12.20.2009

Pak Kyai, What do you want?

Renungan sederhana atas refleksi KH. Hasyim Muzadi

Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi menuliskan refleksinya tentang Hijrah di kolom refleksi harian Republika (20/12/2009) berjudul ‘Hijrah yang Mengajarkan Toleransi’. Penulis biasanya merasa nyaman-nyaman saja dengan tulisan-tulisan beliau selama ini. Namun untuk tulisan beliau terakhir ini penulis merasa agak terganggu oleh citarasa liberal yang terkandung di dalamnya.

Pak Kyai bertutur tentang sosok Raja Najasyi penguasa Abisinia (Habasyah atau Ethiopia). Beliau gambarkan Raja Najasyi sebagai non Muslim yang toleran, pelindung ‘keselamatan’ sebuah kepercayaan sama artinya dengan melindungi hak asasi manusia. Sampai sebatas ini tidak ada masalah. Namun bermasalah ketika hal itu dijadikan justifikasi general oleh pak Kyai bahwa konsep rahmatan lil ‘alamin dalam Islam adalah saling memberikan perlindungan, berbagi ketenangan, serta menyemaikan rasa aman kepada dan oleh umat berbeda keyakinan. Beliau simpulkan dengan istilah, toleransi.

Menurut hemat penulis, pada dasarnya toleransi dalam Islam sudah selesai, artinya Islam telah secara konseptual dan faktual mengamalkan toleransi dalam sejarah peradaban dunia yang tiada bandingannya. Adalah ahistoris bagi para pemimpin umat yang tidak kenal bagaimana begitu luar biasa tolerannya Islam dan kaum muslimin sepanjang sejarah kehidupan manusia pasca Rasulullah saw diutus.

Problem dalam tulisan pak Kyai adalah, pengamputasian konsep Da’wah. Sekalipun mungkin beliau tidak bermaksud demikian. Penulis hanya khawatir sebagian pembaca tergelincir dalam memahami tulisan beliau itu. Seolah-olah beliau menganggap da’wah mengajak umat lain kepada keyakinan Islam adalah tidak toleran. Bahwa tidak bisa dipungkiri perbedaan keyakinan seringkali menimbulkan konflik antar pemeluk agama yang berbeda. Namun itu kemudian tidak bisa dijadikan legimitasi bahwa terlarang menyiarkan agama kepada umat yang beragama lain.

Termasuk peraturan pemerintah yang melarang menyiarkan agama kepada umat yang sudah beragama, merupakan pelanggaran terhadap syariah. Oleh karena itulah umat Kristiani sampai saat ini tidak mau mematuhi diktum tersebut, karena dalam ajaran mereka juga terdapat kewajiban untuk berda’wah. Sementara kita dipaksa untuk mematuhinya sambil menyaksikan satu demi satu saudara-saudara kita dimurtadkan.

Sebagai ajaran yang penuh toleransi tanpa mengorbankan akidah dan nilai-nilai Islami, dan dalam saat yang sama berpaling/menampakkan tanda-tanda tidak menyetujui sikap lawan-lawan Islam yang melecehkan itu. Ini antara lain dapat dipahami dari firman Allah: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orangorang yang musyrik” (QS. al-Hijr [15]: 94). Juga firman-Nya: “Jadilah pemaaf/ambillah yang mudah, suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang jahil” (QS. al-A‘râf [7]: 199).

Perlu dipahami bersama bahwa Raja Najasyi adalah seorang Nashrani yang masih lurus pada zamannya sebagaimana pamannya siti Khadijah. Ra, Waraqah bin Naufal. Oleh karena itu keduanya melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Raja Najasyi melindungi para sahabat Rasulullah saw, kemudian dirinya masuk Islam dan Waraqah bin Naufal menyatakan akan ikut mendampingi Nabi saw. Saat beliau nantinya diusir oleh kaumnya sendiri. Maka tepat sekali kutipan ayat yang disebutkan oleh pak Kyai dalam surat Al-Maidah ayat 82 tersebut. Termasuk juga ayat berikut;

“Dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan-nya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.” (Ali Imran: 199)

Ayat yang dikutip pak Kyai selengkapnya adalah;

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.” (Al Maidah: 82)

Dalam ayat ini justru diawali oleh peringatan Allah swt agar kita waspada dan berhati-hati terhadap Yahudi dan orang-orang musyrik (Nashrani disebut musyrik karena telah menyekutukan Allah swt).

