4.26.2009

Pandangan as-Syahrastani terhadap Nashrani dalam kitab al-Milal wa an-Nihal

Asy-Syahrastani dan Pemikirannya

Asy-Syahrastani adalah seorang tokoh pemikir muslim yang memiliki nama asli Muhammad ibn Ahmad Abu al-Fatah Asy-Syahrastani Asy-Syafi’i lahir di kota Syahrastan provinsi Khurasan di Persia tahun 474 H/1076 M dan meninggal tahun 548 H/1153 M. Beliau menuntut ilmu pengetahuan kepada para ulama’ di zamannya, seperti Ahmad al-Khawafi, Abu al-Qosim al-Anshari dan lain-lain. Sejak kecil beliau gemar belajar dan mengadakan penelitian, terlebih lagi didukung oleh kedewasaannya. Dalam menyimpulkan suatu pendapat beliau selalu moderat dan tidak emosional, pendapatnya selalu disertai dengan argumentasi yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa beliau memang menguasai masalah yang ditelitinya.


Seperti halnya ulama’-ulama’ lainnya beliau gemar mengadakan pengemberaan dari suatu daerah ke daerah lain seperti Hawarizmi dan Khurasan. Ketika usia 30 tahun, beliau berangkat ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan kemudian menetap di kota Baghdad selama 3 tahun. Di sana beliau sempat memberikan kuliah di Universitas Nizamiyah.

Kaum muslimin pada zamannya lebih cenderung mempelajari ajaran agama dan kepercayaan untuk keperluan pribadi yang mereka pergunakan untuk membuktikan kebathilan agama dan kepercayaan lain. Sedangkan asy-Syahrastani lebih cenderung menulis buku yang berbentuk ensiklopedi ringkas tentang agama, kepercayaan, sekte dan pandangan filosof yang erat kaitannya dengan metafisika yang dikenal pada masanya.
Asy-Syahrastani mempunyai beberapa buah karya tulis diantaranya adalah: Al-Milal wa Al-Nihal, Al-Mushara’ah, Nihayah al-Iqdam fi Ilm al-Kalam, Al-Juz’u Alladzi la yatajazzu, Al-Irsyad ila al-’Aqaid al-’ibad, Syuhbah Aristatalis wa Ibn Sina wa Naqdhiha, dan Nihayah al-Auham.

Jika dipandang dari segi pikiran dan kepercayaan, menurut Asy-Syahrastani manusia terbagi menjadi pemeluk agama-agama dan penghayat kepercayaan. Pemeluk agama Majusi, Nashrani, Yahudi dan Islam. Penghayat kepercayaan seperti Filosof, Dahriyah, Sabiah dan Barahman. Setiap kelompok terpecah lagi menjadi sekte, misalnya penganut Majusi terpecah menjadi 70 sekte, Nashrani terpecah menjadi 71 sekte, Yahudi terpecah menjadi 72 sekte, dan Islam terpecah menjadi 73 sekte. Dan menurutnya lagi bahwa yang selamat di antara sekian banyak sekte itu hanya satu, karena kebenaran itu hanya satu.

Asy-Syahrastani berpendapat bahwa faktor yang mendorong lahirnya sekte-sekte tersebut antara lain adalah; Pertama, masalah sifat dan keesaaan Allah. Kedua, Masalah Qada’ Qadar dan keadilan Allah, jabar dan kasab, keinginan berbuat baik dan jahat, masalah yang berada di luar kemampuan manusia dan masalah yang diketahui dengan jelas (badihiyah). Ketiga, masalah wa’ad (janji), wa’id (ancaman), dan Asma Allah. Keempat, Masalah wahyu, akal, kenabian (nubuwwah), kehendak Allah mengenai yang baik dan yang lebih baik, imamah, kebaikan dan keburukan, kasih sayang Allah, kesucian para nabi dan syarat-syarat imamah. Menurutnya ada empat madzhab di kalangan ummat Muslim, yaitu Syi’ah, Qadariyah, Shifatiyah dan Khawarij. Setiap madzhab bercabang menjadi sekian banyak sekte hingga mencapai 73 sekte.

