3.14.2010

Prof Dr Nasaruddin Umar Terlalu Simplistis

Dalam rubrik Hikmah harian Republika (15/03) Prof Dr Nasaruddin Umar menulis artikel berjudul Memuliakan Tamu. Terkait kapasitas beliau sebagai salah satu tokoh dari gerakan liberalisasi Islam di Indonesia, tulisan beliau yang menjustifikasi rencana kedatangan Presiden Amerika Barack Obama ke Indonesia dengan mengaitkannya dengan keluhuran Rasulullah saw dalam menerima tamu adalah absurd. Beberapa hal harus diberikan catatan atas apologi inferiornya Prof Dr Nasaruddin Umar dalam artikel tersebut antara lain:

1.Motif kedatangan Nasrani Najran dengan Nasrani/Yahudi? Obama jelas berbeda. Bahkan Rasulullah saw mengajak mereka untuk masuk Islam namun mereka menolak sehingga sampai pada kesepakatan untuk melakukan mubahalah. Akankah pula Prof Nasaruddin Mengajak Obama untuk masuk Islam dan jika ia menolak karena merasa telah ada pada keyakinan yang benar sebagaimana yang dikatakan utusan Nasrani Najran kepada Rasulullah saw, Prof Nasaruddin berani mengajak mubahalah kepada Obama?

2.Kalau yang dimaksud Abdul Muqshit oleh beliau adalah Abdul Muqshit Ghazali (salah satu ‘pengasong’ Islam Liberal) yang mengutip Al-Shirah al-Nabawiyahnya Ibn Hisyam, maaf, nampaknya patut dicurigai keabsahan amanah ilmiahnya. Abdul Muqshit terbukti dalam disertasi doktoralnya yang kemudian dibukukan berjudul Argumen Pluralisme Agama penuh berisi pemalsuan-pemalsuan sumber dan kutipan-kutipan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Patutkah kita percaya terhadap kutipan yang untuk disertasi doktoralnya saja main catut sana-sini?

3.Adalah benar Rasulullah saw tidak pernah membedakan manusia atas dasar status sosialnya. Namun dibanding Obama, orang Arab pegunungan yang dikatakan oleh Prof Nasaruddin sebagai semi primitif adalah berbeda. Terkecuali beliau ingin mengatakan bahwa Obama adalah orang semi promitif.

4.Tamu tukang onar yang disebut beliau diterima Rasulullah saw menyadari bahwa dirinya adalah penjahat. Apakah kiranya Obama menyadari bahwa dirinya penjahat?

5.Tentu pula kita akan menerima dengan tangan terbuka kedatangan Obama jika memang benar-benar bermaksud ‘baik’ seperti disebut oleh Bapak Profesor. Namun apa jaminannya, dapatkah Prof Nasaruddin memberikan fakta dan data kepada kita tentang ‘kebaikan-kebaikan’ Obama?

6.Dari artikel itu dapat dibaca bahwa dalam hal ini beliau sangat tekstualis, sesuatu yang sangat ketat dihindari oleh beliau karena sesuatu yang berbau tekstual dianggapnya tidak cukup ilmiah.

7.Apakah kedatangan Obama membawa misi perdamaian atau potensi konflik? Kita patut pula menerima jaminan dari Prof Dr Nasaruddin Umar.

Semoga kita ditunjukkan oleh Allah swt bahwa yang benar itu jelas kebenarannya dan yang bathil jelas kebathilannya. Amin

12 komentar:

  1. Tuhan Kaum Wahhâbi/Salafi Mujassimah Berbagi Jatah Tempat Duduk Dengan Nabi Muhammad saw. di Atas Arsy-Nya
    Tak henti-hentinya akidah kaum Wahhabi/Salafi Mujassimah membuat kita geli dan sekaligus prihatin terhadap kekerdilan akal dan pikiran mereka yang begitu mudah dipermainkan oleh dongeng-dongeng palsu… kalau dahulu kita menggeleng-gelengkan kepala kita lantaran heran menyaksikan kejahilan masyarakat Yahudi di zaman Nabi Musa as. yang dengan mudahnya, mereka dibodohi oleh Samiri agar mau mengimani patung anak sapi sebagai tuhan mereka…. Kini kita ternyata harus berhadapan dengan sekawanan manusia yang jauh lebih kerdil dan jahil dari bani Isra’il yang menjadikan patung anak sapi sebagai sesembahan mereka….
    Kaum Mujassimah yang sekarang (diakui atau tidak) diwakili oleh kaum Wahhâbi/Salafi berkeyakinan bahwa Allah duduk di atas Arsy-Nya yang terkadang mereka katakan dipikul delapan ekor kambing hutan jantan di atas langit ke tujuh dan mengapung di atas air… dan dalam kesempatan lain mereka yakini Arsy yang di atasnya Allah duduk/bersemayam sambil bersandar (leye’-leye’) yang menyelonjorkan kedua kakinya itu dipikul oleh empat malaikat… Tidak cukup demikian, kaum Wahhâbi/Salafi Mujassimah berkeyakinan bahwa kelak di hari kiamat Allah menyisakan sedikit tempat di Arsy-Nya untuk mendudukkan Nabi mulia-Nya. Tidak puas meyakininya, kaum Mujassimah itu menvonis sesiapa yang menolak keyakinnan in sebagai telah keluar dari Islam… sebagai Jahmiyah, kelompok sesat dan ahli bid’ah dan zindiq yang kafir!!!

    BalasHapus
  2. gitu aja kok repot...!!!

    BalasHapus
  3. apa yg salah dengan wahhabi ?
    kata2'a terlalu sulit untuk dipahami.

    BalasHapus
  4. Prof. Nasarudin orang yang sangat alim, wara' dan menjaga wudhu setiap saat. Beliau pengajar tafsir Al Quran dan mendalami Islam dari sumber-sumber yang dapat dipercaya. Bagaimana dengan anda?

    BalasHapus
  5. penulisnya agen arab anti barat. yang dibela adalah wahabi. Ngaji dulu yang benar. ngaji dua tahun di internet sdh berani nantang prof.dr. nazarudin umar. ilmu wildan hasan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Prof.dr. nazarudin umar.

    BalasHapus
  6. Prof.dr. nazarudin umar adlah guru kita.. Beliau pantas dsbt sbgai ulama krna kedalaman ilmu dan kearifannya dalam menyampaikan ajaran Islam yang baik dan benar.. mstinya kita harus banyak bljar dan berterima kasih kpd beliau,.

    BalasHapus
  7. Sebelum mengkritik Prof Nasar, Anda, Wildan, harusnya berkaca! pantaskah diri Anda, dengan kedangkalan ilmu Anda, mengkritik beliau. Alih-alih mengkritik beliau, tulisan Anda yang jauh dari referensi otoritatif menunjukkan kebodohan Anda. Ambil kaca! Jangan asal kritik kalau masih bodoh. Banyak belajar! dan jangan belajar dari internet saja.

    BalasHapus
  8. sepertinya si Wildan itu alim sih, tapi nda tau tuh belajar di mana,jangan-jangan malah ngga bisa nulis arab,....

    BalasHapus
  9. Pak SBY belum tau kapasitas keilmuan wildan,andai beliau tau,mungkin diangkat jadi menag

    BalasHapus
  10. salah satu cara terkenal, mengomentari orang terkenal.

    BalasHapus