Dengan demikian jelas kita tidak boleh terlena, karena Allah memperingatkan kita akan Nashrani yang jahat dalam banyak ayat-Nya seperti;

“Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Al baqarah: 105)

“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al- Baqarah: 109)

“Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik". (Al Baqarah: 135)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (Al Maidah: 57) Dan masih banyak puluhan ayat yang lain.

Penulis menghargai apa yang telah dilakukan PBNU dengan mengadakan Konferensi Persaudaran Muslim Dunia akhir pekan lalu (termasuk kalangan Syi’ah?) ataupun kegiatan-kegiatan semacam interfaith dan lain-lain. Namun sangat jelas PBNU membawa amanah warga NU bahwa perjuangan membela dan memelihara aqidah Islam adalah the best priority.

Penulis tidak bermaksud mengobarkan api permusuhan, karena itu memang tidak diajarkan oleh agama kita. Penulis hanya menginginkan kita berlaku adil dalam berwacana. Terlebih berbicara hak asasi manusia, yang disebut oleh pak Kyai implementasinya adalah melindungi ‘keselamatan’ sebuah kepercayaan. Beruntung pak Kyai memberikan tanda petik pada kata ‘keselamatan’. Artinya beliau memahami bahwa keselamatan hanya ada pada Islam tidak pada agama yang lain. Namun hal ini menjadi bias oleh keterangan beliau yang agak berbelit-belit hanya untuk sekedar men-sahkan nalar moderatisme NU versi beliau.

Dan diskusi tentang hak asasi manusia memang tidak akan ada habisnya. Penulis secara sederhana memahami bahwa Islam adalah agama fitrah (manusiawi), maka barangsiapa yang ingin hak asasi manusianya terlindungi dan dihargai hendaklah ia menjadi muslim.

InsyAllah bersambung…

2 komentar:

  1. Hakekat.com Situs Pendusta dan Kedunguannya Tentang Sejarah
    Hakekat.com situs yang dibangga-banggakan oleh para Nashibi tidak lebih dari seorang pendusta lagi dungu. Betapa tidak, orang ini berbicara dengan gaya sok seolah-olah ia paling tahu paling mengerti soal mahzab syiah padahal hakekatnya ia tidak lebih seorang pendusta. Mungkin para pembaca yang awam mudah sekali terkesima dengan bualan-bualannya tetapi perhatikanlah baik-baik wahai pembaca jika anda semua menyediakan waktu sedikit saja untuk membaca kitab-kitab asli mahzab Syiah Ahlul Bait maka anda akan mengetahui hakekat dusta dari situs hakekat.com tetapi sungguh sayang seribu kali sayang masih saja ada orang bodoh yang mau mengenal Syiah dari situs nashibi hakekat.com.
    Ternyata dan ternyata tong kosong nyaring bunyinya, hakekat.com mengaku sok pintar dengan rumah orang lain tapi ia buta akan rumahnya sendiri. Cih sungguh tak tahu malu dan hakekat.com tak pernah menyadari akan kebodohannya. Para pembaca yang terhormat maka perhatikanlah bukti jelas yang akan satria sampaikan, bukti kalau hakekat.com berdusta atas nama sejarah bukti kalau hakekat.com tidak memiliki keilmuan yang mapan bahkan tentang sumber mahzabnya sendiri dan orang seperti itu sungguh tidak layak berbicara mahzab orang lain. Lihatlah apa yang ia tulis dalam salah satu tulisannya

    BalasHapus
  2. hehe..pendusta yang menuduh dusta. capek dech nyatut nama orang, gak pede baang?

    BalasHapus