Dalam Bukunya Al-Milal wa Al-Nihal, Syahrastani juga memaparkan dengan panjang lebar tentang kepercayaan dan secara umum mengklasifikasikan kepercayaan kepada beberapa kelompok sebagai berikut; Pertama, Mereka yang tidak mengakui adanya sesuatu selain yang dapat dijangkau oleh indera dan akal, mereka ini disebut kelompok Stoa. Kedua, Mereka yang hanya mengakui sesuatu yang dapat ditangkap oleh organ inderawi dan tidak mengakui sesuatu yang hanya dapat dijangkau oleh akal, mereka ini disebut kelompok materialis. Ketiga, Mereka yang mengakui adanya sesuatu yang dapat dicapai melalui indera dan akal, namun mereka tidak mempunyai hukum dan hukuman, mereka ini disebut kelompok filosof athies. Keempat, Mereka yang mengakui adanya sesuatu yang dapat dicapai oleh organ inderawi dan akal, namun mereka tidak mempunyai hukum dan hukuman juga tidak mengakui agama Islam, mereka ini disebut kelompok Ash-Shabiah. Kelima, Mereka yang mengakui adanya sesuatu yang dapat dicapai indera dan akal dan mempunyai syariat, namun mereka tidak mengakui syariat Muhammad, mereka ini kelompok Majusi, Yahudi dan Nasrani (Kristen). Dan yang Keenam, Mereka yang mengakui semua yang disebut diatas, dan mengakui kenabian Muhammad, mereka itu disebut kelompok Muslim.

Pandangan as-Syahrastani terhadap Nashrani

As-Syahrastani menyusun al-Milal wa an-Nihal dalam bentuk ensiklopedi. Sehingga agak sulit untuk merumuskan pandangan dirinya terhadap Nashrani atau pun sekte-sekte lainnya. Ia sendiri mengatakan dalam pengantar kitabnya tersebut bahwa bukunya terbebas dari rasa kebencian dan fanatisme yang berlebihan dengan tidak memberikan komentar untuk membenarkan atau menyesatkan suatu pemikiran. Ia menyerahkan kepada pembaca untuk memilih pendapat mana yang dianggap benar.

Namun dari pembahasan as-Syahrastani terhadap Nashrani dalam al-Milal wa an-Nihal terdapat beberapa pokok kajian sebagai berikut:
1. Al-Masih ibnu Maryam adalah utusan Allah yang diberi mukjizat sebagaimana Rasul-Rasul yang lain.
2. Al-Masih ibnu Maryam diberikan wahyu sejak masih di dalam buaian tidak sebagaimana Rasul-Rasul yang lain.
3. Ada perselisihan di antara murid-murid al-Masih terkait ketika al-Masih diangkat ke langit dalam dua hal. Pertama, tentang cara turunnya dari langit, hubungan dengan ibunya, dan Tuhan menjelma dalam bentuk manusia. Kedua, cara naiknya ke langit, hubungan dengan malaikat dan kesatuan dengan Tuhan.
4. Nashrani meyakini bahwa Tuhan terdiri dari tiga oknum
5. Nashrani memandang bahwa kesempurnaan manusia itu dalam tiga hal: kenabian (nubuwah), kepemimpinan (imamah) dan kerajaan (malikah).
6. Derajat al-Masih paling tinggi dibandingkan dengan Nabi-Nabi yang lain. Karena berkat al-Masih dosa Adam dan keturunannya diampuni dan ia akan menghisab dosa manusia pada hari kiamat.
7. Kenaikan Nabi Isa dengan jalan dibunuh dan disalib. Namun yang terbunuh adalah oknum kemanusiaan (nasut) tetapi oknum ketuhanan (lahut) tidak mati.
8. Paulus adalah perusak ajaran al-Masih.
9. Ucapan-ucapan al-Masih dikumpulkan oleh empat orang muridnya; Matius, Lukas, Markus dan Yohanes. (Matius 28: 18-19 dan Yohanes 1: 1)
10. Umat Nashrani terpecah menjadi tujuh puluh dua kelompok. Kelompok yang terbesar ada tiga: al-Mulkaniyah, an-Nusturiyah dan Ya’kubiyah.

Perdebatan seputar ketuhanan Isa al-Masih

Perpecahan yang terjadi di kalangan umat Nashrani diakibatkan oleh perbedaan mereka terhadap konsep Tuhan. Hal inilah yang memunculkan golongan-golongan termasuk tiga golongan besar di atas.

