12.22.2012

Cantiknya si 'Buah Duku'

Ternyata, dalam kitab klasik Jawa; cantik itu sama sekali tidak identik dengan warna kulit. Apalagi, putih atau bule, yang di Surakarta kerap diolok seperti warna kerbau 'kiai Slamet'.

Perempuan cantik menurut para tetua jawa malah berkulit mirip buah duku: kuning langsat. Kalaupun berkulit gelap, mereka menyebutnya dengan 'cemani' layaknya Kresna atau Sembadra yang hitam manis.


Sayang sebutan hitam manis ini sudah hampir punah. Padahal, dahulu pada 80-an frasa ini berasa bangeeetz...


Sebagai orang Melayu, agak risi dengan identifikasi cantik yang harus putih, berhidung mancung, berwajah bule atau 'bermuka bawang' ala Korea.


Akhirnya, selera orang Indonesia sekarang mirip orang Filipina yang suka menyanjung milik atau yang dipunyai orang lain.


Mari kembali ke khittah; CINTAILAH SI KULIT BUAH DUKU.. ^.^

Membaca prestasi kang Aher

Kawan,
Membaca kang Aher (tepatnya Provinsi Jawa Barat) meraih penghargaan ke 92 - melebihi rekor Mesi katanya - rada2 melankolis. 


Sejujurnya di mata awam saya, semakin bertambahnya penghargaan yang diterima Jawa Barat, tidak berkolerasi dengan semakin meningkatnya kesejahteraan hidup warga jabar. 


Setidaknya perbaikan pelayanan dan fasilitas pubik oleh pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi maupun kab/kota, kecamatan dan kelurahan di wilayah pemerintahan provinsi jawa barat. Tidak ada, Masih buruk.


Tetap saya masih dukung Aher-Dedy sebagai calon terbaik untuk memimpin Jabar ke depan. Sekalipun selama dibawah kepemimpinan Hade 1 tdk ada perubahan signifikan di jabar, Hade 2 pilihan terbaik saya. Karena bila nanti pasangan lain yang terpilih, hitung2an saya jabar akan lebih buruk dibanding saat ini.

*Hati2 mempersonifikasikan penghargaan kepada individu seseorang = pembohongan publik, karena Aher tdk kerja sendirian.


Kata si Abah, Aher sudah gagal menjadi pemimpin saat tidak lagi sejalan dengan wakilnya. Dede pun gagal menjadi pendamping saat 'riweuh' ga ngerti tugasnya he... :-)

Prestasi ci kaka

Tidak risau dgn rankingnya berapa; ci Kaka sudah bisa jagain adek, bangun dan sholat sendiri tepat waktu (kadang sering ngingetin abinya tuk sholat ke Mesjid dan meninggalkan facebook. - katanya, emang facebook mau dibawa ke surga: kritis, kayak abinya yg tkg provokasi),
muraja'ah tahfidz sendiri, nasehatin uminya kalo cemberut ke abinya kelamaan ;-) dll..dll
Dan prestasi terbaiknya adalaaahh: Tidak suka nonton TV... tdk suka nemenin abi-uminya nonton tukang haji naik bubur *.^

Ranking Kelas

MI, dulu..waktu abi kelas 3 tsanawiyah, masuklah siswa baru..ternyata dia pintar. Abi yg biasanya ranking 1 plg jelek 2 (cieee..gaplok!) semester awal dapet ranking 3. 
Mengadulah ke Abah; "Bah maaf cuma dapet ranking 3.." Nunduk.
"Kenapa?" .. " Ada murid baru bah, pinter banget." Makin nunduk
"baguslah, KALAU BEGITU BANYAK GENERASI ISLAM YANG PINTER-PINTER."
Tengadah..mangap..terbelalak..bingung..lalu kagum

*sedang menghibur ci Umi, karena ranking ci kaka tdk sesuai ekspektasi :-)

NEGARA AGAMA ?

Tiga puluh tahun Perang agama antara Katolik dengan Protestan (1618- 1648) di Eropa yang menewaskan ratusan ribu orang, menghasilkan kesepakatan berbagi wilayah atas dasar agama yang dianut. Tidak pernah ditemukan dalam sejarah Islam keputusan rasial yang sangat ekstrim kecuali dalam sejarah Eropa tersebut. Alhasil, negara2 di Eropa adalah Negara-negara yang dibangun atas dasar agama atau Negara agama.

Kecele lah gerombolan liberal yang berkiblat ke Barat, menista niat baik umat Islam Indonesia yang ingin menjadikan Negara ini berdasarkan Syariat Islam. Saat rujukan mereka di belahan dunia Barat, justru menjadikan dasar negaranya adalah agama.

Sebagai negara2 agama, tidak heran penjajahan ke dunia timur, salah satu inti motifnya adalah penyebarluasan agama (Katolikisasi atau Protestanisasi). Sebagai kelanjutan dari konflik dan persaingan antara Katolik dan Protestan di Barat.

Sebagaimana yang dikatakan Idenburg, Gubernur Jenderal Belanda di Indonesia (1906-1916), “Saya cukup sibuk dengan Kristenisasi atas daerah-daerah pedalaman.” Ditegaskan pula dalam pidato Kerajaan Belanda; “Sebagai sebuah bangsa Kristen, pemerintah Belanda mempunyai kewajiban untuk memberikan banyak bantuan bagi kegiatan2 misi Kristenisasi.”