanyalah simbol maka kita tidak boleh terjebak pada simbol semata. Ya benar, tapi simbol adalah penting menjadi bukti akan esensi dari sesuatu sekalipun memang kadang terdapat coleration missing. 'Ala kulli hal, dengan berjilbab istri pasangan JK-Wiranto telah melaksanakan salah satu syari’at Islam.

Ingatkah kita, selama ini kita selalu sinis, nyinyir dan terheran-heran melihat istri Yusril Ihza Mahendra Ketua Majelis Syura’ sebuah partai Islam tidak berjilbab? Berarti kita memandang bahwa simbol itu sangat penting.

Bayangkan saja istri dari partai non Islam mampu mengenakan jilbab secara konsisten. Penulis yakin ini adalah satu fakta yang tak terbantahkan di saat jilbab dipermasalahkan di negara-negara demokrasi maju sekalipun. Lupakah kita bahwa untuk simbol yang satu ini kita pernah berdarah-darah pada dekade 80-an bahkan hingga saat ini. Tentu kawan-kawan FPI lebih paham soal ini, sebab mereka mujahid-mujahid pembela simbol ini.

Apakah karena jilbab adalah simbol lalu kita anggap remeh? Apakah remeh pula ayat-ayat Allah dan sabda-sabda Rasulullah yang mewajibkan simbol tersebut?

Ketiga, Wiranto saat menjadi capres partai Golkar pada pilpres 2004 yang lalu pernah ditanya, “Sebagai seorang Muslim apakah jika anda terpilih menjadi presiden anda akan menjalankan syari’at Islam?”

Wiranto menjawab tegas, “Jika rakyat menginginkannya, kita akan laksanakan”.

Ini luar biasa, di saat banyak pejabat publik termasuk tokoh-tokoh partai Islam kelu lidah jika ditanya dengan pertanyaan yang sama. Mungkin Wiranto dalam hal ini adalah demokrat sejati sekalipun bukan dari partai Demokrat. Jika betul saat ini ummat Islam merindukan diberlakukannya syari’at Islam secara menyeluruh, semoga Wiranto tidak lupa bahwa dia harus menyuarakan hati nurani rakyat.

Keempat, JK adalah satu-satunya dari semua pasangan lain yang merupakan kader ormas-ormas Islam resmi di Indonesia khususnya Nahdlatul Ulama. JK pula yang oleh KH. Hasyim Muzadi dan Prof.Dr. Din Syamsuddin direstui pencalonannya.

Fenomena dukung mendukung pasangan capres-cawapres belakangan ini, sependek yang penulis ketahui saat ini sedang terjadi dukungan secara massif dari kader-kader dan simpatisan partai-partai Islam yang berkoalisi dengan partai Demokrat kepada pasangan JK-Wiranto.

Ternyata bukan hanya kader bahkan petinggi-petinggi partainya pun tidak mampu membohongi hati nuraninya, seperti tokoh salah satu partai Islam di Jawa Barat yang mengatakan:

“Heu..euh, da teu bisa dibohongan ari hate leutik mah ka JK-Win.”

Pak JK dan pak Wiranto, penilaian penulis ini subyektif dan belum final. Penulis hanya menumpahkan kegelisahan dan kebingungan atas ujian ini, dimana penulis berharap dengan mempublis tulisan ini ada kawan yang berkenan untuk memberikan nasehat dan bimbingan jika apa yang tertulis ternyata keliru. Harap bapak berdua tidak GR dulu. Namun jika bapak berdua serius akan memperjuangkan nasib ummat Islam yang berjasa memerdekakan dan membangun negeri ini semoga Allah mempermudah urusan dan melancarkan usaha baik itu.

Penulis memohon ampun kepada Allah swt jika semua penilaian di atas keliru dan menyesatkan.

Selamat memilih dengan memohon petunjuk Ilahi Rabbi

8 komentar:

  1. barangkali karena mereka yg masukin Munarman habib dibui jadi fpi dukung jk-win, karena gw simpatisan fpi ikut deh, daripada dki jadi ibukota setan, coba aja liat dibandung geng motornya dki yg ada geng motor majelis tak'lim

    BalasHapus
  2. Istri capres pada make jilbab ngga ada hubungannya kaleee..... =="
    Yg penting itu kelakuannya dulu... swt dah...