Fenomena ketuhanan tampaknya merupakan fakta universal. Hal ini tidak saja ditemukan pada masyarakat modern, tetapi juga pada masyarakat yang paling primitive sekalipun. Kajian sejarah tentang asal-usul agama telah membuktikan kenyataan ini. Louis Berkhof di dalam karyanya, Systemayic Theology, menegaskan bahwa
“ide tentang Tuhan secara praktis bersifat universal pada ras manusia. Hal ini juga ditemukan di antara bangsa-bangsa dan suku-suku yang tidak memiliki peradaban.”

Ia juga menyebutkan,
“di antara semua manusia dan suku-suku di dunia ini terdapat perasaan akan ketuhanan, yang dapat dilihat dari cara-cara penyembahannya. Karena gejala ini sangat universal, hal tersebut pasti merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh manusia, dan jika sifat manusia ini secara alamiah membawa kepada penyembahan religi, maka penjelasannya hanya akan ditemukan pada Wujud Agung yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang selalu beragama.”

Oleh karena itu, banyak para ahli teologi dan filsafat agama yang menisbahkan argumentasi tentang adanya Tuhan pada fakta sejarah ini. Bahkan, sebagian teolog dan pakar filsafat agama menyatakan bahwa fenomena ketuhanan sebenarnya telah terlembaga pada diri manusia sebagai ide bawaan (innate idea of God). Dengan demikian fenomena ketuhanan pada diri manusia selain bersifat universal juga bersifat natural.
Bahkan lebih dari itu, ide tentang ketuhanan dalam diri manusia oleh beberapa kalangan sudah dikategorikan bersifat naluriah (instinctive). Sementara yang lain menyebutkan bahwa ide ketuhanan merupakan tuntutan akal (the voice of reason).

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa manusia tidak bisa lepas dan sangat berkebutuhan untuk bertuhan, dimana manusia bisa berharap, bergantung, meminta, menyembah dan melindungkan dirinya. Hal inilah yang juga menimpa kalangan Nashrani saat merumuskan konsep ketuhanan mereka.

As-Syahrastani merekam dinamika umat Nashrani dalam merumuskan konsep ketuhanannya yang pada akhirnya melahirkan kelompok-kelompok keagamaan, akibat tidak ada kata sepakat tentang Tuhan itu sendiri.

Seperti telah disebutkan di atas, as-Syahrastani membagi tiga kelompok besar di kalangan umat Nashrani, yakni: Al-Mulkaniyah, An-Nusturiyah dan Ya’kubiyah.
1. Al-Mulkaniyah berpandangan bahwa Firman bersatu dengan tubuh Al-Masih dan menyatu dengan kemanusiaan (nasut), yang dimaksud dengan Firman adalah oknum pengetahuan. Sementara Roh Kudus adalah oknum kehidupan dan dinamakan pengetahuan sebelum menjelma menjadi anak. Sebagiannya mengatakan Firman menyatu ke dalam tubuh Al-Masih seperti penyatuan air dan susu.

Al-Mulkaniyah menerangkan benda bukan oknum tetapi yang merupakan yang mempunyai sifat dan sifat, melalui cara ini mereka mengakui Trinitas. Al-Qur’an memberitakan tentang pendirian aliran ini dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga…” (QS. Al-Maidah: 73)
Menurut Al-Mulkaniyah, Al-Masih bukan manusia, bukan pula sebagian manusia. Ia adalah qadim yang azali, dari yang qadim azali.

2. An-Nusturiyah menafsirkan Injil dengan pemikirannya sendiri. Mereka berpandangan bahwa Allah yang maha Esa terdiri dari tiga oknum: wujud, pengetahuan dan kehidupan. Ketiga oknum ini bukan tambahan dari zat dan bukan pula sifat zat yang bersatu dengan jasad Al-Masih, tidak melalui integrasi seperti yang diyakini Al-Mulkaniyah dan tidak pula melalui kelahirannya sebagai wujud Tuhan seperti yang diyakini Al-Ya’kubiyah.

Mereka selalu menganggap anak selalu dilahirkan oleh ayah namun telah berintegrasi dan bersatu dengan tubuh Al-Masih pada saat lahir. Tuhan adalah dua oknum, dua zat dan dua tabiat (karakter), Tuhan sempurna dan manusia sempurna. Tidak merusak kesatuan didahului yang qadim dan dibelakangnya yang baru, namun keduanya bersatu dan tabiatnya satu. Kadang-kadang namanya dibawa dengan istilah lain, mereka ganti istilah tabiat, oknum dan person.

