6.12.2012

Ulil dan gambar Nabi

“Apa alasannya Nabi Muhammad ngga boleh digambar? Takut beliau disembah? Siapa yg mau nyembah gambar? Pakai otak dong!” (ulil abshar abdala) ========= Malas sebenarnya menanggapi ucapan kacung liberal satu ini. Bantahan saya atas tulisannya 4 tahun yang lalu pun belum dia tanggapi, sementara dia telah menjanjikannya (http://wildanhasan.blogspot.com/2008/12/islam-liberal-adalah-inkonsisten-jika.html). Tapi untuk sekedar olahraga otak, baiklah… Komentar ulil soal visualisasi (lukisan sosok) Nabi Muhammad, ahistoris. Entah ulil lupa atau tidak aware lagi dengan komunitasnya dulu, bahwa sikap mengkultuskan seseorang yang dianggap memiliki kelebihan, mentradisi di sebagian kalangan warga NU dimana dia dilahirkan dan dibesarkan. Membuktikan bahwa di zaman modern ini setelah 1400 tahun Islam hadir - yang ulil anggap seharusnya tidak akan ada lagi perilaku berlebihan memuja seseorang - masih eksis di sebagian kalangan umat, yang kata ulil pula TAK BEROTAK. Bahkan bukan hanya soal gambar, yang paling aktual adalah pembangunan fasilitas di makam gus dur baru-baru ini yang menghabiskan Rp. 18 Miliar! 'Hanya' untuk melanggengkan praktek kesyirikan - yang dengan benar ulil katakan - harusnya tidak ada lagi di zaman modern karena praktek tersebut tak berotak. Betapa sering kita saksikan, tentu bukan hanya di sebagian kalangan Nahdliyyin, praktek pengkultusan dengan berbagai variannya termasuk dalam bentuk gambar mewabah. Termasuk tentunya praktek2 kultus terhadap seseorang yang ulil idolakan pemikirannya dari kalangan kafir barat, yang seolah tanpa cacat dan cela. Perhatikan, anda tidak akan pernah menemukan sikap kritis ulil dan kacung2 liberal lainnya kepada pemikir2 yang mereka idolakan dan puja2 itu. Mungkin ulil tidak nungging2 nyembah foto idolanya, tapi dengan membenarkan dan membela mati-matian pemikiran batil idolanya yang bertentangan dengan hukum Allah, kalimat apa yang lebih pantas dikatakan selain dia telah menuhankannya. Sebenarnya, persoalan apakah fisik Rasulullah boleh divisualisasikan (dilukis) atau tidak sudah selesai dibahas para Ulama Salaful Ummah. Dusta adanya, ulil yang mengatakan bahwa dia telah membaca pendapat para ulama itu terkait hal ini dan lalu ia berpandangan bahwa tdk ada pendapat para ulama itu yang meyakinkan dirinya. Terus terang saya tidak percaya klaim ulil tersebut. Apa yang harus dipercaya dari seseorang yang bergelar AL-KADZAB. Sah-sah saja ulil bicara seperti itu, karena dia memang tidak percaya akan otoritas ulama. Artinya, sah juga kita mengatakan komentar2 ulil tidak bermutu, karena kita tidak percaya atas otoritas ilmunya. Bagaimana mungkin kita bisa berhujjah dengan Al-Qur’an dan Sunnah serta fatwa Ulama kepada orang yang tidak lagi percaya kepada ketiganya? Dan saya siap kapan pun dimana pun ulil mau untuk mujadalah beradu literatur terkait maddah ini. Saya tantang ulil untuk menunjukkan di zaman ‘Islam klasik’ (sebenarnya ungkapan “Islam klasik’ tidak pas untuk mengklasifikasikan babak-babak peradaban Islam) bahwa sosok Nabi Muhammad sering digambar (dilukis). Soal penggambaran verbal di kitab2 para ulama tentang sosok Rasulullah pun ulil tidak mampu membedakannya dengan penggambaran dalam bentuk lukisan. Ulil out of context Kembali ke soal komunitas ulil, jadi bila ‘di zaman modern ini’ nyatanya masih banyak kalangan yang memuja seseorang dengan menggambarkannya dalam bentuk fisik, apatah lagi bila gambar fisik Rasulullah terpampang di dinding2 rumah mereka? Islam menjaga dan membentengi tauhid umatnya sehingga terhindar dari anasir2 yang akan mendistorsi dan mendekonstruksi keimanannya. Sehingga, larangan menggambar makhluk hidup relevan dengan tujuan tersebut. Pula, menggambarkan sosok Nabi rentan terhadap pelecehan dan penghinaan sebagaimana sering terjadi selama ini. Sejatinya, ulil sedang mengkritisi (melecehkan) praktek2 pengkultusan yang tidak benar di komunitasnya sendiri. Lagipula siapa sih kita yang mau-maunya nyembah-nyembah gambar, bahkan gambar 'Tuhan' sekalipun ??? Ulil, sudahlah daripada bicara tanpa ilmu, baik bagimu mengurusi selingkuhanmu yang minta dikawin itu. Bila perlu minta Anas, Nazar dan SBY jadi saksi walimahmu di tenda biru Demokrat dan gak usah galau dengan biaya resepsi, yang dibagi2 Nazar kan masih banyak sisa hehe… Peace *dari gemes jadi kasian sama ulil ;(