    Salah satu Pasangan jadi anggota ormas islam-mah bukan jaminan...
    Penulis sepertinya lupa, dengan Kisah Nabi Isa A.S yg dijatuhkan oleh murid-nya secara sengaja? meskipun nabi Isa A.S di selamatkan oleh ALLAH SWT

    Ew, Terakhir.... (kebantah semua)
    SBY ngga mengeluarkan referendum untuk membubarkan ahmadiyah belum tentu karena ngga mau. Toh, harus-nya JK juga ditanya-kan. lagipula skrg-kan masih SBY-JK yg berada dalam Kursi Presiden dan Wapres...
    Penulis Lupa dengan kestabilan politik dan pertahanan keamanan?
    Coba pikir-kan apa yg terjadi apabila SBY langsung membubarkan Ahmadiyah saat ini...

    Mereka bisa saja langsung memasang BOM dsb juga teror....

    Sebaiknya penulis jangan asal berkomentar dalam memberi pendapat, tapi pikirkan juga apa akibat jika pendapat itu langsung dilakukan.....

    Buat:
    1. Demokrasi bukan ajaran Islam
    2. MUSLIM PUTIH serukan referendum
    3. Hanya ada 2 calon, Megawati batal karena tidak sesuai syari’at

    Gw setuju ama ketiga-nya.... ^^

    BalasHapus
  3. statementnya ga bagus.
    belom universal... masih bertepuk sebelah tangan. jangan dicari2 kesalahan orang sekecil apapun

    BalasHapus
  4. jazakumullah khairal jazaa atas masukan kawan2, karena di akhir tulisan saya memang mengharapkan teguran, koreksi dan masukan. LANJUTKAN! masukkannya he...

    BalasHapus
  5. MasyaAllah, tulisan yg bagus. Sholat istikhorah dulu yaa Akhi sebelum memilih, jgn dengarkan masukan-masukan negatif. Minta perlindungan kepada Allah SWT agar terhindar dari pengaruh orang-orang munafik. InsyaAllah diberi petunjuk siapa pemimpin yang baik untuk negeri ini, namun jika Allah berkehendak lain, pasti ada hikmah dibalik semua itu.
    Maaf saya tidak bermaksud mempengaruhi, tapi secara pribadi meskipun bukan termasuk tim sukses dari salah satu capres, sy lebih memilih yg keislamanannya terlihat langsung seperti yg ditulis di atas.
    Pilihan Akhi sebaiknya didahului oleh sholat sebelumnya, apapun itu, insyaAllah yakinlah terhadap petunjuk Allah SWT. sekali lagi mohon berlindung dari pengaruh orang-orang munafik. jika kemudian hari ada yg mengatakan sy munafik terhadap tulisan saya ini,maka semoga Akhi terlindung dari tulisan saya ini....Amin yaa Rabbal 'Alamiin.

    BalasHapus
  6. walaupun sudah berlalu...saya komen juga ha...sebagai saudara...alhamdulillah allah sudah memberikan jalan keluar terkait ritual demokarasi ini...ya paling tidak walaupun kt tdk dapt semua...kt telah membuktikan bahwa kt tidak meninggalkan semua...FPI punya line nya sendiri, kami mendukung anda. tapi jgn lupa masih byk line/lini perjuangan islam lainnya yg harus kt hargai, ya paling tidak jgn sampai merendahkan saudara kita....MARI BEKERJASAMA DALAM HAL-HAL YG KITA SEPAKATI DAN SALING MENGHORMATI DALAM HAL-HAL YG KITA PERSELISIHKAN...bukankah kita dalam rangka berlomba-lomba dalam kebaikan..YAA ALLAH ENGKAULAH YG MENGGENGAM HATI KAMI, LAPANGKANLAH YA ALLAH..AMIINN, maaf atas kesalahan tulisan dan pengunaan kata yg tdk bijak.

    BalasHapus