3. Ya’kubiyah mengakui oknum yang tiga, namun buat mereka kalimat (Firman) berubah menjadi darah dan daging yang akhirnya menjadi Tuhan ialah Al-Masih, Tuhan lahir dalam bentuk manusia, bahkan ia adalah Tuhan. Pendirian kelompok ini diterangkan dalam al-Qur’an :

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: sesungguhnya Allah itu Al-Masih putra Maryam…” (QS. Al-Maidah: 72)

Sebagain besar kelompok aliran-aliran Ya’kubiyah menganggap Al-Masih adalah zat yang maha Esa, satu oknum yang terdiri dari dua zat atau satu tabiat dari dua tabiat. Ia adalah zat Tuhan yang qadim dan zat manusia yang baru yang keduanya terdiri dari perpaduan jiwa dan raga yang akhirnya menjadi satu zat, satu oknum ialah menjadi manusia seutuhnya dan Tuhan seutuhnya.

Asal Ide Ketuhanan Al-Masih

Ide Anak Tuhan merupakan hal yang lumrah di masyarakat Yahudi. Mereka menganggap bahwa bangsa Israel adalah "Anak-anak Tuhan". Bagi mereka istilah "Anak Tuhan" bukan untuk individu. "Anak-anak Tuhan" dalam pengertian individu merupakan paham penyembah berhala yang menganggap bahwa Tuhan beranak di dunia. (Tillich 1968)
Drapper dalam bukunya Conflict between Religion and Science menceritakan bahwa Plato lahir di Athena tahun 429 SM. Ibunya adalah Paraction yang bertunangan dengan Arus. Namun sebelum mereka menikah, Paraction telah dihamili oleh Tuhan Apollo yang merupakan "Roh Kudus" dalam ketuhanan bangsa Yunani. Tuhan Appolo mengancam Arus untuk menghormati Roh Kudus dan tidak mendekati Paraction yang telah dihamilinya. Oleh sebab itu Plato di sebut "Anak Tuhan". Pythagoras yang lahir tahun 575 SM yang dianggap lahir tanpa ayah, juga disebut "Anak Tuhan".

Paulus yang menganggap Yesus lahir melalui intervensi Roh Kudus, memperkenalkannya kepada para penyembah berhala di kerajaan Romawi sebagai "Anak Tuhan (Allah)".
"Jawab malaikat itu kepadanya: `Roh Kudus akan turun atasmu dan Kuasa Allah yanq Maha Tinqqi akan menaunqi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah" (Lukas 1:35).
"Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah" (Kisah Para Rasul 9:20)
Pekerjaan Paulus yang mulai merusak ajaran Tauhid yang diajarkan Yesus ini dikutuk oleh Allah dalam surah Maryam 19:88-92:
"Dan mereka berkata: 'Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak'. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat munqkar. Hampir-hampir lagit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yanq Pemurah mempunyai anak" (Surah Maryam 19:88-92)

Arti dan Asal Trinitas

• 1. Athanasian Creed (abad VI) mendefinisikan Trinitas sebagai:

"The Father is God, the Son is God, and the Holy Ghost is God. And yet there Gods but one God".
(Bapak adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. Namun bukan tiga Tuhan melainkan satu Tuhan.)
• 2. The Orthodox Christianity kemudian mendefinisikan lagi Trinitas sebagai:

"The Father is God, the Son is God, and the Holy Spirit is God, and toqether, not exclusively, the form one God".
(Bapak adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan, dan bersama-sama, bukan sendiri-sendiri, membentuk satu Tuhan.)

Sebelumnya sudah banyak para pemimpin Gereja yang mencoba memasukkan ajaran Platonis dan agama Mesir tentang tiga Tuhan dalam satu. Namun upaya tesebut baru pada tahap adanya tiga unsur atau oknum yang memiliki ikatan satu dengan lainnya. Ketetapan ketiga oknum: Tuhan, Anak dan Roh Kudus masing-masing dianggap Tuhan setara dan abadi, tidak pernah ada sebelum ditetapkananya Athanasian Creed di abad ke IV. Trinitas berarti kesatuan dari tiga. Trinitas dalam Kristen adalah Tiga Tuhan yakni Tuhan Allah, Tuhan Yesus dan Tuhan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu.

Dogma ini berasal dari paham Platonis yang diajarkan oleh Plato (?-347 SM), dan dianut para pemimpin Gereja sejak abad II (Tony lane 1984). Edward Gibbon dalam bukunya The Decline and fall of the Roman Empire, hal 388, mengatakan:

• "Plato consider the divine nature under the thee fold modification: of the first cause, the reason, or Logos; and the soul or spirit of the universe...the Platonic system as three Gods, united with each other by a mysterious and ineffable qeneration; and the Logos was particularly considered under the more accessible character of the Son of an eternal Father and the Creator and Governor of the world".
(Plato menganggap keilahian alami terdiri dari atas tiga bagian: Penyebab awal, Firman (Logos), dan Roh alam semesta....Sistem Platonis sebagai tiga Tuhan, bersatu antara satu dengan lainnya melalui kehidupan yang baka dan misterius; dan Firman (Logos) secara khusus dianggap yang paling tepat sebagai Anak Bapak yang baka dan sebagai pencipta dan penguasa alam semesta).

Ajaran tiga Tuhan dalam satu ini bukan hanya dianut masyarakat Yunani dan Romawi, tetapi juga mereka yang mendiami wilayah Asia Barat, Tengah, Afrika Utara dan pengaruhnya menjalar ke beberapa kawasan lainnya di dunia.

Injil: Al-Masih bukan Tuhan

1. "Matius" pasal 5 ayat 9 menyebutkan: "Berbahagialah segala orang yang mendamaikan orang, karena mereka itu akan disebut anak-anak Allah." Berdasarkan ayat tersebut yang dimaksudkan " Anak Allah" itu ialah orang yang dihormati seperti Nabi. Kalau Yesus dianggap anak Allah, maka semua orang yang mendamaikan manusia pun menjadi anak-anak Allah juga. Jadi bukan Yesus saja Anak Allah tetapi ada terlalu banyak.

2. "Yohanes" pasal 17 ayat 23 menyebutkan: "Aku di dalam mereka itu, dan Engkau di dalam Aku; supaya mereka itu sempurna di dalam persekutuan." Pada ayat ini tersusun kata "Aku di dalam mereka." Kata "mereka" di ayat ini ialah sahabat Yesus. Sedang yang dimaksudkan "dengan aku" ialah Yesus. Jadi kata "AKU" beserta mereka artinya Yesus beserta sahabat-sahabatnya. Jadi Tuhan itu beserta Yesus dan para sahabatnya. Kalau umat Nashrani percaya tentang kesatuan Yesus dengan Bapa maka mereka pun harus percaya tentang kesatuan Bapa itu dengan semua sahabat Yesus yang berjumlah 12 orang itu. Jadi bukan Yesus dan Roh suci saja yang menjadi satu dengan Tuhan,melainkan harus ditambah 12 orang lagi. Ini namanya persatuan Tuhan atau Tuhan persatuan bukan hanya Tritunggal tetapi 15-tunggal. Jadi berdasarkan perselisihan ayat-ayat tersebut, yang manakah yang benar. Tiga menjadi Tunggal atau 15 menjadi Tunggal. Ayat manakah yang akan diyakini, yang tiga menjadi tunggal ataukah yang 15 itu?

3. "Yohanes" pasal 17 ayat 3 menyebutkan: "Inilah hidup yang kekal, yaitu supaya mereka mengenal Engkau, Allah yang Esa dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu." Ayat ini menyebutkan Tuhan adalah Esa. Dalam Kamus bahasa Indonesia oleh E. St. Harahap, cetakan ke II disebutkan bahwa Esa itu berarti satu, pertama (tunggal) dan di ayat itu juga disebutkan bahwa Yesus Kristus adalah Pesuruh Allah (Utusan/Rasul). Kalau demikian, manakah yang benar. Di satu ayat menyebutkan Tuhan dengan Yesus menjadi satu di lain ayat 15 menjadi satu dan yang lain lagi Tuhan itu Tunggal, sedangkan di ayat itu pula menyebutkan bahwa Yesus itu pesuruh Allah bukan Tuhan. Menurut pengakuan umat Nashrani sendiri suatu Kitab suci yang kandungan ayat-ayatnya bertentangan antara yang satu dengan yang lain tentu sulit sekali dipercaya kesuciannya, karena yang disebut suci itu bersih dari kekeliruan dan perselisihan.

4. "Ulangan" pasal 4 ayat 35 menyebutkan: "Maka kepadamulah ia itu ditunjuk, supaya diketahui olehmu bahwa Tuhan itulah Allah, dan kecuali Tuhan yang Esa tiadalah yang lain lagi." Bibel sendiri menerangkan bahwa Tuhan itu Esa, Tunggal.
5. “Markus” pasal 12 ayat 29 menyebutkan: "Maka jawab Yesus kepadanya. hukum yang terutama ialah: Dengarlah olehmu hai Israel, adapun Allah Tuhan kita ialah Tuhan yang Esa." "Ulangan" pasal 6 ayat 4 menyebutkan: "Dengarlah olehmu hai Israel, sesungguhnya Hua Allah kita, Hua itu Esa adanya." Bibel sendiri yang menjadi Kitab Sucinya umat Nashrani menyebutkan bahwa Tuhan itu tunggal, bukan tiga menjadi satu atau satu menjadi tiga.

6. "Matius" pasal 27 ayat 46 menyebutkan: "Maka sekira-kira pukul tiga itu berserulah Yesus dengan suara yang nyaring katanya: "Eli, Eli lama sabaktani," artinya "Ya Tuhan, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku." Berdasarkan seruan Yesus di ayat itu, jelas bahwa Yesus tidak bersatu dengan Tuhan, yakni Tuhan meninggalkan Yesus, waktu akan disalibkan. Mestinya kalau Tuhan menjadi satu dengan Yesus, disaat itulah saat tepat untuk menolong Yesus, tetapi kenyataannya Tuhan tidak bersatu dengan Yesus sehingga Yesus sendiri minta tolong. Jadi Yesus bukan Tuhan.

Yesus hidupnya untuk disalib guna menebus dosa manusia?

Jika hidupnya Yesus memang untuk disalib, mengapa Yesus tidak bersedia dan menolak untuk disalib. Buktinya ia berseru dengan suara nyaring minta tolong pada Tuhan agar ia terlepas dari penyaliban. Dengan kata lain Yesus tidak bersedia menjadi penebus dosa. Oleh sebab itulah mengapa menyembah Yesus selaku Tuhan yang tidak berkuasa menyelamatkan dirinya sendiri, malah meminta tolong. Pantaskah ada Tuhan demikian. Dan kenapa manusia-manusia yang menyalibkan Yesus itu dilaknat? Mestinya tidak dilaknat, seharusnya Yesus berterima kasih kepada mereka yang menyalibkan dia, bahkan mereka itu seharusnya mendapatkan ganjaran, karena kehidupan Yesus itu harus disalib untuk menebus dosa-dosa. Jika tidak ada manusia yang bersedia menyalibkan Yesus, maka dosa-dosa manusia tentu tidak ada yang menebusnya. Jadi manusia-manusia yang telah menyalib Yesus itu berjasa kepada Yesus dan penganut-penganut kristen. Akan tetapi mereka yang sudah terbukti berjasa itu malah dilaknat. Mestinya mereka itu masuk surga dan dipuji-puji atas jasanya.

7. "Matius" pasal 1 ayat 16 menyebutkan: "dan Yakub memperanakkan Yusuf, yaitu suami Maria; ialah yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus." Jelas bahwa yang diperanakkan itu pasti bukan Tuhan sebagaimana tersebut dalam ayat tersebut. "Keluaran" pasal 4 ayat 22 disebutkan: "Maka pada masa itu hendaklah katamu kepada Fir'aun demikian: 'Inilah firman Tuhan: Bahwa Israil itulah anakku laki-laki,yaitu anakku yang sulung'." Di ayat ini disebutkan bahwa Israil adalah anak tuhan yang sulung, sedangkan Yesus tidak disebutkan anak yang keberapa."Yeremia" pasal 31 ayat 9 menyebutkan, "Akulah bapak bagi Israil; dan Afraim itulah anak yang sulung." Jelas sekali bahwa berdasarkan Bibel sendiri Anak Tuhan itu banyak, bukan Yesus saja, padahal sebenarnya yang dimaksudkan dengan "Anak" dalam ayat itu ialah mereka yang dikasihi oleh Tuhan, termasuk Yesus jadi bukan anak yang sebenarnya.

8. "Kisah Rasul," pasal 6 ayat 5 menyebutkan: "Maka perkataan ini diperkenankan oleh sekalian orang banyak itu, lalu memilih Stephanus, yaitu seorang yang penuh dengan iman, dan Roh kudus, dan lagi Philippus, dan Prokhorus dan Nikanor dan Simion dan Parmenas dan Nikolaus yaitu mualaf asalnya dari negeri Antiochia." Jadi berdasarkan ayat Bibel sendiri menunjukkan bahwa Roh Kudus itu bukan pada Yesus saja. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu Roh Suci, atau Roh Kesucian yang maksudnya roh yang bersih dari roh-roh kotor, bukan seperti roh setan atau hantu. Sebagaimana halnya para Nabi lainnya dengan roh sucinya. Menurut Al-Qur'an, Roh Kudus (roh suci) itu berarti "Jibril." Di Bibel sendiri menyebutkan bahwa para nabi yang terdahulu adalah Kudus.

9. Yesus dianggap Tuhan karena ia mempunyai roh Ketuhanan, dengan pangkat Ketuhanannya sehingga ia dapat menghidupkan orang mati. Ini merupakan kesamaan Allah dengan Yesus. "Kitab Raja-raja yang kedua" pasal 13 ayat 21 menyebutkan: "Maka sekali peristiwa apabila dikuburkannya seorang Anu, tiba-tiba terlihat mereka itu suatu pasukan lalu dicampakkannya orang mati itu kedalam kubur Elisa, maka baru orang mati itu dimasukkan ke dalamnya dan kena mayat Elisa itu, maka hiduplah orang itu pula, lalu bangun berdiri." Disini menyebutkan malah tulang-tulang Elisa dapat menghidupkan orang mati. Jadi bukan Yesus saja dapat menghidupkan orang mati bahkan tulang-tulang Elisa dapat menghidupkan orang mati. Yang berarti tulang-tulang Elisa adalah tulang-tulang ketuhanan. Kalau Yesus di waktu hidupnya dapat menghidupkan orang mati, akan tetapi Elisa di waktu tak bernyawa, malah hanya dengan tulang-tulangnya, yang di dalam kubur dapat menghidupkan orang mati. Kalau perbuatan Yesus dikatakan ajaib maka Elisa lebih ajaib dari pada Yesus. Jadi seharusnya Ilyaspun dianggap Tuhan juga. Periksa lagi di "Kitab Raja-Raja yang pertama," pasal 17 ayat 22.

10. Johanes pasal 1 ayat 1 dan 2 menyebutkan: "Maka pada mulanya ada itu Kalam maka Kalam itu, serta dengan Allah, dan Kalam itu Allah, dan kalau itu Allah. Ia itu pada mulanya serta dengan Allah." Kata "Ia" di ayat ini maksudnya ialah "Yesus." Jadi Yesus beserta dengan Allah. Dalam susunan ayat tersebut di atas ada kata penghubung ialah: "Serta" atau beserta. Kalau ada orang berkata "Si Salim dengan si Amin" maka susunan kalimat ini semua orang dapat mengerti bahwa si Salim tetap si Salim bukan si Amin jadi berdasarkan ayat Bibel yang Saudara baca dengan susunan "Ia" (Yesus) beserta Allah, langsung dapat dimengerti bahwa Yesus bukan Allah, dan Allah bukan Yesus. Jelaslah bahwa Yesus tidak sama dengan Allah: dengan kata lain kata Yesus bukan Tuhan. Dan di ayat itu juga disebutkan bahwa Kalam itu Allah.
Padahal Kalam itu bukan Allah dan Allah bukan Kalam. Jadi Allah dan Kalam-pun lain.

11. "Wahyu," pasal 22 ayat 13 menyebutkan: "Maka Aku inilah Alif dan Ya, yang terdahulu dan yang kemudian. Yang Awal dan Yang Akhir." Rangkaian perkataan itu bukan perkataan Yesus sendiri, melainkan firman Allah kepada Yesus. Buktinya terdapat dalam Kitab "Wahyu" tersebut pasal 21 ayat 6 menyebutkan: "Maka firmannya kepadaku: "Sudahlah genap; Aku inilah Alif dan Ya, yaitu yang awal dan yang Akhir." Jelas di ayat itu menyebutkan: "Maka firmannya kepadaku," Siapakah yang berfirman kepadaku (kepada Yesus) di ayat ini? Tentu Allah yang berfirman. Jadi yang berfirman Aku inilah Alif dan Ya, yang Awal dan Yang Akhir, bukan perkataan Yesus sendiri, tetapi firman Allah kepada Yesus.

Walhamdulilahi rabbil ‘Alamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar